Gadis istimewa

69 3 0
                                    

Setiap keberuntungan yang kamu dapatkan adalah sebagian dari do'a orang tua yang selalu dipanjatkan untuk mu. Kapanpun dan di manapun kamu berada.

*******************

Jam menunjukkan pukul 04.55 lantunan azan berkumandang. Hanifah yang tengah tidur terbangun lalu bergegas untuk mengambil air wudhu dan segera melaksanakan shalat subuh.
Selepas sholat seperti biasa ia mulai melakukan kegiatan nya dimulai dari membuat jus, mengupas buah dan beberes rumah. Ia menetapkan waktu bekerja nya sampai jam 06.00 kali ini lebih pagi dikarenakan ia harus berjalan kaki untuk menuju sekolahnya. Dikarenakan kaka iparnya yang biasa mengantarkan nya sedang pulang kampung.

Sifat disiplinnya membuat ia tidak mau kehilangan banyak waktu. Ia kerjakan semua pekerjaan sesuai batas waktu yang telah ia rinci. Jika tidak begitu pekerjaan nya akan terbengkalai. Hidup di kota orang tanpa orang tua kandung itu membuat Hanifah selalu merasa prihatin. Dimana ia harus melakukan apapun serba sendiri. Tidak heran jika ia memiliki sifat keras kepala. Bahkan jika ia marah pun sangat sulit untuk dikendalikan.

Kepribadian yang sulit ditebak. Banyak orang dengan mudah menilainya. Padahal aslinya tidak seperti apa yang mereka nilai.

***

Awal mula Hanifah merantau ketika ia masih duduk di bangku kelas 6 SD. Ia diajak Kaka kandungan nya yang bernama Mba Runi Ke Bekasi untuk bersekolah disana. Semua biaya akan ditanggung majikan Mba Runi. Awalnya bapak dari Hanifah melarang. Jika Hanifah bersekolah disana pasti akan jarang bertemu. Tapi Hanifah memiliki pemikiran 'banyak orang yang dikampung untuk merantau dikota masa iya Hanifah dirumah aja. Mungkin ini jalan buat Hani sukses kedepannya.' Disitu Hani mulai tidak ragu untuk menerima rezeki ini. Diluar sana banyak orang yang beruntung. Tapi belum tentu seberuntung Hani. Kita memiliki takarannya masing-masing. Kemudian Hanifah memutuskan untuk melanjutkan SMP di Bekasi hingga sekarang ini. Prinsipnya 'Dia yang berusaha, dia juga yang akan menuai hasilnya'.

Tidak ada ikhtiar yang gagal, hanya saja waktunya yang di persenggangkan.

***

Sudah waktunya Hanifah berangkat bersekolah ia langsung berpamitan dengan orang tua angkat nya. Saat ini mba Runi sudah tidak bekerja di Bekasi dikarenakan ia sudah memiliki anak. Dan sangat repot jika masih harus bekerja. Jadi Hanifah saat ini hanya dengan Kaka iparnya /suami dari Mba Runi. Dan satu pekerja baru pengganti Mba Runi.

Diperjalanan Hanifah menunduk dengan berjalan sangat cepat. Tidak lama kemudian seseorang berhenti didepan Hanifah dengan menggunakan motor lengkap dengan helm hitamnya. Hanifah terkejut ia memutuskan untuk mendekatinya dan memperjelas siapa orang didepannya tersebut.

Melepaskan helmnya lalu melontarkan kata
"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam eh bapak, kenapa ya pak?," Tanya Hanifah. Hanifah yang sedikit tercengang bahwa yang didepannya itu adalah guru agama disekolah nya sekaligus guru yang memimpin tadarus Al-Qur'an disetiap pagi. Beliau bernama Pak Rudi.

"Bareng yu Han, biar ga telat tadarusan nya," saut Pak Rudi.

Hanifah yang tidak biasa dibonceng maka dengan sergap ia menolaknya "gausah pak, bentar lagi nyampe kok pak,"

"Udah gapapa, ikut aja kan searah," saut Pak Rudi.

Hanifah yang merasa tidak enak karena lama berdiri pun langsung menyetujui nya "yaudah pak. Makasih banyak ya pak," diangguki oleh pak Rudi

Diperjalanan Hanifah hanya terdiam. Ia merasa canggung jika berboncengan dengan guru.

Sesampainya disekolah Hanifah langsung berterimakasih kepada pak Rudi "Makasih pak,"

"Iya, terpal sekalian di gelar Han," Saut Pak Rudi.
Hanifah mengiyakan lalu ia langsung menunju ke kelasnya menyalakan AC sembari membaringkan tubuhnya di kursi. Melepas sedikit penatnya dan segera menuju lapangan untuk menggelar terpal seperti biasa.

Hari hari Hanifah yang begitu padat ia justru merasa senang baginya kegiatan sekolah yang begitu banyak akan membuat nya sedikit lupa bagaimana ia merindukan keluarga nya dikampung. Meski dimalam harinya ia selalu merasakan lelah hingga terkadang sulit untuk tidur.

Bel berbunyi seluruh siswa bergegas masuk ke kelas masing masing. Ada juga yang ke kantin namun dicegah satpam sekolah. Hal yang biasa terjadi bukan?

Saat itu guru mata pelajaran keuangan datang ke kelas Hanifah memberi kabar bahwa akan ada ulangan dadakan. Satu kelas tercengang, merasa takut jika akan diadakan remedial dihari berikutnya.

Dikarenakan hari ini adalah hari Jum'at maka seluruh Ikhwan diwajibkan untuk berjum'atan di masjid.

Kali ini Hanifah ikut andil dalam membagikan jawabannya. Supaya tidak ada yang remedial. Hanifah ini bisa menyesuaikan keadaan. Disuruh disiplin bisa, sedikit awur awuran juga bisa. "Yang penting ga ketauan ya hayu aja," Pikir Hanifah.

Hanifah merasa banyak keberuntungan yang ia dapatkan dihari ini. Ia selalu merasa bahwa rezeki yang didapat tidak harus berupa uang. Namun kebahagiaan yang ia dapatkan melalui lingkungan sekitar. Dan ia juga selalu mengganggap bahwa kebahagiaan kita sekarang merupakan bentuk do'a tulus orang tua terhadap anaknya. Meski tidak terlihat tapi pasti.

Hari mulai petang. Hanifah bergegas pulang. Saat dikoridor sekolah ia tidak sengaja berpapasan dengan Bu Rina. Beliau adalah guru PPKN.

"Hani ibu minta data anak ROHIS buat jadi panitia acara kurban ya, besok datanya taruh di meja ibu."

"Eh iya Bu. Besok ya Bu," jawab Hanifah.

"Iya. Makasih hani," ucap Bu Rina.

"Sama sama ibu," jawab Hanifah.




#Happy Reading! Jangan lupa vote+comment
#Seni Melupakan

Seni MelupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang