Mata Jieun terbuka perlahan, ia mengedarkan padangannya.
"Aku dimana?"gumam Jieun.
"Di kamarmu"sahut seseorang.
"Jimin?"
"Tidurlah"jimin mengelus kepala Jieun.
Jieun menggeleng.
"Aku haus"
Jimin langsung mengambil air minum yang ada di meja Jieun dan memberikannya.
"Pelan-pelan"tegur Jimin.
Bibir pucat Jieun tersenyum di balik gelas yang menempel di bibirnya.
Jieun suka Jimin yang seperti ini.
"Terimakasih sudah menolongku"ucap Jieun.
Jimin mengangguk sambil menatap Jieun.
"Jimin. Tak bisakah aku tetap mencintaimu?"
"Berhentilah mencintaiku Jieun"
"Kenapa?"
"Aku bukan orang yang pantas"
Jieun menunduk, air matanya langsung keluar tanpa bisa ia cegah.
"Aku sudah mencobanya dengan berbagai cara untuk melupakanmu tapi pada akhirnya aku menginginkanmu lagi dan lagi"ucap Jieun sambil sesekali menghapus air matanya yang sialannya selalu keluar.
Jimin mengambil tangan Jieun yang sedang menghapus air matanya. Jimin menggemgam tangan Jieun.
"Aku sudah bertunangan dan kau tau itu"
"Kau bisa memutuskan pertunangan, lagi pula kalian hanya tunangan bukan menikah"
"Tidak semudah itu Jieun, aku tidak ingin kau dalam masalah dan terluka"
***
"Akhirnya datang"
Jimin mengangguk dan kemudian duduk di kursi yang sudah disiapkan.
"Kudengar kau sakit?"
"Ya"
"Baiklah hari ini akan kubuat kau lebih sakit, ikat dia"
Siksaan demi siksaan Jimin terima, sambil menutup mata ia menahan rasa sakit.
"Sudah kubilang jangan membuat adikku menangis bukan? Masih saja membuatnya menangis"ucap orang itu sambil duduk menikmati pertunjukkan siksaan pada Jimin.
"Cukup"seru orang itu setelah satu jam lamanya membuat tubuh Jimin kini menjadi memar dimana-mana.
"Harusnya aku menyiksamu lebih dari hari ini, namun bersyukurlah adikku memintaku agar menyiksamu tidak seperti biasanya saat kau melakukan kesalahan"ucap orang itu lagi.
Jimin hanya diam tatapannya kosong.
"Bawa dia pergi"suruh orang itu yang kemudian langsung saja Jimin deseret keluar.
Jimin mengelap darah yang tersisa di wajahnya. Jimin duduk di halte bus sambil sesekali meringis kesakitan.
"Aku harus pulang cepat sebelum ketahuan"jimin langsung masuk ke dalam bus.
Di rumah Jimin.
Somin menatap pintu kamar Jimin. Hp Somin bergetar pertanda pesan masuk.
my sister💜 : Sudah kuhukum.
Somin : Terimakasih.
Somin langsung menatap pintu runah yang terbuka. Jimin berjalan masuk, Jimin berhenti di depan Somin.
"Sudah puas?"tanya Jimin.
Somin mengangguk sambil tersenyum. Somin merangkul lengan Jimin,ia membantu Jimin ke kamar.
"Istirahatlah Jim"
Jimin menepis tangan Somin dan kemudian duduk di atas kasurnya.
"Lucu sekali"sahut Jimin sambil menatap Somin yang berdiri di hadapannya.
"Apa maksudmu?"
"Jangan pernah ganggu Jieun, cukup aku"peringat Jimin.
Somin mengangkat bahunya.
"Tergantung dari sikapnya"ucap Somin.
Jimin tersenyum dan kemudian bangkit berdiri dan mendekat ke Somin. Jimin memegang kedua pipi Somin dengan satu tangannya.
"Aku akan membunuhmu tak perduli seberapa besar kekuasaan keluargamu. Tentang Jieun membully mu dulu aku minta maaf atas namanya. Tapi jika kau menyakitinya ataupun memegang sehelai rambutnya, aku tak segan-segan langsung membunuhmu dan kaka sialan mu"suara Jimin sangat dingin.
Hati Somin menjadi sesak seketika. Somin memalingkan wajahnya menghindari tatapan Jimin. Tangan Somin mengepal menahan emosinya.
"Tunangan? Kau pikir dengan pertunangan sialan ini aku jatuh cinta padamu? Tidak. Aku memang sahabatmu tapi itu dulu sebelum kau berubah jadi iblis"ucap Jimin lagi yang kemudian menjaukan tangannya dari wajah Somin.
Somin langsung berlari keluar kamar Jimin.
"Sialan"umpat Somin.
Air matanya terus keluar tanpa bisa ia cegah.
"Aku mencintaimu. Bagaimana bisa kau memperlakukanku seperti ini?"Somin menangis sejadi-jadinya.
Hp jimin bergetar.
Ibu : Jimin ayahmu harus pergi bisnis dalam 2 minggu ini jadi ibu harus menemaninya, nanti kaka Somin datang untuk mengurus kalian berdua.
Jimin mendengus.
Jimin : ya
Ibu : Have fun
Jimin menutup matanya berusaha mengendalikan emosinya yang siap meledak.
"Jieun"gumam Jimin.
"We'll be okay"
Disisi lain Somin sedang duduk menghadap cermin besar yang tepat berada di depannya. Tatapannya kosong, ia mengelus wajahnya yang ada di cermin.
"Menyedihkan"
Sebuah kata yang Somin sangat benci, namun sayangnya ia mengalaminya hari ini.
Lagi untuk kesekian kalinya.
Namun beberapa detik kemudian Somin tersenyum. Di dalam otaknya terdapat berbagai rencana lucik dan keji.
"Ayo kita bereskan tikus sialan itu"
***
Jieun menatap hpnya sambil sesekali tersenyum melihat chatnya yang dulu dengan Jimin.Me : Jiminnnnn jimmm jimmmmm
Jiminnie💞 : ?
Me : I love youuuuuuuuuu
Jiminnnie💞 : Gila ?
Me : Hehehe jadi jawabanmu apa?
Jiminnie💞 : I hate you too
Me : Kkkkk jangan terlalu galak ayo makan tteokbokki di tempat biasa.
Jiminnie💞 : Kau gila? Besok ujian
Me : Lagi pula kau pasti sudah belajar kan. Temani aku sebentar saja? Ayooo ayoooo go go gooo
Jiminnie💞 : Read.
Jiminnie💞 : Aku sudah di depan rumahmu.
Jieun memeluk hpnya seolah percakapan manis mereka dulu akan pergi meninggalkannya.
"Aku mencintaimu"gumam Jieun.
"Selalu"lanjut Jieun.
Tbc.
Siapa yg juga suka senyum2 kalo liat chat history sama gebetan pacar atau mantan? Wkwkk
Udah masuk konflik sebenarnya nehh wkwk
Jangan lupa klik bintangnya + Komen biar aku cepet updatenya wkwk
Byebye.
Luv ya💜
KAMU SEDANG MEMBACA
My Oxygen | Park Jimin (Lanjut season 2)
FanfictionSong Ji Eun gadis biasa saja yang terlalu mencintai seorang lelaki, lelaki yang bagaikan oksigen untuknya. Semua cara telah ia lakukan demi bisa dekat dengan lelaki pujaannya itu namun semua itu belum cukup, lelaki itu masih tak melihatnya. Lelaki...