13. Busy, Just Being Busy

155 40 4
                                    

Hana memandang lekat ponselnya. Lumayan lama. Menunggu seseorang di sana mengangkat telefonnya.

Setelah selesai satu operasi dan menemui pasien rawat jalan, Hana baru bisa mendudukkan dirinya di atas kursi nyamannya. Waktu menunjukkan pukul enam sore.

Nak?

"Mah-"

Hana memanggil mamahnya setengah berteriak ga sabar. Ini panggilan kelimanya sebelum akhirnya diangkat.

Ada apa? Mamah barusan selesai mandi. Kamu udah pulang belum?

Hana tertunduk sebentar sebelum balas pertanyaan mamah.

"Belum. Mamah mandinya jangan malem-malem."

Ini ga malem, Han. Kenapa? Ada apa telfon mamah?

Hana menghela nafas panjang. Kegelisahannya akhir-akhir ini membuat dirinya ingin mengutarakan isi pikirannya ke mamah.

Nak? Kok diem?

"Dokter Hana."

Seseorang berdiri di ambang pintu ruang kerja Hana sambil terengah-engah. Hana menjauhkan ponselnya dari telinga lalu menatap Heejin yang masih berdiri.

"Ada apa?"

"Dok, boleh tolong lihat pasien nomer 6002? Saya dan beberapa perawat kewalahan ngurusin beliau. Pasien terus mengeluh nyeri sekujur tubuh."

"Pasien sindrom Parkinson?"

Heejin mengangguk.

"Udah dikasih NSAID?" (nonsteroidal anti-inflammatory medication)

Heejin mengangguk lagi. Wajahnya menunduk menandakan perempuan itu beneran kewalahan. Hana harus turun tangan memeriksanya sendiri kalo udah begini.

"Saya kesana habis ini. Tunggu bentar ya."

Hana kembali mendekatkan ponselnya.

"Mah, nanti Hana telfon lagi."

***

Hana memeriksa gerakan mata dan pupil pasien pasca operasi dengan mengarahkan senternya. Bergantian di netra kanan dan di kiri.

"Coba digerakkan kakinya, pak. Pelan-pelan."

Hana membantu pasien yang cukup lanjut usia itu mengangkat sedikit lutut kakinya. Cukup responsif.

"Oke, bagus. Sekarang coba tangannya pak."

Kakek itu menurut seperti yang dibilang Hana. Meskipun sedikit kesulitan, beliau bisa mengangkat sedikit tangannya.

"Oke. Bagus pak. Obatnya diminum teratur kan, bu?" Tanya Hana ke wali pasien yang duduk menemani di sebelah ranjang.

"Saya paksa minum, dok. Kalo ga gitu gamau."

Sang nenek agak frustasi merawat suaminya. Jelas siapa sih yang betah lama-lama di rumah sakit.

"Yang sabar, bu. Bentar lagi ibu sama bapak bisa pulang. Tapi setelah bapak sembuh ya."

Hana mengulas senyum sebelum akhirnya pamit keluar ruang rawat inap diikuti Hyunjin di belakangnya.

"Dok, mau ikut makan-makan ga? Saya sama Jeno sama Heejin mau coba tempat makan baru deket sini." Tawar Hyunjin setelah mereka berdua selesai memeriksa pasien.

Hana memeriksa jam tangannya. Pukul setengah delapan malam.

"Kalian aja udah. Mumpung kalian pada ga ada jadwal piket kan? Have fun."

Unbelievable | HSW, CSY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang