happy reading.
Alana tau, dia sudah kelewatan dengan Jeno.
Jeno, satu-satunya laki-laki paling tulus yang pernah ada di hidup Alana selain Papa, tapi Alana malah menyia-nyiakannya. Mengatakan berbagai hal kasar, mengutuk, menyumpah-serapahi Jeno, serta melemparkan tuduhan tak berdasar hanya karena sebuah fotonya bersama perempuan lain yang bahkan belum Jeno jelaskan kebenarannya.Kemudian, setelah semua yang Alana lakukan, Jeno tidak lagi menghubunginya.
Bukan karena Jeno merasa kecewa, bukan pula karena tak ingin lagi berada dalam kehidupan Alana.
Tapi, laki-laki itu ingin menenangkan pikirannya terlebih dulu sebelum bicara dengan perempuan tersayangnya selain Ibu. Mempertimbangkan berbagai hal yang harus dan tidak harus ia katakan demi menjaga Alana tetap disisinya.
Namun, sia-sia. Tepat setelah ia menghubungi kembali Alana setelah sekian lama, perempuan itu telah berubah. Hatinya, tak lagi berlabuh pada Jeno. Tanpa Jeno sadari ia telah mengangkat jangkar, pergi berlayar sejauh mungkin dari Jeno.
"I'm sick with all of these things, Jen. Fuck with this long distance relationship. I gave up. Please, let me go. Set me free."
Sayangnya, Jeno menyayangi Alana sedalam itu. Sampai pada tingkat dimana Jeno rela tersakiti hanya demi melihat Alana bahagia.
Karena itu, Jeno melepas Alana semudah itu.
Untuk apa dipertahankan? Untuk apa Jeno memaksa Alana tetap tinggal jika perempuan itu tak lagi menemukan bahagianya pada Jeno?Jeno sayang Alana, no doubt. Maka, Jeno saat itu hanya berkata,
"You know, Al, you can go everywhere you want. But, when you feel tired with your journey, turn your back, I will be there. To be your home. To be the only one place you can share your worries. I won't judge you, just, come to me when you feel the world isn't as fair as you think. When you feel tired with life. I will be there for you."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝔹𝕖𝕗𝕠𝕣𝕖 𝕪𝕠𝕦 𝕘𝕠
Fiksi Penggemar𝒂𝒍𝒕𝒉𝒐𝒖𝒈𝒉 𝒘𝒆 𝒖𝒔𝒆𝒅 𝒕𝒐 𝒕𝒂𝒍𝒌 𝒂𝒃𝒐𝒖𝒕 𝒇𝒐𝒓𝒆𝒗𝒆𝒓, 𝒏𝒐𝒘 𝒘𝒆 𝒃𝒓𝒆𝒂𝒌 𝒆𝒂𝒄𝒉 𝒐𝒕𝒉𝒆𝒓 𝒘𝒊𝒕𝒉𝒐𝒖𝒕 𝒎𝒆𝒓𝒄𝒚. cover sc: pinterest