[2] Asmaraloka

761 102 30
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sinar mentari perlahan menampakan diri, meninggalkan embun yang terjatuh terserap tanah. Sambutan merdu burung-burung pagi itu mengantarkan orang-orang untuk mulai beraktivitas. Kendati demikian, dua insan yang masih berpelukan dilapisi selimut tebal masih nyaman menutup mata, seolah menikmati mimpi yang dibalut kehangatan.

Tidak lama kemudian dering alarm membuat salah satu di antaranya terusik. Tangan seputih susu itu merayap pada nakas, mencari sumber suara yang sangat menganggu. Sebelah matanya terbuka mana kala tangannya sama sekali tidak menemukan benda yang dicari.

Akhirnya, setelah penuh perjuangan dalam keadaan setengah sadar, dering yang berulang itu tidak lagi terdengar. Agaknya masih enggan untuk menyambut pagi, kelopak mata itu kembali tertutup sementara tangannya mengeratkan pelukan pada seseorang yang kini membenamkan wajah pada dadanya.

Newa sedikit menunduk, mendekatkan wajah pada surai hitam legam, mencium wangi dari rambut sang terkasih. Rasanya nyaman hingga tidak sadar bahwa seseorang itu telah membuka mata dan senyum lembut, menikmati tingkah Newa yang membuatnya gemas.

"Mas udah bangun ya?" suara serak khas orang bangun tidur itu menyapa indera pendengaran Tawan. lantas ia mendongak perlahan.

"Ya ampun, Mas lagi di surga ya? Kenapa ada malaikat depan Mas?"

Pagi hari sudah keju, Newa tertawa ringan sembari mencubit pelan telinga Tawan. "Pagi Mas." Ujarnya sambil menambahkan kecupan manis di dahi Tawan.

Tawan balas mengecup dada Newa yang terekspos sebelum mengeratkan pelukan pada pria manis itu, "Pagi juga, sayang." Katanya sambil menempelkan pipi pada dada Newa dan kembali menutup ke dua matanya.

"Gak bobo lagi, Mas." Nadanya merengek membuat bibir Tawan kembali mengulas senyum jail.

Pria berkulit tan itu segera beranjak dengan cepat hingga membuat Newa terkejut. Mengukung pria manis di bawahnya yang masih memasang wajah kaget.

"Lagi, yuk!"

Wajah pria manis itu segera menjadi keruh namun memelas bersamaan ketika paham apa yang dimaksud Tawan. Ke dua tangannya mencoba mendorong dada sang dominan untuk menjauh.

"Udah siang, aku mau buka toko dan Mas kudu ngantor!" bibirnya mengerucut lucu yang mana mengundang Tawan untuk segera melumatnya.

Lenguhan indah berserta rasa manis dari bibir Newa sudah lebih dari cukup untuk membuat semangat bekerjanya meningkat.

Setelah mengigit pelan bibir penuh kekasihnya, Tawan beranjak diikuti Newa.

"Mas mandi gih, biar aku terusin packingnya."

Tawan hanya menurut dan lekas melangkah dengan malas menuju kamar mandi. Seminggu ke depan ia harus menghabiskan waktu di sebuah apartemen daerah Surabaya sendirian karena titah dari atasannya yang mengharuskan ia bekerja di luar kota untuk sementara.

ASMARALOKA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang