17. Menuju Kepadamu

9.6K 1.6K 153
                                    

Ups, lupa. Hari ini saya blm update cerita si Bapak ya.

Btw, ada yg kangen atau nungguin ga si? Kok dr td blm ada yg nanyain kabar si Bapak. Bapak syedih lho.

* * *

"Aku datang dari waktu yang berbeda. Aku harus melalui 26 tahun untuk bertemu denganmu di saat yang tepat. Aku segera kesana. Aku sedang menuju.... kepadamu."

-Lee Goon (33thn) kepada Jeong Tae Eul (5thn)-

The King: Eternal Monarch

* * *

Dari sedikit hal yang tidak disukai Haris, pesta pernikahan adalah salah satunya. Kegagalannya di masa lalu hanya salah satu alasannya. Tapi dia punya alasan lain mengapa berkeras tidak mau menemani Haiva ke resepsi pernikahan itu.

Jika kemudian di pesta itu Haiva bertemu lelaki lain, tentu itu sesuatu yang wajar. Tapi ternyata ketika melihat Haiva keluar dari aula dan berdiri di lobby gedung, lagi-lagi bersama Randu, tiba-tiba saja Haris tidak bisa menyembunyikan rasa tidak sukanya.

Kenapa setiap ada Haiva selalu ada Randu? Mereka janjian atau gimana?

"Itu namanya jodoh, Pak. Kalau jodoh pasti ketemu," Haiva menjawab santai. Caranya menjawab seperti orang yang tidak terlalu serius dengan jawabannya, tapi juga tidak terlihat sedang bercanda.

"Iva cepat juga move on nya ya," balas Haris. "Saya kira karena waktu itu Iva nangis-nangis, Iva akan susah move on. Ternyata di hari yang sama laki-laki itu menikah, di hari itu juga Iva sudah beralih ke Randu."

Meski sudah berusaha biasa saja, ternyata Haris masih dapat mendengar suaranya sendiri yang terdengar sinis.

"Kok Bapak nyinyir?" protes Haiva. Suaranya kedengaran tidak suka.  "Hidup berlanjut, Pak. Hati kita juga begitu. Saya nggak mau jadi pelakor yang nunggu sampai dia jadi duda."

"Tapi apa semudah itu?"

"Apa sesulit itu yang Bapak rasakan?"

Haris diam. Matanya masih tertuju pada jalanan di hadapannya. Berpura-pura berkonsentrasi mengemudi. Padahal dia sedang ingin melarikan diri dari pertanyaan Haiva barusan.

"Move on itu pasti susah Pak. Kalau gampang, namanya rebahan," kata Haiva kemudian ketika Haris tidak juga menjawab. "Apalagi kalau perasaan itu tumbuh bertahun-tahun, pasti susah beralihnya. Tapi kalau kita nggak berusaha, ya kita nggak akan pernah bisa move on."

"Jadi begitu cara Iva berusaha? Dengan menerima Randu begitu saja?"

Haiva menelengkan kepalanya. Memindai raut wajah Haris dari samping, yang tetap terlihat tanpa ekspresi meski nada bicaranya makin lama makin sinis. Dia tidak mengerti kenapa bosnya seperti itu. Apa karena si bos masih gagal move on sampai sekarang sehingga belum bisa menerima perempuan lain setelah kegagalannya dulu, lalu anak buahnya yang patah hati juga nggak boleh move on? Apa si bos lebih senang jika anak buahnya senasib dengan dirinya?

"Iya, Pak. Begitu cara saya berusaha move on. Dengan berusaha membuka hati," kata Haiva akhirnya. "Dan hal itu nggak bisa dilakukan dengan begitu saja. Perlu usaha. Setidaknya saya nggak mengunci hati saya. Tapi kalau Bapak kira sekarang saya sudah menerima seseorang, Bapak salah. Saya memang nggak mengunci hati saya. Tapi saya juga belum membukanya, karena belum ada yang mengetuknya."

"Randu?"

"Kalau Bapak kenal baik Mas Randu, Bapak akan tahu bahwa dia cuma suka bercanda."

Tapi Haris meragukan penilaian Haiva . Haiva mungkin mengatakan bahwa dirinya mengenal Randu lebih baik sehingga menyimpulkan bahwa Randu hanya bercanda, tapi sebagai sesama pria Haris tahu bahwa Randu tidak bercanda.

CERITA YANG TIDAK DIMULAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang