Part 3 - Siswa Bermasalah

17 3 0
                                    

HAPPY READING!

Playlist | Red Velvet — See The Stars

***

"Shannon?"

Langkah Shannon terhenti saat mendengar namanya dipanggil, matanya terhenti pada Bu Yeri—guru kesiswaan yang mengantarkan Shannon ke kelas saat hari pertamanya di sekolah. Wanita berumur 30 tahunan itu terlihat berdiri beberapa meter darinya.

Shannon berjalan mendekat, "Iya, Bu?"

Bu Yeri terlihat memandangi Shannon sebentar, kemudian tersenyum tipis, "ikut ibu sebentar."

Shannon berjalan mengekori Bu Yeri, setelah melewati beberapa kelas—termasuk kelas Shannon, langkahnya terhenti pada sebuah ruangan paling ujung koridor.

"Pegang ini," Bu Yeri menyerahkan sebuah buku merah kepada Shannon, "bantu saya mencatat siswa bermasalah."

Siswa bermasalah?

Shannon mengangguk walau otaknya masih belum bisa mencerna apa yang dimaksud Bu Yeri, gadis itu membuka buku yang diberi Bu Yeri dan tetap setia mengikutinya—memasuki ruangan yang sedikit lebih kecil dari kelasnya itu.

"Kalian lagi! Gak bosen apa ketemu saya?!" Bu Yeri mulai bersuara dengan lantang membuat Shannon mengusap telinganya.

"Bosen!" Sebuah jawaban serempak terdengar di telinga Shannon, membuat gadis itu mendongak—tatapannya beralih dari buku ke beberapa cowok di depannya.

Shannon mengerjapkan matanya saat mengetahui siapa cowok yang saat ini berada di hadapannya. Ke delapan cowok tampan dengan wajah babak belur dan seragam yang kusut. Mereka terlihat duduk secara acak dibangku-bangku yang telah disediakan. Ada yang duduk paling depan, paling belakang, pojok kanan, pojok kiri, di tengah, di samping kiri, dan samping kanan. Seolah mereka akan kepanasan jika duduk berdampingan.

Ke delapan mata itu terlihat mulai menyadari kehadiran Shannon, ada yang menatapnya intens dari ujung kepala sampai ujung kaki, menatapnya sambil senyum-senyum tak jelas dengan seringaian setannya, dan ada yang langsung membuang muka.

Shannon membuka buku merahnya dan bersiap menulis menggunakan pulpen yang berada di tangan kanannya.

Mari dimulai.

Tersangka pertama, tepatnya cowok yang duduk paling belakang dengan seragam acak-acakkan dan terdapat bercak darah. Matanya menatap tajam Bu Yeri yang kini mulai berceramah, bibirnya ia gigit kesal—menampilkan luka di sudut bibirnya dengan jelas.

Jadi ini muka ketua gengnya kalo diliat dari deket, ganteng!

Shannon menggelengkan kepala, Shannon fokus ih!

Mata Shannon beralih ke name-tag yang terpasang pada seragam cowok berambut abu-abu itu, Park Chanyeol.

Begitu menuliskannya, Shannon kembali menatap Chanyeol. Kini cowok itu sedang memejamkan matanya, sepertinya Chanyeol menganggap omelan Bu Yeri sebuah lagu yang patut dinikmati. Dan tiba-tiba saja cowok gila itu tersenyum, membuat Shannon terheran, bahkan tidak ada yang lucu disini.

Kedua manik indah itu terlihat terbuka dan tak sengaja bertatapan dengan manik milik Shannon, membuat Shannon menelan salivanya dengan susah payah. Dengan datar, cowok itu segera mengalihkan pandangannya, membuat jantung Shannon kembali berdetak.

Mengerikan.

Lanjut ke orang kedua, cowok itu berada di barisan paling depan, menopang dagunya dengan mata mengantuk, bahkan sesekali menguap, menatap Bu Yeri dengan tatapan kosong. Namanya Oh Sehun, ganteng. Cowok manis yang Shannon lihat di kantin. Apalagi cowok itu hanya mengenakan kaos putih polos. Shannon mengingat sesuatu, dia cowok yang bersandar pada pintu mobil saat kejadian menutup jalan itu.

Beralih ke cowok tampan selanjutnya yang berada di pojok kanan, cowok berambut cokelat yang saat ini tengah memainkan ponselnya. Tak peduli dengan Bu Yeri yang baru saja membentaknya dan memintanya untuk memasukkan ponsel ke dalam saku celananya. Namanya Suho.

Berlawanan sudut dengannya, terdapat satu lagi cowok tampan. Rambut berkeringatnya terlihat seksi di mata Shannon. Ia mengenakan seragam sekolah yang tak di kancing, membiarkan kaos putih polosnya bertemu dengan mata Shannon. Dia Byun Baekhyun. Shannon yakin dia yang duduk di atas mobil pengendara itu.

Pasien selanjutnya yaitu lelaki tampan dengan kulit sedikit lebih gelap dibandingkan yang lainnya. Mengetahui cowok berambut ungu itu tidak menggunakan name-tagnya, membuat mata Shannon mencari-cari disekitar baju dan celananya, tetapi tetap tidak menemukannya.

"Cari ini?"

Mata Shannon beralih ke arah name-tag bertuliskan Kai yang sedang dipegang oleh pemiliknya.

Selanjutnya ada Chen, cowok manis itu hanya memakai kaos hitam polos, terlihat sedang menatap keluar jendela—tidak memperhatikan ocehan Bu Yeri sedari tadi.

Kemudian ada Kyungsoo yang sedari tadi hanya memainkan kukunya, cowok bermata purnama itu sesekali menatap Bu Yeri saat wanita bertubuh gempal itu memukul papan tulis—saat merasa tidak diperhatikan.

Pembuat onar terakhir yang masuk di buku merah itu adalah Xiumin, yang saat ini malah asik mengobrol dengan Kai.

"Mengerti tidak?!" Bentak Bu Yeri yang memperlihatkan urat-urat di lehernya.

"Mengerti, Bu, galak amat," Chen membalasnya dengan nada yang ia sabar-sabarkan. Pencitraan. Sedangkan yang lainnya hanya mengangguk-angguk malas.

"Sudah?" Nada yang Bu Yeri keluarkan padanya berbeda seratus persen dengan yang ia lontarkan kepada delapan lelaki pembuat onar itu.

"Sudah, Bu."

Bu Yeri mengangguk kemudian mengambil buku yang berada di tangan Shannon, "Sekarang kalian bisa bubar, jangan sampai ketemu ibu lagi!"

Setelah mengatakannya Bu Yeri terlihat melangkah pergi, meninggalkan Shannon yang masih terdiam di tempatnya. Sementara ke delapan orang itu sudah mulai berjalan melewatinya satu persatu untuk meninggalkan ruangan ini.

"Lo cantik, kok gue gak pernah liat ada bule disini sih?" Shannon menatap name-tag bertuliskan Kai yang berada di hadapannya itu. Rupanya cowok itu sudah memasang name-tagnya.

Shannon mengela napas, sudah banyak orang yang memanggilnya bule saat hari pertamanya disini. Mengingat wajahnya lebih mirip orang Amerika daripada Korea, dan hanya Shannon satu-satunya yang tidak berwajah Asia di sekolah ini.

Pertanyaan godaan itu membuat kedua temannya yang masih berada di belakang segera merangkul Kai sembari memukulnya, "Gatel lo kambuh deh, Panu!"

Begitu semua orang pergi, barulah Shannon berjalan meninggalkan ruangan itu, menatap punggung jangkung ke delapan cowok tampan di sekolahnya.

Manik Shannon terus memperhatikan ke delapan cowok itu yang semakin menjauh, sesekali beberapa diantara mereka ada yang bercanda. Dan satu hal yang Shannon sadari, setiap orang yang berjalan melewatinya menunduk, tak satupun ada yang berani mengajak mereka berbicara.

Kedua sudut bibir Shannon terangkat, keputusannya memang tepat!

***

TO BE CONTINUED

HOPE YOU LIKE IT!
DON'T FORGET TO VOTE COMMENT AND SHARE!

With love,
Nadia Shena

Dear ShannonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang