Sedikit bumbu Yaoi.
Pagi yang cerah tanpa awan yang menyembunyikan mataharinya, cuaca yang membuat siapapun bersemangat dan angin yang berhembus membuat pagi ini tidak ada rasa panas sama sekali.
Seharusnya dirinya senang.
Kenapa justru biasa biasa saja...
Halilintar menghela nafas merasakan ada yang janggal pada hatinya ketika ia melangkah masuk kedalam kelas, entah kenapa yang pertama kali yang ia lihat adalah bangku seseorang yang terdapat tas namun pemiliknya tidak ada.
Biasanya jika ia masuk ke kelas disambut meriah oleh Taufan yang biasanya membawa balon atau kejutan membuatnya ingin mengali tanah lalu menguburkan dirinya.
Dan sekarang tidak lagi, sudah berubah. Orang yang biasa menganggunya telah tidak ada.
Kenapa?
"Taufan pacaran sama Yaya." Solar yang biasanya suka mengumpulkan segala informasi yang ada di sekolah, sambil memangku dagunya memandang temannya yang berada dihadapannya hanya bisa terdiam. "Tumben kau nanyakan dia?"
"Aku cuma bingung..." bisik Halilintar pelan menanyakan hal yang baginya tidak penting untuk temannya, tapi entah kenapa dirinya penasaran dengan Taufan sekarang. "Bukannya dia dulu suka sama aku jadi tiap hari terus nganggu aku?"
"Kau taukan?" Solar terkekeh kecil. "Perasaan bisa berubah kapan saja kalau dia sudah bosan denganmu."
Solar bisa menangkap raut wajah temannya yang masih setia tetap datar sepertinya masalah ini tidak ada baik dan buruknya, dirinya tersenyum kecil menebak jika Halilintar sedikit menaruh perasaan kepada Taufan.
"Kau suka Taufan?" Dirinya melontarkan pertanyaan yang barusan niatnya pendam mengingat ia akan mendapatkan jawaban-
"Ngak."
-yang sama
"Dasar tsundere." Degus Solar geli. "Jawabanmu beda dengan raut wajahmu."
Halilintar berdecih menoleh kepalanya arah lain melanjutkan minuman jus apelnya 'Jus apel favorit Taufan.' entah kenapa dirinya mulai suka minuman ini daripada coffe.
Betapa gubluknya Halilintar yang tidak sengaja menangkap Taufan dengan Yaya yang tengah berkeliling sambil bergandengan tangan apa lagu mereka berdua saling memandang lalu tersenyum membuat hatinya terasa teriris iris.
Terlihat mereka berdua sangat romantis.
Halilintar menundukan kepala dengan bola matanya menurun dan kembali memandang Solar yang daritadi meliriknya dengan tatapan mengoda.
"Mau kucolok matamu?" Halilintar mengangkat garpu memandangnya dengan pandangan mengerikan dan lawan bicarannya yang tersenyum senyum saja tidak ada rasa takut sama sekali, justru dirinya sudah setiap hari mendapatkan ancaman darinya.
"Cinta bertepuk sebelah kaki~"
Bruk!
~~~
"Solar mana?"
"Uks, encok punggungnya tuh." Iris netra darahnya yang bertemu dengan iris hijau tua yang tadi bertanya tentang keberadaan temannya yang ia banting, Thorn hanya menatapnya dengan tataan polos mendengar jawaban Halilintar.
"Dia barusan kena apa?"
"Dibanting." balasnya singkat, Thorn yang mengangguk lalu tersenyum meninggalkannya dalam hatinya mungkin menebak bahwa Thorn pergi ke uks menjeguk Solar.
Halilintar yang melihat kepergian Thorn hanya bisa menompang dagu melihat jendela luar langit biru yang cerah ditutupi pohon besar yang sudah bertahun tahun, sangat indah dilihat matahari yang ditutupi pohon terlihat ada celah celah cahaya kecil yang muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without You[√]
Short StoryKekurangan sesuatu membuatnya merasa janggal. ~~~ Karakter by Monsta Ship TauHali