05. Hell Train (01)

1.8K 303 14
                                    

Pemuda yang memiliki mahkota berwarna biru muda tengah memfokuskan matanya pada beberapa lembar kertas di atas meja. Kertas-kertas itu berisi tentang keberadaan Rachel yang seenaknya membunuh anggota lamanya.

Khun sudah tahu jika wanita itu tidak baik, instingnya tak pernah salah. Sekarang ia yakin jika Rachel-lah yang membuat Baam mati 6 tahun yang lalu. Bukan hanya penyebab Baam mati, wanita busuk itu juga membunuh teman setimnya.

Heh. Khun tersenyum licik. Jika Rachel berpikir bahwa dia akan membiarkannya pergi begitu saja, itu salah besar. Saat ini dia menerima informasi jika wanita licik itu akan menaiki Hell Train.

Membereskan lembaran kertas di meja, Khun lalu mendapatkan notifikasi baru dari smartphone-nya. Menyentuh layar dengan santai, ia menggulir beberapa berita baru dan hal-hal yang menurutnya menarik.

Telunjuknya terus memutar layar smartphone sampai dia menemukan sebuah diskusi khusus di situs web yang sudah dilihat oleh jutaan bahkan milyaran orang. Penasaran, Khun menyentuh tombol komentar dan membaca beberapa ulasan.

Sambil bergumam tak jelas--mengenai komentar bodoh orang-orang fanatik--Khun pun mengikuti petunjuk di dalam komentar karena dia merasa bosan. Setelah men-download aplikasi bernama Emily. Khun mencoba mengetik beberapa pertanyaan konyol dan tertawa akan hasilnya.

Orang yang membuat aplikasi chat ini sangat menarik, kita bisa menanyakan apapun dan jawabannya hampir 100% benar.

Melempar smartphone-nya sembarangan, Khun menghela nafas panjang. Ia lalu membenamkan kepalanya di atas meja. Tatapannya tiba-tiba meredup.

Sejak 'kematian' Baam, Khun yang telah berjanji padanya, mau tak mau terus menjaga Rachel meski di dalam hati dia menahan tangannya yang gatal untuk menghancurkan gadis itu. Selama beberapa tahun, Rachel berpura-pura baik. Jadi dia pun bisa mengabaikannya.

Sayangnya, saat ini Rachel sudah melampaui batas kesabarannya. Sebuah nyawa sudah melayang, meskipun dia sudah berjanji pada Baam. Kali ini mungkin ia akan melanggar janjinya, toh awalnya Khun bukanlah orang yang baik.

Kenangannya dengan Baam terasa sangat jauh, meski dia sering memutar memori lamanya di benak. Rasa hampa yang tak kunjung hilang, selalu membawanya tersesat dalam ketidaknyamanan. Ia selalu berandai-andai--mengkalkulasikan--di mana dirinya masih bisa bersama Baam dan Rak lalu memanjat menara bersama dengan penuh canda.

Baam...,

Saat pertama kali ia bertemu. Dirinya tak begitu tertarik. Khun hanya penasaran dengan bocah polos nan naif yang bisa membawa pedang Black March di tangannya.

Setelah mengenal lebih jauh, Khun mendapatkan beberapa informasi lain. Tentang Baam yang sangat murni bahkan melihat langit biru pun dia begitu terkejut. Seolah pertama kali pergi ke dunia luar.

Dugaannya benar, Baam menghabiskan waktunya di dalam gua. Tidak pernah keluar satu kali pun dan Rachel mengajari semua informasi luar padanya. Pantas saja Baam begitu putih, sang brunette tidak pernah tahu kejamnya dunia.

Mungkin Khun awalnya hanya merasa untuk menjaga kemurnian di mata Baam. Mencegahnya terluka seperti yang dirasakannya. Namun, bukannya ia yang menjaga. Malah dirinyalah yang merasa betah dan nyaman jika bersama pemilik manik emas itu.

Senyumannya, perkataan sopannya, tindakannya yang lugu. Membuat Khun tak pernah ingin lepas dari rasa bahagia yang sudah mati.

Ia bahkan tak sadar jika dirinya lebih sering menyentuh Baam baik menepuk pundak, menggenggam jemarinya, atau pada suatu waktu tidur berdampingan di atas kasur. Semuanya terasa alami dan mengasyikan. Apalagi jika dia bisa melihat Baam yang tergagap dengan semburat rona merah di pipi.

Time ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang