#36: Sorry, I'm Defective

4.7K 514 47
                                    

Rena's side ...

Pak Taeyong berjalan menghampiri gue yang sedang berkutat mencuci piring di dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pak Taeyong berjalan menghampiri gue yang sedang berkutat mencuci piring di dapur. Dia mengambil spons cuci piring di tangan gue, dan menggantikan tugas gue; mencuci piring.

"Pak, biar saya aja yang cuci piringnya. Bapak nonton tv aja." Suruh gue. Di malah menggelengkan kepalanya dan lanjut mencuci piring.

"Pak Taeyong kan udah saya tinggalin selama satu minggu, pasti kerjaan rumah semuanya Bapak yang tanganin, kan? Ya udah, sekarang perkerjaan rumah biar saya ambil alih lagi."

"Kata siapa?"

Gue mengerutkan dahi.

"Selama kamu gak ada, semua pekerjaan rumah dikerjakan sama almarhumah kembaran kamu, Rana. Ternyata dia jago masak, ya?"

Kedua mata gue berbinar. "Rana bisa masak?"

Pak Taeyong mengangguk. "Iya, masak apa pun dia bisa. Sebelas duabelas lah sama masakan para ibu rumah tangga."

"Wah... Saya gak nyangka lho! Dia lebih baik dari saya, ya? Kakak saya memang hebat."

Tiba-tiba Pak Taeyong menghentikan aktivitasnya, ia menghadap ke gue.

"Kamu jauh lebih baik dari siapa pun, Rena." Ucapnya dengan tatapan tersirat kejujuran, sehingga membuat gue tersenyum.

"Tapi saya gak bisa masak." Jawab gue.

Dia menggelengkan kepalanya pelan. "Kebaikan itu, bukan dilihat dari seorang wanita yang jago masak, tapi kebaikan itu dilihat dari hati. Kamu wanita terbaik yang pernah saya temui setelah mama saya."

Bibir gue mengerucut, air mata pun memaksa untuk keluar. "Saya bangga dan merasa beruntung bisa menjadi istrinya Pak Taeyong."

"Kenapa kamu berpikir begitu?"

"Karena Pak Taeyong adalah seorang lelaki bijak dan dewasa yang pernah saya temui setelah papa saya."

Pak Taeyong tersenyum menatap gue. "Ternyata kamu beneran Rena."

"Ya terus Bapak pikir saya Roni?" Gue tertawa.

"Saya sangat beruntung bisa mendapatkan kamu, Rena." Pak Taeyong memeluk gue. Tapi tiba-tiba perasaan gue jadi gak enak setelah mendengar ungkapan Pak Taeyong barusan.

"Tapi Pak, saya... gak bisa ngasih Pak Taeyong keturunan."

Awalnya gue merasakan elusan lembut di punggung gue, tapi sekarang Pak Taeyong berhenti mengelus punggung gue, dan gue malah mendengar suara isakan tangis; Pak Taeyong menangis.

Dia semakin mengeratkan pelukannya ke gue, mendengar suara tangisan Pak Taeyong, gue pun tak kuasa untuk menahan tangisan gue.

"Maaf Pak... Saya cacat, saya gak bisa ngasih Bapak keturunan yang lucu, saya cacat... maaf..."

Hello, Sir! | TAEYONG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang