I'll Protect You

1.7K 153 53
                                    


Inikah akhir kisahnya?

Semua yang sudah ia lalui, dengan penuh perjuangan menebas tepi penghalang yang menjalar, hingga kini ia sampai pada ujung yang jurang tanpa arah.

Keadilan tidak berpihak, sedangkan takdir seolah menjadi tuan dalam permainan.

Sekenario yang dibuat Tuhan membelenggu hidupnya, mendesak untuk mengikuti firman dari setiap kejadian yang dibuat-Nya. Cobaan, ujian, eksamen yang Tuhan berikan akan dibuat setara dengan kemampuan seseorang.

Sakura hampir tak percaya. Untuk semua yang telah terjadi, ia tahu ini bukanlah cobaan yang diberikan Tuhan; tapi balasan duniawi atas perbuatan bermukah yang memang pada hakikatnya salah di mata agama. Ia tahun di negara ini kebebasan adalah jaminan kebahagian untuk semua orang, tapi perasaan hina adalah pukulan telak oleh takdir.

Sekarang ia percaya kata karma tidak hanya untuk memenuhi beribu-ribu kosakata di kamus. Tapi, sebuah hukum sebab-akbit itu nyata. Bahkan sampai titik di mana dirinya berada di ambang dilema berkepanjangan, Sakura tidak tahu apa yang harus ia lakukan; memilih satu dari dua pilihan yang menentukan hidup masa depannya.

Entah sudah berapa banyak air mata yang ia produksi atas rasa pilu yang membelenggunya sekarang. Kursi penumpang terasa bagai runcingnya duri yang membuat tubuhnya bergetar hebat menahan sakit yang menusuk. Ia berharap jika waktu bisa berhenti, maka putaran ban mobil ini tidak akan membuatnya jauh dari Sasuke.

Dengan sesunggukan Sakura mencoba menoleh, berusaha melihat sosok di balik gerbang rumah sakit itu. Sasuke masih berdiri di sana. Rasanya begitu jauh ketika kaca mobil berwarna gelap yang memang dibiarkan tertutup rapat menghalangi pandangannya. Di tambah dengan genang air mata yang tanpa hentinya untuk surut, membuat pandangannya terasa semakin kabur.

Tanjakan yang terjal adalah rintangan yang tidak mungkin Sakura lewat. Sendirian dalam kegelapan, dan yang bisa ia lakukan hanya meringkuk sambil memanggil nama pria itu. Ia tidak akan bisa bersama Sasuke; berada di rumah mungil bercat silver di dekat pinggiran kota adalah khayalan tanpa asa. Ternyata ini memang jawaban dari alur yang sudah dibuat.

Orang bilang Tuhan tahu apa yang sebenarnya. Tuhan punya maksud lain dari akhir yang terjadi; semua adalah yang terbaik dari yang baik. Sakura masih belum mengerti arti hidupnya hingga sekarang.

....

....

....

Sasuke ingin melihatnya.

Untuk pertama kali ketika mata mungil itu melihat dunia yang masih kelabu, Sasuke yakin jika irisnya berwarna hitam jelaga tanpa celah. Seperti Uchiha. Seperti gen Sasuke yang dapat dipastikan paling dominan. Hasil replika dari dirinya yang akan memiliki untaian rambut gelap.

Namun, ini bukan hanya masalah pewarisan antara dua gen lain jenis. Ini adalah penghubung suatu perasaan. Ketika Sasuke mengingat jika sebagian dari dirinya ada di dalam tubuh Sakura, ia yakin tali penyambung itu masih mengikat mereka.

Tidak masalah bagaimana perasaannya yang berkecamuk melolong penuh tekanan. Bahkan rasa nyeri bekas tamparan di pipinya tidak menyamai seperti apa denyut di hatinya. Malu dan menyesal menjadi satu hingga perihnya tidak dapat ia tahan lagi. Seandainya dengan berteriak dan meraung-raung dapat menyelesaikan masalah, ia akan melakukannya sekarang.

Sasuke merasa segan karena secara terang-terangan Ibu Sakura menolaknya. Namun, bagai tuli dengan segala macam celaan, ia tetap kukuh. Sasuke tahu ini adalah tanggung jawabnya. Paling tidak, ia bukanlah pria berengsek yang lari dari ganjaran.

Sasuke masih bisa berteguh hati. Ia mempunya kekuatan untuk bertahan, memperjuangkan masa depan yang masih dapat ia genggaman dengan tangannya. Ini karena Sakura dan bayinya; dua orang yang menjadi alasan mengapa Sasuke bisa bertahan sampai sekarang.

Our BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang