19. Mulai Akrab

1.4K 233 54
                                    


Setelah menghabiskan waktu di tempat wisata Garuda Wisnu Kencan, mereka berempat memilih untuk mengisi perut sebelum melanjutkan ke tempat wisata lain.

Jennie dan Jeno saling memandang ke arah Rosé dan Jaemin yang terlihat begitu akur. Raut wajah dan pandangan penuh keheranan menjadi saksi atas apa yang dilihat dengan mata kepala mereka sendiri.

Tadi pagi marah-marah perihal kamar. Sekarang nempel berdua sambil lihat kamera. Apa di dalam kamera itu ada sesuatu yang membuat mereka akur? pikir Jeno.

Apa ada sesuatu di tempat wisata tadi? Kenapa mereka jadi semakin akrab? Setidaknya ini memudahkan gue sama Jeno untuk menjodohkan mereka. Adem lagi, batin Jennie.

Terdengar suara tawa di antara Rosé dan Jaemin. Dan ini merupakan pemandangan yang sangat langkah di mata kedua pasangan yang berada di depan mereka.

"Jaem. Gue mau foto yang ini, ya?" pinta Rosé menunjukkan salah satu foto yang ada di kamera Jaemin.

"Gue mau ganti profile picture media sosial gue pakai foto ini," katanya dengan pandangan memohon.

"Nanti di kamar lo pilih sendiri aja. Gue bawa laptop kok," balas Jaemin.

Oh. Ini karena mereka berfoto. Hmmmm .... batin Jennie dan Jeno.

Rosé menatap Jaemin bingung. Ia benar-benar tidak percaya, ada orang yang membawa laptop saat liburan jauh seperti ini.

"Lo bawa laptop buat apaan?" tanyanya kepada Jaemin.

Jaemin meringis. Tersenyum kikuk.

"Awalnya gue kira liburan ini bakal ngebosenin. Jadi, gue berpikir dari pada bosan mending gue bawa laptop buat belajar," balas Jaemin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Hitung-hitung buat ujian akhir semester nanti," lanjutnya.

Mendengar perkataan Jaemin, Rosé memandang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh laki-laki ini. Liburan yang ngebosenin? Memangnya ada? Rosé tidak habis pikir dengan pola pikir Jaemin.

"Hei!" kata Rosé menarik perhatian Jaemin, Jeno dan Jennie bersamaan.

"Gue kan bilang, lupakan dulu kuliah. Kita ini lagi liburan. Jadi, mari kita refreshing pikiran kita dari mata kuliah yang memusingkan dan dosen-dosen rese itu."

Jaemin tertawa. "Iya, iya. Gue enggak akan sentuh materi kuliah gue selama di sini. Lo pakai aja laptop gue buat milih foto-foto nanti."

Jeno mengedipkan matanya berkali-kali. Jarang sekali seorang Jaemin tertawa seperti itu. Terlebih lagi oleh seorang perempuan yang sejak kemarin menjadi lawan adu bacotnya.

"Yang. Kamu kenapa senyum begitu?" tanya Jennie pelan setelah menarik lengan Jeno untuk mendekat ke arahnya.

"Senang aja. Jarang aku lihat Jaemin tertawa kayak itu. Apalagi orang yang buat dia tertawa adalah Rosé. Ini kemajuan yang pesat, Yang," balas Jeno yang tak kalah pelan.

Jennie mengangguk. Benar apa yang dikatakan oleh Jeno. Rosé pun yang sejak berangkat memiliki muka yang sangat asem untuk dilihat, kecuali saat makan. Dan kali ini sahabatnya tengah tersenyum dan bahkan menahan tawanya hanya karena seorang Na Jaemin.

"Okay! Gue pegang janji lo," seru Rosé yang langsung diangguki oleh Jaemin.

"Foto lo sama gue jangan dihapus, ya. Anggap aja itu tanda sebagai awal hubungan kita membaik dari pada sebelumnya," kata Rosé menunjukkan foto Jaemin dan dirinya dengan latar patung Garuda Wisnu Kencana.

Mendengar perkataan Rosé, tawa Jaemin kembali pecah. "Hahahaha ... akur, ya?"

"Tapi nyatanya kita berdua memang punya kesamaan." Jaemin berkata setelah berhenti tertawa.

"Sama-sama suka makan," lanjut Jaemin.

"Sama-sama suka komentar," sahut Rosé.

Keduanya tersenyum satu sama lain. Terdiam untuk beberapa saat.

"Hmmm ... Rosé," panggil Jaemin tiba-tiba.

"Kenapa, Jaem?" jawab Rosé.

"Sebelum berangkat, gue sempat cari tahu soal Nusa Penida. Di sana tempatnya masih alami dan pemandangannya juga bagus-bagus." Jaemin menggaruk tengkuknya.

"Kalau lo mau, besok gue bisa fotoin lo. Atau selama di Bali juga enggak apa-apa gue fotoin lo terus."

Jeno dan Jennie mengalihkan perhatiannya kepada Jaemin. Terdengar di pendengaran mereka, laki-laki itu berkata dengan malu-malu. Keduanya ingin tertawa. Namun, menahannya hanya agar suasana ini tidak hancur.

Jennie dengan cepat mengalihkan perhatiannya kepada Rosé. Menunggu jawaban dari sahabatnya. Iyain Rosé!

Begitupun dengan Jeno. Laki-laki itu memusatkan perhatiannya kepada Rosé. Menunggu jawaban perempuan itu atas tawaran dari sahabatnya. Terima Rosé!

"Boleh. Tapi dengan syarat, lo juga harus foto. Jangan gue doang. Setuju?" jawab Rosé dengan memberikan syarat kepada Jaemin. Dan laki-laki itu langsung mengangguk setuju.

Jennie menyikut pinggang sang kekasih. Tersenyum ke arah Jeno.

Jeno tersenyum ke arah Jennie. Menarik tangan kekasihnya itu untuk mendekat. "Mau mengerjai mereka? Aku gemas dengan interaksi malu-malu nan canggung mereka itu."

Jennie tersenyum jahil. Diikuti oleh Jeno yang juga tersenyum jahil.

"Ekhem! Dunia berasa milik berdua, ya?" kata Jeno memecah suasana yang sejak tadi diciptakan oleh sahabatnya dan sahabat kekasihnya.

"Iya. Makanan aja tumben sampai dianggurin," sahut Jennie.

"Yang pacaran siapa?" tanya Jeno yang terkesan seperti sindiran.

"Yang asik ngobrol siapa?" tambah Jennie yang menaik turunkan alisnya.

"Ini kali yang namanya--" potong Jeno yang langsung disambunng oleh Jennie.

"Awal benci menjadi teman?"

***

June 11th, 2020

Aku & Kamu (Jaemin Rosé) - Book 1 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang