Kau meredam luka. Kau selalu salah. Hidupmu selalu didera derita. Kau tak pernah sempurna dimatanya. Mata seorang mertua.
Caci maki kerap kau terima. Selalu saja ada titik noda menurutnya. Menurut seorang mertua yang maha sempurna.
Aaaah... Kau mulai lelah. Jerih payahmu tak pernah dianggap. Baktimu sebagai anak mantu tak pernah berarti. Kau bagai anak tiri di keluarga suami sendiri.
Begitu pula suamimu, yang tak pernah membelamu. Bahkan cenderung menyudutkanmu. Betapa remuk redam perasaanmu. Tangisan setia menemani di setiap malammu.
Kau seperti tak punya arti. Rumah tangga yang kau kira sempurna, ternyata tak lebih dari sekedar luka. Kau merasa ingin menyerah.
Kini, kau terdiam di sudut ruangan. Menatap nanar sosok mertua yang masih meracau. Masih terpaksa harus mendengar setiap cacian, makian, hinaan yang di tunjukan untukmu. Kau masih terdiam. Lelehan air matamu mewakili segala rasamu.
Tak ada yang peduli. Bahkan tak ada satupun yang menyadari kehadiranmu. Mereka terlalu sibuk mengolok-olokanmu.
Kau jengah. Dalam hening kau berbisik lirih, "bahkan setelah aku mati gantung diripun, kalian masih saja menghinaku..."
#end
KAMU SEDANG MEMBACA
Mertua
Horrorapakah aku dilahirkan hanya untuk mendengar caci dan makian dari seorang mertua...