2 | Sabar ya, Mas

9K 485 0
                                    


"Ya, ada yang nyariin."

Sea mengalihkan sebentar atensinya pada Diana yang baru duduk. "Siapa, Mbak?"

Dengan netra yang menatap Sea, wanita itu mengedik dibarengi ekspresi bingung di wajahnya. "Gak tau. Tapi ganteng, lho."

Sudah bisa ditebak. Laki-laki, ganteng, mencari dirinya, ya siapa lagi kalau bukan Ervan. Kalau Sean yang datang kesini. Mana mungkin berdiam di lobi. Pasti Sean sudah naik ke atas dan langsung menuju ruangannya. Mbak Diana pun mungkin tidak akan bilang tidak tahu kalau Sean yang datang.

Seolah baru tersadar, Sea langsung panik. Dia langsung bergegas untuk turun ke bawah. Bisa gawat kalau ada Ibunya bertemu Ervan dibawah sana. Mengingat ini adalah jam makan siang.

Tapi sebelum Sea benar-benar berlalu dari ruangan itu, ponselnya berdering tepat ketika dia mencapai daun pintu. Sea balik lagi ke mejanya, mengambil benda pipih yang masih berdering itu sembari menerima telepon dari Ervan. Kegiatannya tentu tak luput dari penglihatan Diana yang terheran-heran. Bahkan dalam kepalanya sudah berspekulasi kalau Sea kedatangan orang yang akan menagih utang.

"Mas Ervan!" serunya ketika melihat laki-laki berkemeja hitam, saat ia sudah sampai lobi.

Ervan tersentak kecil mendengar suara Sea. Ia beranjak dari kursi dan mematikan sambungan telepon ketika Sea sudah sampai di hadapannya.

"Ngapain ke sini sih?" Ervan mampu mendengar helaan napas yang berat dari gadis di hadapannya ini. Sea seperti atlet yang habis marathon lari.

"Ini, kan, waktunya makan siang," kata Ervan.

"Memangnya ini restoran? Kenapa malah kesini bukan ke tempat makan?"

"Mau ajak kamu."

Sea mengerjap, "kok aku?"

Mendengar jawaban Sea yang sulit untuk dipahami, Ervan menaikkan satu alisnya saat menatap gadis itu. "Ada yang salah?"

"Ya Mas Ervan tinggal makan siang sendiri. Kenapa harus kesini jemput aku?"

"Memangnya kenapa? Saya ajak calon istri saya, kok."

Calon istri saya, kok.

Rasa-rasanya Sea ingin berteriak sekencang mungkin. Laki-laki ini kenapa, sih? Ervan juga sadar kan kalau mereka hanya pura-pura. Maksud diperjelas begini tujuannya apa?

"Pura-pura, Mas," ujar Sea.

"Pura-pura atau engga, sama saja," dengan ringannya Ervan berbicara seenak hati. Tanpa aba-aba, ia raih tangan Sea dan menariknya. "Kamu mau makan apa?"

"Ihh, aku udah pesan bakso sama Mbak Diana," kata Sea, menarik tangannya agar bisa menghentikan langkah Ervan.

"Makan bakso sama saya."

"Gak mau."

"Saya ma—" Sebelum kalimat Ervan selesai, Sea sudah membekap mulut laki-laki itu dan menariknya menjauh dari sana.

Sea melihat Ibunya sedang berjalan disekitaran sana. Untungnya tidak melihatnya karena sedang menunduk pada ponsel. Gadis itu sedikit berlari menarik Ervan menuju mobil laki-laki itu. Sialnya lagi, harus menemukan Ayahnya yang kebetulan akan menjemput sang Ibu. Sea harus sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan.

Love At First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang