Semangat!

10 4 7
                                    

"Chiiikaaaaaaa!" Teriakan nyaring dari ambang pintu membuat Chika menoleh mengalihkan pandangannya dari lapangan futsal. Alisnya terangkat saat melihat Tina temannya mengahmpiri dirinya dengan nafas memburu.

"Lo.. Lo... Ntar gue ngambil nafas dulu... Haaaaaa... Lo! Lo nembak kak Aji?" Pertanyaan Tina langsung diangguki Chika. Matanya melotot kaget dengan jawaban Chika.

"Lo bego?" Makinya. Chika melotot tak terima dibilang bego.

"Aku dari TK ga pernah ga juara. Aku masuk SMA yang isinya orang kaya ini aja karena beasiswa. Aku kalo ikut lomba ga pernah ga dapet juara. Aku kalo ditanyain apapun pasti bakal bisa jawab. Aku-

" Diem! Elah. Lo emang ga bego, Chika. Cuma yang lo lakuin kemarin bener-bener bego." Tina menghentika ocehan Chika.

Chika mengangkat bahunya tak perduli, lalu kembali pada posisinya sebelum Tina datang. Memandang keluar jendela, tepatnya lapangan futsal.

"Ishh, Chika gue belom selesai ini ngomongnya. Lo nembak kak Aji, terus apa jawabannya?" Hembusan nafas terdengar dari Chika.

"Jan bilang, dia nolak lo?" Terka Tina. Chika langsung menatap Tina dengan wajah datar dan mengangguk.

"Iya." Nadanya sedih tapi wajahnya datar.

"Iyalah bakal ditolak. Lo kenal dia kaga, dia juga kenal lo kaga. Tiba-tiba lo dateng terus ngajak jadian." Tina terus mengoceh. Tapi Chika tak memperdulikannya.

"Lo liatin apaan sih?" Tina datang berdiri disebelas Chika bersama menatap lapangan futsal. Ada 10 anak pria tengah memperebutkan bola. "Kak Aji?" Chika mengangguk lagi.

Semua diam, tak ada suara ocehan Tina. Hanya teriakan siswi yang ada dibawah yang terdengar. Semuanya sama seperti SMA lain yang ada. Ada anak tampan/cantik, ada yang jelek. Ada anak nakal, ada anak baik. Ada anak populer dan ada anak yang bahakan ga dianggep hidup. Ada anak bodoh dan ada anak pinter. Dan kak Aji masuk dalam daftar anak pinter, populer dan tampan.

Selain itu SMA ini berbeda. SMA Swasta yang biasanya diisi golongan anak sultan. Dengan prestasi yang menjulang dan terpandang. Kecuali Chika. Dia hanya beruntung mendapat beasiswa.

"Lo teriak gih, Chik. Panggil kak Aji." Usul Tina. Chika mengangguk, menarik nafas dalam lalu berteriak dengan lantang.

"KAK AJI!" Teriakannya membuat Tina yang berada disebelahnya menutup kedua telinganya. Anak-anak yang ada dibawah menoleh keatas semua. Melihat padanya.

Chika menggenggam kedua tangannya sambil menggumamkan, 'Semangat!'

Hening masih menyelimuti. Lalu saat Chika berbalik meninggalkan jendela. Teriakan heboh datang dari luar. Gemuruh yang menyoraki Aji dan Chika.

Chika menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Malu. Tina yang masih disampingnya cengo dengan tindakan Chika. Pasalnya anak itu tak pernah mau jika harus melakukan hal yang memalukan seperti tadi.

"Kadang gue mikir, lo itu alien yang datang dari mars. Aneh." Tina berujar. Kepalanya menggeleng walau Chika tak melihatnya.

ChikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang