Double up 👏👏👏👏👏
***
Raina duduk di bangku taman rumah sakit dengan tatapan yang hampa. Fakta kalau Wahyu gay seolah menghancurkan semua kesempurnaan yang ia dambakan. Raina masih tidak ingin percaya, tapi ...
Suara tangis seorang wanita membuat lamunan Raina terusik. Raina menoleh ke sumber suara. Tidak jauh dari dirinya seorang wanita sepantaran dirinya tengah duduk di bangku taman, menangis terisak. Sementara seorang pria yang juga sepantaran dirinya tampak duduk berlutut di samping
"Kita bercerai saja," ujar wanita itu di sela tangisannya.
"Kenapa kita harus bercerai?" Tanya pria itu tidak terima. Si wanita memilih diam dalam tangisannya.
Entah kenapa Raina yang biasanya tidak perduli dengan keadaan disekelilingnya kini memilih untuk mengamati pasangan itu.
"Berikan aku alasan kenapa kita harus bercerai," pinta pria itu lagi. Sang wanita menatap pasangannya dengan tatapan terluka. "Kamu tidak akan pernah mendapatkan keturunan dariku."
Sang pria langsung menggenggam jemari pasangannya dengan lembut. "Jangan pernah berpikir begitu, sayang. Kamu dengar sendiri dokter mengatakan kalau kita masih punya kesempatan untuk memiliki keturunan," hibur sang pria.
Si wanita menggeleng. "Kamu tidak mendengar kalau dokter itu mengatakan kemungkinan aku bisa hamil kembali itu hanya sekitar 10%?"
"10% itu tetap mungkin bisa terjadi sayang," ujar sang pria tidak lelah untuk meyakinkan hati pasangannya.
"Aku bukan wanita yang baik untukmu. Harusnya kamu tidak menikahi aku. Aku bahkan baru bisa hamil setelah 7 tahun pernikahan kita, tapi aku malah tidak bisa menjaga kehamilanku dengan baik. Aku malah membuat kamu kehilangan harapan untuk memiliki seorang anak," ujar wanita itu makin terisak.
Si pria menggeleng. "Anak itu hanya titipan Tuhan sayang. Tuhan bisa memberi dan mengambilnya kapanpun Dia mau. Ini semua bukan kesalahan kamu. Jika ada yang harus disalahkan itu aku. Aku terlalu sibuk bekerja sehingga tidak merawat kamu yang sedang hamil," ujar si pria ikut menyalahkan diri.
"Apa yang kamu lihat?" Sebuah teguran membuat Raina kaget. Raina langsung menoleh ke arah sumber suara. Wahyu sudah berdiri di hadapan Raina.
Wahyu duduk di samping Raina. "Maafkan aku."
Hening untuk mereka berdua. Raina bingung harus mengatakan apa. Raina bingung apa yang perlu ia maafkan. Raina lebih memilih untuk menatap lurus ke depan.
"Aku hampir saja membuat kita kehilangan bayi kita," ujar Wahyu membuat Raina langsung menoleh ke arah Wahyu. Kalimat "bayi kita" yang Wahyu ucapkan seolah menampar wajah Raina dengan cukup keras.
Janin yang ia kandung bukan darah daging Wahyu, melainkan benih Gilang, tapi entah kenapa kalimat Wahyu barusan mengklaim kalau janin yang ia kandung adalah milik Wahyu.
Wahyu menatap Raina dengan tatapan bersalah. "Harusnya aku tidak memberitaukan aibku padamu secepat ini. Apalagi kamu sedang mengandung. Maafkan aku."
Hati Raina terenyuh, seolah terperas dengan sikap Wahyu. "Kenapa kamu harus meminta maaf, yang harusnya meminta maaf disini itu aku. Aku yang sudah membuat kamu terpaksa menikahiku. Aku berbohong dengan mengatakan kalau yang sudah menghamiliku itu kamu. Tapi nyatanya janin ini darah daging pria lain. Aib ku lebih buruk dari aib milikmu."
Wahyu meraih jemari Raina, menggenggamnya lembut. "Aku tau janin itu bukan darah dagingku. Tapi yang menikahi kamu adalah aku. Jadi secara hukum aku adalah ayahnya sekarang. Aku tidak perduli dia darah daging siapa. Tapi mulai sekarang aku berjanji, aku akan menjadi ayah yang baik untuk bayi kita. Aku akan menjadi suami yang baik. Tapi mungkin aku tidak akan bisa menjadi suami yang akan memberikan kamu cinta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja di Batas Kota (You Make Me Pregnant 8)
Romance2 garis merah 2 garis merah di tespack Gadis itu menatap tegang pada 2 garis merah yang terlihat di tespack Panik, gelisah, takut, sedih, semua rasa yang menakutkan bercampur baur dihari gadis itu. Semua rasa itu seharusnya tidak perlu ia rasakan ji...