'Kalau senyum itu suatu hobi, boleh itu menjadi hobiku saja? Tapi sayangnya hobimu membuatku menangis'
***
Pagi dan Senin...
Seperti biasanya Laras sudah bersemangat untuk ke tempat favoritnya. Tapi kali ini dengan suasana yang berbeda. Sejak kemarin Laras tidak berani memulai percakapan dengan Ridho.
Disinilah mereka berdua dengan suasana yang sangat canggung. Ridho mulai menjalankan kemudinya. Tak perlu bertanya lagi, Ridho sudah tau akan kemana.
Tidak ada kata apapun yang keluar dari mulut keduanya, sampai akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan. Laras tersenyum melihat di sana sudah ada gadis yang dicemburuinya beberapa hari terakhir ini. Ia tau apa yang harus ia lakukan untuk memperbaiki semuanya.
"Kita mulai sekarang?" Tanya laras dengan senyum manisnya ketika tepat berdiri di depan Noe.
Noe hanya mengangguk lalu berdiri, dan mereka pun memulai upacaranya.
Setelah selesai, Ridho pergi begitu saja dan menunggu laras menyusulnya untuk diantar lagi ke kampus.
Laras menatap punggung Ridho yang semakin lama semakin menjauh, lalu kembali tersenyum ke arah Noe yang sepertinya masih betah di tempat ini.
"No, mau ke kampus?" Tanya laras dengan hati-hati sambil berjalan pelan ke arah Noe lalu duduk di sampingnya.
Lagi-lagi Noe hanya menjawabnya dengan gerakan kepala, tapi kali ini tidak mengangguk sambil menatap kosong ke depan.
"Emm, gue minta maaf yah." Ucap laras lagi dengan hati-hati lalu menenggelamkan tatapannya dalam-dalam.
Noe, spontan mengalihkan pandangannya ke arah Laras. "Buat apa?" Tanya Noe yang akhirnya mengeluarkan suara.
Baru saja laras ingin menjawab, tapi fokusnya beralih pada handphonenya yang berisi notifikasi pesan dari Ridho
"Kalau ga jalan sekarang lo bisa telat lagi."
Dengan cepat, laras menjawab pesan itu
"Gue ga masuk."
Laras tau Ridho sudah membaca pesannya, dengan melihat mobil Ridho yang mulai meninggalkan tempat kesayangannya ini.
"No," Panggil Laras, untuk menyambung pembicaraan lagi.
"Em?" Respon Noe dan kembali menatap ke arah Laras
"Gue cuma mau minta maaf." Ucap Laras yang diakhiri dengan senyum manisnya.
"Kenapa?" Tanya Noe yang selalu bingung dengan tingkah Laras.
"Mm.., ga papa." Lagi lagi Laras tersenyum diakhir kalimatnya.
Noe ikut tersenyum lalu kembali menyauti "Biasanya orang-orang sulit untuk memafkan. Tapi kali ini sama sekali tidak sulit, tapi bingung. Kesalahan mana yang harus aku maafkan. Bahkan aku gatau kamu pernah buat salah apa."
Laras lagi-lagi hanya tersenyum mendengar itu. Entah apa yang membuat Laras hobi tersenyum hari ini.
"No, lo tau ga apa yang lo alami sekarang, pernah bang ido alami?" Tanya Laras masih dengan kebiasaan barunya
Laras tau, Noe mendengarkannya walau ia tidak merespon.
"Bedanya, lo bisa ngerasain itu sekarang tapi bang Ido ga tau apa-apa tentang itu." Lanjut laras sambil menatap kosong ke depan.
Noe masih bingung tentang apa yang sebenarnya Laras katakan, dari awal kata hingga kalimat terakhirnya barusan membuat Noe berpikir keras.
"Karena sebenernya gue sama bang Ido bukan saudara kandung." Lanjut Laras lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pagi dan Senin
Novela JuvenilLangit sedang hujan. Aku kembali berfikir, kenapa orang-orang begitu mengagumi hujan . Bahkan tulisan tentang hujan hampir tak terhitung jumlahnya. Dari sajak, puisi, novel, bahkan pantun. Tapi aku sama sekali tidak terfikirkan tentang itu. Yang kui...