<><><>
Kurang 5 menit lagi sudah akan jam 7. Sedangkan 15 menit lagi gerbang sekolah sudah akan ditutup. Namun anak semata wayangnya belum juga keluar kamar untuk sarapan.
"bener-bener ya nih anak!" dengusnya kesal sembari menaiki 9 anak tangga menuju kamar sang putri.
Pintu kamar bercat putih itu masih ditutup sempurna.
"apa jangan-jangan malah belum bangun? Dasar anak gadis jaman sekarang ya." ujarnya sendiri, dengan cepat menghampiri pintu kamar.
Tanpa menunggu persetujuan, wanita dengan rambut hitam sebahu itu membuka tak sabaran. Tak peduli dengan tulisan 'Yang sopan sama Sultan. Salam, ketuk dan izin dulu kalo mau masuk' yang tertempel di muka pintu. Masa bodoh. Keselamatan sekolah lebih penting dari pada sederet omelan yang akan diterimanya nanti.
"Sye! Ini udah jam berap—" teriak sang mama nyaring seketika terhenti. Digantikan dengan mulut terngaga sempurna saat menyaksikan penampilan putrinya yang lebih dari berbeda kali ini. Berdiri tepat didepan meja riasnya.
Beberapa kali wanita yang nyaris memasuki usia 35 tahun itu mengedipkan matanya.
"Sye..." lirihnya pelan sambil berjalan menghampiri sang anak.
Syeha menggerai rambutnya. Dan dimana kacamatanya? Sweternya?
"ini mama ga lagi mimpikan? Kamu abis kecantolan jin apa dilapangan kemaren?" tanyanya lagi, pasalnya setiap sore Syeha selalu bermain basket dilapangan kompleks bersama sahabat satu-satunya.
Perempuan yang lebih muda dua belas tahun dari umurnya itu memutar bola mata malas. Kehebohan seperti ini sudah diprediksinya. Sudah hafal dengan sifat ramai mamanya. Ini juga yang menyebabkan dia malas untuk keluar kamar. Tadi, baru dua pertanyaan yang diterimanya bukan? Ah ini belum seberapa. Belum masuk bagian opening. Dengarkan saja pertanyaan berikut—
"Atau jangan-jangan kamu abis mimpi basah ya?"
Syeha hanya bisa berdiri diam, bertanya-tanya sendiri. Apakah seorang pengacara tidak pernah belajar kalau mimpi basah hanya dialami oleh laki-laki?
"kamu beneran Syeha yang cuek bin jutek bin buluk anak mama kan? Kamu Syeha Afifa anak mama Rianti kan? Mama kamu ini kan?" tanyanya menunjuk diri sendiri– masih tak percaya. Bahkan kini mengelilingi tubuh sang anak hingga beberapa kali putaran. Menelisik tiap jengkal penampilannya.
"mama ih!" Dengan cukup kuat Syeha menyentak tangan mamanya yang meraih bahunya. Tanpa menjawab pertanyaan sang mama, Syeha mengambil ranselnya, tak lupa ukulele kesayangannya juga ikut dibawa. Lantas melangkah pergi dari kamar.
"apa mama ketinggalan sesuatu? Kok kamu bisa cantik banget gini sih? Kamu mau ke sekolah kan Sye?—" Rianti menelisik penampilan sang putri top to toe dari belakang sambil mengikuti kepergian putrinya. Dia sedang tak bermimpi. Ini benar-benar putrinya kah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pada Musim Semi ke Lima
Teen FictionAku menyerah. Tak sanggup lagi menahannya. semakin lama perasaan ini kian dalam. sampai aku tak tahu bagaimana cara menepi. Pada musim semi ke lima, aku bertanya dan kamu menjawab, akhirnya semua menjadi jelas. Terimakasih. - Syeha Afifa