Chapter 4

96 3 3
                                    

Scene Terakhir

"Aku menyukai saat kau menggerutu. Senang sekali melihatmu begitu. Dan itu pertama kalinya aku bisa tertawa seperti ini, saat ini, itu berkatmu." Kali ini aku melihat diwajahnya memperlihatkan keseriusan yang baru ditunjukkan padaku. Kupikir dia tidak main-main. "Bersiap-siaplah, sejam lagi kita akan berangkat. Berpakaian sepantasnya, jangan memakai gaun yang terlalu terbuka. Kau ini milikku, mereka tidak berhak melihat apa yang bukan dimiliknya. Segera turun. Aku akan mandi dikamar mandi bawah. Pakai kamar mandi sepuasmu."

Wah, selain suka memburu dan membuatku meledak ternyata dia terlihat berkharisma juga. Mengejutkan sekali.

Happy reading...

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Mobil mewah yang kunaiki bersama ahjussi mesum inj sekarang sekarang sedang menuju pusat kota. Sangat jarang sekali aku pergi meninggalkan apartemenku, karena aku menghabiskan waktu disana dengan membaca buku kesayanganku dan mengerjakan beberapa proyek dari kampusku.

Sekarang aku mungkin meninggalkan beberapa hobiku dan menggunakan waktuku sebaik-baiknya karena aku adalah seorang istri. Umurku yang tergolong muda benar-benar masih harus belajar banyak lagi. Aku menyesal tidak mendengar perkataan bibi Choi yang menyuruh ku untuk belajar memasak dan melakukan hal yang lebih berguna nantinya. Meskipun aku berasal dari keluarga berada, namun sudah dari riwayat keturunan keluarga ku sudah di didik untuk menjadi wanita yang mandiri. Ah, aku jadi rindu bibi. Lain waktu aku akan mampir kerumahnya dan melihat keponakanku yang sangat lucu.

Tanpa sadar aku melamun, tepukan dibahuku menyadarkan ku. "Kau melamun apa?"

"Tidak ada." Aku mengelak. Tidak ingin semua yang ada padaku dia harus tahu bukan? Atau aku salah?

"Ceritakan padaku atau aku akan menelanjangi mu disini." Aku terbelalak kaget saat mulutnya yang tak terfilter itu mengungkapkan kata-kata yang membuatku ingin meledakkan amarahku. Darahku mendidih. Ingin sekali menyumpah serapahi dia saat ini.

"Seungkwon, putar balik. Aku ingin pulang dan sudah malas pergi bersamanya sekarang."

"Tidak, tetap jalan terus." Tegas Dohwan. "Ceritalah kalau ingin cerita. Tidak baik jika dipendam terus menerus. Apa gunanya aku jika kau selalu sendiri??"

Aku terdiam dan menelan ludahku. Dia berbicara apa sekarang? Dia menikmati hubungan suami istri dengan ku dan dia benar-benar menganggap ku sebagai istrinya? Dia bercanda atau bagaimana. Jika benar itu bercanda, dia benar-benar kelewatan. Bagaimana bisa dia seperti itu dan berbeda denganku yang menyesal mengikuti wasiat kakekku yang diharuskan menikah dengan orang sinting seperti dia.
Dan kini aku harus selalu mengikuti perkataannya. Ingin mati saja aku.

Mobil berjenis Ferrari F60 Amerika ini berhenti didepan sebuah gedung mewah. Oh, tentu saja para hadirin yang mengikuti acara harus melewati karpet merah yang tergelar hingga kedalam ruangan. Dohwan keluar mobil dahulu dan memberikan uluran tangannya padaku dan membantuku keluar mobil. Betapa dia memuja wanita yang terlihat dari sikapnya saat ini. Sadarlah, Hana. Sewaktu-waktu mungkin saja dia bisa berubah kan. Jangan terlalu mudah kebawa suasana seperti ini.

Tangannya membantuku untuk mengamit lengan kirinya kemudian tangannya beralih menuju pinggangku. Jujur itu terasa sedikit geli.

"Apakah aku harus berada di sampingmu lalu dipotret mereka seperti acara penghargaan dunia begitu? Tidaklah ini berlebihan? Aku sedikit canggung jika ada yang menanyaiku ini itu." Keningku berkerut dan tanganku mulai mengeluarkan keringat.

"Bersikaplah seperti biasa. Aku tidak akan menyulitkanmu. Cukup tersenyum dan melambaikan tangan seperlunya saja pada kamera. Toh, ini bukan acara penghargaan dunia kan?" Diakhir kalimat ia terkekeh.

"Diamlah." Secara reflek aku mencubit pinggang Dohwan. Kumohon, ini benar-benar pertama kalinya aku datang ke acara penting seperti ini. Meski aku juga dari kalangan atas, aku tidak sampai pergi ketempat seperti ini. Yah, karena aku menikahi seorang CEO. Mungkin wanita-wanita diluar sana yang sedang mengantri menjadi istri Dohwan hanya mengincar harta warisan. Kalau kalian bertanya apakah aku mengincar harta warisan? Oh tentu tidak. Aku hanya ingin bebas saja.

"Dia Tuan Park, CEO Pusat Informasi Wilayah. Yang sedang minum disana Tuan Kim pemegang Saham terbesar di Korea. Harusnya kau tahu dia. Dia cucu Tuan Kim Jak Hoon. Namanya Kim Taehyung. Dia lebih muda dariku tapi dia benar-benar pintar dan licik. Setahun ini aku berusaha untuk menjadi pemegang saham terbesar di Korea. Dan tentu saja aku harus mengalahkan si licik Kim itu." Dohwan yang menjelaskan padaku dengan panjang lebar. Yang benar saja, aku disini harus menghafal semua nama CEO?

Aku tersenyum tipis saat seorang istri CEO menyapaku. Kami berbincang-bincang sedikit dan mengakrabkan diri. Siapa tahu kami akan bertemu lagi. Beberapa saat kemudian, Dohwan datang padaku dengan tatapan datar dan sedikit melirik kearah Nyonya Jang dihadapanku. Ah ayolah, dia ini sensitif sekali.

"Tidak lama bertemu denganmu Tuan Muda Woo." Nyonya Jang menyapa Dohwan sambil tersenyum tipis.

"Tentu saja. Ah, bisakah aku berbicara pada istriku?" Ugh, kata-katanya membuat ku ingin muntah ditempat. Wah, tentu itu akan membuat seisi ruangan ini heboh. Dan mungkin aku dicurigai bahwa aku hamil.

Nyonya Jang mempersilahkan Dohwan untuk berbicara padaku. Tangan besarnya menarik lenganku dengan cepat namun tidak kasar. "Jangan dekat-dekat dengan dia."

Keningku berkerut, "maksudmu nyonya Jang?"

"Siapa lagi?"

Aku terdiam dan menghembuskan nafas dengan kasar dan berharap acara ini selesai dengan cepat. "Aku ingin cepat sampai dirumah."

"Ayo pulang." Ajaknya.

"Sungguh? Memangnya tidak masalah?" Aku hanya takut jika dinilai jelek oleh para istri CEO disini. Aku memang harus menjaga sikap saat diluar penthouse.

"Jadi pulang atau tidak?" Tanyanya sesudah meneguk segelas anggur merah. Aku lapar. Dessert disini juga bukan seleraku. Banyak mengandung kalori. Tapi kalau makan samgyeopsal nanti, bukan masalah.

"Ayo mampir ke kedai daging. Aku ingin makan samgyeopsal panas." Aku benar-benar semangat selama beberapa detik hingga sebuah kalimat yang membuatku ingin memotong mulut Dohwan.

"Kau ngidam?" Spontan aku langsung mencubit pinggang Dohwan hingga Dohwan meringis. "Aku tidak pernah menyentuh mu. Bahkan kita tidak melakukan malam pertama."

"Kau itu CEO atau orang gila yang menyamar sebagai CEO?" Aku tidak tahan dengan sikapnya seperti ini. Entah dia sedang mengujiku atau memang sengaja ingin menjahiliku. "Ah sudahlah, kau menyebalkan." Aku memasang wajah tidak enak.

"Baiklah, kita akan pergi membeli samgyeopsal, ah iya, bukankah kau tadi bilang ingin membeli bahan makan bukan?" Angguknya selagi meneguk anggur ditangannya.

"Tentu," aku mengecek hp, ternyata ada panggilan masuk dari eomma. Ah, nanti saja aku telfon balik.

"Masakanmu enak," ucapnya sambil sedikit tersenyum, matanya menyipit. Sewaktu awal aku bertemu dengannya saat makan malam kelurga dimalam sebelum pernikaha, kukira dia tersenyum menyipit seperti itu, ia tidak bisa melihat apa-apa. Dia menertawakan ku kemudian saat aku melontarkan kalimat yang sedikit mengejek mungkin padanya. "Kalau begitu, para pekerja rumah tidak akan kembali."

"Mana bisa seperti itu? Lalu seperti membersihkan rumah dan sebagainya itu juga aku yang mengerjakannya?" Aku melotot.

Dia terkekeh geli. "Kau benar-benar bodoh. Hanya kau yang menjadi juru masak ku dan akan selalu menjadi istri nomer satuku."

Tunggu.

"Dikata terakhirmu, kau ingin mempunyai istri dua?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Married With AhjussiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang