2. MAHANTA DAN PERTEMUAN

200 15 5
                                    

[JANGAN LUPA VOTE]

"Bungkam bukan berarti tak berani melawan. Semua butuh waktu untuk menuntaskan."


Kembalinya Kaisan di SMA Mahanta jelas berita baik. Super baik. Selama enam bulan, lelaki itu tidak menampakkan wujudnya di sekolah. Sehingga banyak yang berpikir bahwa ia sudah pindah sekolah. Tapi rupanya tidak, Kaisan tetap bagian dari Mahanta. Itu berarti satu semester ia menghilang. Sebenarnya selama waktu itu ia tidak benar-benar tidak sekolah. Kaisan tetap menuntut ilmu tapi dengan metode online. Jadi ia bekerja sama dengan kepala sekolah agar bisa menerapkan sistem belajar online. Syukurnya, guru yang bertugas mengajar Kaisan pun tidak keberatan.

Langkahnya yang tegas seolah merepresentasikan bagaimana jabatan yang dia emban di Raksi. Pesonanya masih sama, kuat. Rahang tegas, iris mata cokelat terang, dan alis yang tebal sudah berhasil memikat kaum hawa sejak dulu.

Di kantin sekolah, pesona mereka membuat kaum hawa menjerit tak bersuara. Mereka sangat tahu bahwa Kaisan paling tidak suka dengan keributan atau kericuhan yang bersumber dari dirinya dan terlalu dilebih-lebihkan.

"Mikir apa?" Tanya Catra yang datang dengan membawa sebotol teh.

"Menurut gue Kas, cuma ada dua hal yang bisa lo lakuin. Cari atau lupain." Ucap Bragy.

"Gue gak yakin lo bakal ketemu dia. Lo sendiri kan yang bilang kalau dari percakapan cewek itu sama Regar, lo bisa nyimpulin kalau dia orang Jogja. Lo kecelakaan di Bandung dan kita sekarang di Jakarta Kas. Jangan lupain itu." Kini Lamuel yang berucap.

"Bener. Lo gak tahu apapun tentang identitas dia. Bahkan gak ada kesempatan sedikitpun buat lo cari tahu tentang dia." Imbuh Sagara.

"Lupain dia. Lo baru sehat, stress lo nanti." Catra berucap tegas.

"Jangan bebani pikiran lo sama hal yang gak ada sedikitpun kejelasannya." Ucap Sheo yang turut memberikan wejangan kepada sahabatnya.

Kaisan menghela nafas panjang. Semalam ia mengumpulkan inti Raksi untuk memberi informasi tentang sabotase yang terjadi kepadanya. Ia juga memberi tahu mereka tentang sosok kekasih Regar yang menjadi penyelamatnya.

Kaisan menghela nafas panjang, tak merespon apapun. Hanya memakan roti isi selai coklatnya dengan hening. Hingga terdengar suara kursi yang ditabrak. Bahkan kursi panjang yang ada di seberang mereka itu sampai jatuh dan berhasil menjadi alih perhatian seluruh isi kantin. Keenam inti Raksi itu segera memusatkan perhatiannya pada seseorang yang baru datang.

"Pasti lutut lo sakit waktu nabrak kursi, kasihan." Ucap Sagara setengah tertawa kecil.

"Hati-hati." Kaisan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Catra berdecak sebal karena kegaduhan itu.

"Woi kasihan kursinya dek." Timpal Bragy.

Sheo tertawa kecil. "Untung kursi bukan makhluk hidup, Rez."

Lamuel pun ikut tersenyum. "Kursi gak salah, main lo tabrak."

Ayrez membenarkan letak kursi itu. Mengusap lututnya yang terasa nyeri. Sebenarnya ia cukup malu karena membuat kegaduhan di depan para seniornya. Ah tidak, lebih tepatnya didepan seluruh pengunjung kantin. Akan tetapi wajahnya tak bisa menyembunyikan ekspresi tegang.

Kaisan menyadari gelagat aneh juniornya itu. "Ada apa Rez?"

"Ada mata-mata di Mahanta." Ucap Ayrez berbisik agar tak bisa didengar orang lain, karena keadaan kantin cukup penuh. Informasi Ayrez sukses membuat seniornya berubah jadi fokus dan serius. Secara bersamaan aktivitas mereka terhenti sesaat. Saling memandang satu sama lain.

KAISAN ; s e r a p h i cTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang