"Jaemin," panggil Renjun yang membuat atensi Jaemin teralihkan.
"Kenapa kuplukmu tidak dilepas sejak datang?" tanya Renjun yang sejak tadi merasa heran dengan kupluk yang tengah dipakai oleh Jaemin.
"Ini?" tanya Jaemin menunjuk kupluk yang menutupi seluruh kepalanya.
"Iya. Memang apa lagi yang ada di kepalamu, kalau bukan itu?" kesal Renjun.
Jaemin tertawa. Mencuri sebuah ciuman di pipi kanan Renjun. Mendekatkan tubuh kekasihnya lebih dekat.
"Aku akan membukanya saat kita akan tidur. Tapi, sebelum itu aku akan mengatakan sesuatu kepadamu, Renjun." Jaemin tersenyum. Merubah posisi duduknya untuk menghadap ke arah Renjun.
"Kita pindah ke tempat tidur dulu, ya?" pinta Jaemin yang sudah menarik Renjun untuk berdiri.
Berjalan mendorong tubuh Renjun dari belakang. Dan menaiki tempat tidur. Duduk berhadapan dan menggenggam tangan kekasihnya.
"Renjun. Apa kau masih ingat dengan apa yang aku katakan saat aku mengutarakan perasaanku?"
Renjun mengangguk. "Aku ingat, Jaem."
Jaemin tersenyum. "Empat setengah tahun bukanlah waktu yang singkat untuk kita lalui bersama sebagai kekasih. Dan tiga tahun kita menjalin hubungan jarak jauh aku tetap mencari sebenarnya apa yang kosong dalam relung hatiku. Walaupun aku tahu, kalau itu adalah kau, Huang Renjun."
Jaemin mencium tangan Renjun. Dan kembali tersenyum.
"Aku juga melakukan hal yang sama, Jaemin. Mencari apa yang sebenarnya kosong ini. Tapi, aku tahu kalau itu adalah kau. Kau, Na Jaemin."
Jaemin menundukkan kepalanya. "Arti kalung yang kuberikan berbentuk puzzle ini adalah seperti sebuah ruang kosong yang pada setiap jalan kehidupan setiap orang. Baik itu keluarga, karir, cinta, persahabatan dan arti kehidupan masing-masing orang. Dan ...."
Jaemin menggantungkan kalimatnya. Merasakan sesuatu akan mengalir kembali dalam hidungnya, Jaemin dengan cepat menutup hidungnya.
"Kau kenapa, Sayang?"
"Aku ingin bersin. Tapi aku tahan," balas Jaemin dengan terkekeh kecil.
Jaemin menundukkan kepalanya. Kemudian menengadahkan kepalanya ke atas. Menarik tangannya ke kanan dan ke kiri hanya untuk mengelap darah yang akan keluar dengan lengan bajunya yang berwarna hitam. Untung aku menggunakan baju hitam.
"Renjun. Aku ingin kau yang membuka kupluk kepalaku."
Jaemin tersenyum.
Renjun yang mendengar permintaan Jaemin, dengan segera memegang kedua sudut kupluk yang dikenakan oleh Jaemin. Mengangkatnya perlahan demi perlahan. Tangannya terhenti saat melihat kedua sisi kepala Jaemin tidak memiliki rambut.
"Kenapa berhenti? Aku mohon lepaskan."
Renjun menggeleng. Air matanya turun. "Jaem. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa? Kenapa kau kurus seperti ini?"
Tangan Renjun kembali menurunkan kupluk yang dikenakan oleh Jaemin. Perasaannya tidak kuat dengan apa yang akan dilihatnya. Namun, tangan Jaemin dengan cepat menahannya.
Jaemin menggelengkan kepalanya. "Kau harus membukanya Renjun. Rahasia yang aku simpan selama tiga setengah tahun darimu."
"Aku mohon."
Renjun menggigit bibir bawahnya. Tangannya kembali menarik ke atas kupluk yang dikenakan oleh Jaemin secara perlahan. Napasnya semakin tercekat saat melihat tidak ada sehelai rambut pun di kepala Jaemin.
"Aku semakin tampan, kan?" Jaemin berkata dengan senyumnya.
Renjun mengangguk. Ia menundukkan kepalanya. Air matanya turun dengan deras.
"Jangan menangis, Sayang. Aku baik-baik saja. Lihat buktinya aku ada di depanmu, Renjun."
Jaemin menangkup kedua pipi Renjun. Membuatnya untuk menatap dirinya.
"Lihat aku tersenyum, bukan?"
Renjun menutup matanya. Tangisnya pecah dan memeluk tubuh Jaemin.
"Maaf. Maaf, karena membuatmu menangis di hari pertemuan kita yang pertama kali sejak aku berangkat ke Jepang, Sayang."
Renjun menggeleng. Ia tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Renjun hanya bisa menangis di dalam pelukan Jaemin.
Dan kini, Jaemin di dalam pelukannya. Menjadikan tubuhnya sebagai tempat sandaran Jaemin, seperti apa yang Jaemin lakukan dulu. Tangannya membelai kepala Jaemin yang kini telah botak seutuhnya.
"Kau tahu Renjun. Aku belum menyelesaikan kata-kataku tadi."
Renjun memeluk erat tubuh Jaemin. "Apa memangnya, Jaemin?"
"Kau. Kau adalah puzzleku yang hilang. Puzzle dari setiap arti dalam kehidupanku. Dan bolehkan aku melengkapinya sekarang?"
Renjun mengangguk. Air matanya turun membasahi kepala Jaemin. Tangannya menggenggam kuat tangan Jaemin.
"Terima kasih. Karena kau mau menerimaku kala itu. Terima kasih, Renjun."
Renjun mengangguk.
"Renjun?"
"Iya, Jaemin?"
"Aku mengantuk. Bolehkan aku tidur lebih dulu?" pinta Jaemin.
"Tidurlah, Sayang."
Jaemin mengangguk. Matanya menutup perlahan. "Aku mencintaimu, Renjun. Sampai kapanpun."
Tangis renjun pecah. Ia semakin kuat menggenggam tangan Jaemin. Dan merasakan tangan Jaemin yang semakin merenggang.
"Aku mencintaimu selamanya, Jaemin."
Renjun mencium Jaemin. Menidurkan tubuh sang kekasih yang di sampingnya. Merasakan hembusan napas terkahir yang begitu pelan. Senyum di wajah Jaemin tidak memudar. Jaemin pergi dengan tenang dengan membawa semua cinta yang dimiliki olehnya.
***
30 Juni 2020
FIN
KAMU SEDANG MEMBACA
Potongan Puzzle (Jaaemin Renjun) ✓
ФанфикSebuah potongan puzzle yang dicari oleh Jaemin dan Renjun. Hingga akhirnya menemukan arti sesungguh dari potongan puzzle itu.