5. Revan Berulah

138 21 8
                                    

Happy Reading!❣️

*****
Selalu ada alasan mengapa seseorang berubah. Mungkin kamu sudah melukai hatinya.
-Allycia Esmeralda.
*****

Bima membuka pintu ruangannya dengan muka lempeng. Mengantuk, lelah dan lapar memaksanya selalu tampil optimal. Alhasil di sinilah ia sekarang. Bekerja dan bekerja.

Wajah tampan Bima tambah kusut tatkala telinganya mendengar rekan satu ruangan sekaligus teman nongkrongnya bernyanyi keras ala artis Bollywood.

Padahal niat Bima datang pagi agar bisa menyiapkan bahan pembelajaran untuk bimbel nanti. Hari ini ia sangat sibuk, akan ada kelas yang ia masuki mulai pagi sampai sore, termasuk les privat Cia yang menutup schedulenya hari ini. Tapi sepertinya Zidan tidak bisa diajak berkompromi.

"Chori chori cupke cupke. Chori chori cupke cupkeeeee," dendang Zidan menggoyangkan lehernya yang lentur bak Tina Toon.

"Lo bisa gak stop nyanyi, kepala gue mau pecah denger suara lo," ucap Bima dingin.

Zidan berhenti bernyanyi lalu mengecilkan volume lagu India yang terputar di ponselnya.

"Lo jangan hadang-hadang ritual Bang Zidan dong Bim! Kayak gak hafal aja," kesal Zidan.

"Terserah lo," putus Bima akhirnya.

Zidan menghampiri meja Bima cepat. "Yahut gak jadi gurunya Cia? Cantik mana foto sama yang asli? Gue kepoin instagramnya semalem. Cantik banget Bim seksi lagi."

"Matiin dulu lagunya," Bima menunjuk ponsel Zidan dengan dagu.

"Beruntung harusnya lo kenal temen kayak gue. Guru bermartabat. Doyan lagu india bukan lagu diskotik," balas Zidan menggerutu mematikan lagunya.

"Lagunya gak mati, gue gak cerita," ketus Bima.

"Iye-iye. Sensi amat."

Zidan kembali menghampiri Bima dengan muka sebal. Apalah daya jika rasa keponya di atas rata-rata. Terpaksa khusus hari ini tidak ada India-Indiaan dulu.

"Murid lo itu selebgram terkenal Bim. Fotonya ada di majalah remaja ala-ala anak SMA gitu lah," cerocos Zidan duluan.

"Gak usah lo jelasin gue juga tau," ucap Bima menyeruput kopinya yang ia beli di luar.

"Enak ya jadi lo Bim. Beruntung lo bray. Bayangin nih ya, lo kerja terus murid lo cakep, kayak dapet apa coba? Kayak dapet reward man!" kata Zidan antusias.

Bima berdecak sebal. Mendadak ia kembali gusar teringat kesepakatan semalam.

"Apa gue nyerah aja ya? Tapi gue terlanjur setuju jemput itu cewek pulang sekolah," tanya Bima merenung.

Bima anti ribet. Apalagi kalau harus jemput anak perawan orang yang jelas-jelas tidak mau pulang dengannya. Belum apa-apa ia sudah wegah duluan.

"Kok nyerah? Harusnya malah lo pepet! Modelan ABG labil kayak Cia pasti doyan sama cowok bule kayak lo! Liat tampang tuh cewek gue udah paham pasti pilih-pilih masalah cowok. Emangnya lo gak mau punya gandengan cantik? Inget umur Bim! Sendiri terus," timpal Zidan.

U for MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang