Jika mulai detik ini ada yang berubah dari diri saya, tiba-tiba saya memberi jarak -menjauh. Masa bodo pada lidahmu yang tak henti-hentinya mengumbar retorika. Kemudian melempar umpatan, serapah benci dengan omong kosong mulut pembual adalah cara terbaik membuang-buang waktu. Untuk apa? Saya hanya akan diam panjang sewaktu-waktu, saya bukan lelah, tapi sudah cukup malas berdiplomatis. Pada akhirnya saya mungkin bisa lupa cara menjadi manusia, karena kamu-kamu pernah tidak mengorangkan saya.
Kamu hanya bergairah dengan teman-teman sepertumbuhanmu, sepemikiranmu, sehingga mengunci mulut untuk bicara basa-basi pada yang lainnya juga -pada orang-orang yang kau anggap beda. Di dalam satu ruang, mungkin saja kamu lupa. Tapi saya sering ingat ketika merenung. Kamu gemar abai, saya seperti asing. Sia-sia bertahan, bukan berarti sesal pernah berjuang. Ini tak ubahnya seperti teman rasa dusta. Seseorang yang baik namun sering dilukai, bisa menjadi pendendam ulung. kamu tak perlu waspada terhadap orang brengsek. Cukup hati-hati pada orang baik yang selalu senyum, meski kau kerap tidak mengindahkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATI MENCINTAI
PoetryTuhan mungkin tidak mengizinkanmu memilikinya, tetapi tuhan mengizinkanmu untuk mencintainya.