12

924 77 7
                                    

Adrien memainkan makanan di depannya. Ia tidak nafsu makan. Kenapa tidak? Dia makan sendirian di meja makan yang super panjang dan kursi yang banyak. Tapi kursi banyak itu tidak ada yang mendudukinya. Hanya satu yaitu kursi Adrien duduk. Adrien hanya ditemani Nathalie yang mengamatinya di ujung ruangan. Menambah suasana sunyi. Tidak ada percakapan.

"Umm Nathalie, bolehkah aku meminta izin pada Ayahku bahwa aku ada janji dengan temanku di taman?" Tanya Adrien memecah suasana.

Nathalie hanya mengangguk. "Boleh. Tapi Ayahmu masih sibuk." Jawaban Adrien membuat moodnya menjadi droop.

Adrien bersikeras. Dia berlari dari ruang makan menuju ruang kerja Ayahnya, Gabriel Agreste. Dia membuka pintu ruang kerja Ayahnya, menampakkan sosok Pria baya yang sedang fokus menyentuh layar komputernya. "Kenapa kau datang kesini, Adrien?"

"Ayah, aku ingin bertemu dengan teman-temanku ditaman. Kami punya janji." Pinta Adrien memelas. Wajah Ayahnya tetap seperti biasa, selalu tetap. Terkadang Adrien berpikir apakah Ayahnya mempunyai perasaan.

"Tidak Adrien. Kau ada kelas piano sekarang." Tolak Ayahnya.

"Tapi Ayah..."

"Lakukan yang Ayah perintahkan padamu! Ini untuk kebaikanmu anakku." Ucap Gabriel memotong perkataan Adrien.

"Baik Ayah." Dengan lesu Adrien menutup pintu ruang kerja Ayahnya dan berjalan menuju kamarnya.

Krek! Suara pintu tertutup dan dikunci.

"Kenapa Ayahku tidak pernah mendengarkanku!" Ucap Adrien menyalakan handphone-nya menyalakan suara alunan piano agar penjaganya mengira bahwa Adrien sedang memainkan pianonya. Meletakkannya di atas piano kesayangannya.

"Jika Adrien tak bisa keluar, maka Cat Noir bisa. Plagg Claws Out!


**********


"Urrggh! ujian ini akan membunuhku, aku bersumpah." Ucap Alya yang sedang membaca buku Matematika di tangannya.

Kini Alya, Marinette dan Nino sedang duduk di sebuah taman beralaskan karpet untuk belajar bersama Matematika untuk ujian besok. Akibat serangan Akuma tadi saat pelajaran berlangsung sekolah memulangkan semua muridnya dan pelajaran Matematika Ms. Mendelelev ditiadakan, jadi digantikan ujian Matematika besok hari.

"Ini akan membutuhkan banyak belajar." Lanjut Alya sambil memijit kepalanya pusing.

"Akhirnya kita bisa menderita bersama." Ucap Marinette mendukung sahabatnya yang menderita.

"Sayang sekali Mr. Agreste tidak akan membiarkan Adrien datang. Yeah, dia juga tampak sedih tentang hal itu." Ucap Nino sedih setelah ia membaca pesan dari Adrien bahwa Ayahnya tidak mengizinkannya keluar.

Nino menerawang jauh ke langit. Ikut merasakan perasaan sahabatnya yang terkurung dirumahnya tanpa ada yang menemaninya. Mata Nino tak sengaja menangkap sesuatu yang familiar.

"Nino? Ada apa?" Tanya Alya menyadari pacar memandang sesuatu di atas langit. Bukan tepat di atas langit. Namun di atas salah satu atap rumah dekat mereka duduk.

"Apa itu... Cat Noir?" Gumam Nino pada diri sendiri.  Dan menunjuk penampakan yang ia lihat kepada teman-temannya.

"Ya! Itu Cat Noir!" Jawab Alya.

"Dan apakah dia sedang menatap kita?" Tanya Nino.

"...ya." jawab Marinette.

CN menatap mereka bertiga sendu. Seolah olah ada sesuatu yang tersirat di mata CN.

"Kenapa dia menatap kita seperti itu?"

"Haruskah kita mengundangnya?"

"Apakah dia pintar Matematika?"

Mission in Paris [ FIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang