1.4

2.9K 326 41
                                    

Hyunjin menyimpan kembali ponselnya setelah sang ibu mematikan sambungan. Sang dokter muda bergegas masuk ke dalam, tanpa sadar tersenyum tipis saat menemukan salah satu client manisnya tengah menguap serta mengucek mata dengan gerakan lucu. Terang saja karena sesi terapi mereka memang sudah berjalan selama 45 menit.

"Maaf saya tinggal sebentar, tadi ibu saya menelpon. Apa Jeongin sudah lelah?"

Si manis mengangguk polos. Tangan kecilnya mendekap erat beberapa kertas yang sempat Hyunjin berikan. Dokter muda itu pikir semua akan berjalan dengan cukup lancar. Tapi ternyata pemikirannya salah. Jeongin tidak bisa membaca dan dia harus memutar otak kembali untuk memikiran sekiranya metode apa yang tepat dia terapkan untuk Jeongin karena metode melafalkan beberapa kata di depan cermin nampaknya kurang efektif.

"Baiklah, mungkin kita memang harus mengakhiri sesi terapi kali ini. Tapi sebelum itu, bolehkah saya bertanya sesuatu?"

"B-b-bertanya?"

"Ya. Saya tidak bermaksud lancang untuk mengorek kehidupan pribadi Jeongin. Tapi saya pikir demi kelancaran sesi terapi, kemistri antara dokter dan pasien sangat diperlukan. Untuk masalah kerahasiaan, saya bisa menjamin informasi pribadi pasien akan tetap terjaga dengan baik."

"A-ah, J-Jeongin m-mengerti."

"Kalau begitu bagaimana? Jeongin setuju?"

"S-setuju."

"Bagus. Jadi untuk permulaan, bisakah saya tau kenapa Jeongin tidak bisa membaca?"

Jeongin terdiam sejenak. Bibir mungilnya di gigit pelan, "J-Jeongin t-tidak d-di ajari."

"Kenapa? Apa Jeongin tidak sekolah?"

"S-sekolah?"

"Ya, semacam berkenalan dengan banyak teman baru dan belajar bersama. Memangnya Jeongin tidak bersekolah?"

Remaja manis berwajah baby face itu hanya bisa menggeleng lesu.

"Memangnya orang tua Jeongin kemana? Papa? Mama?"

"J-Jeongin t-tidak t-tau, J-Jeongin c-cuma p-punya D-Daddy."

Adalah sebuah kesalahan kenapa Hyunjin tidak mencari informasi lebih jauh mengenai latar belakang Jeongin. Jane bahkan terkesan menutup-nutupi, maka dia tidak punya hak untuk mencari informasi lebih jauh tanpa izin. Ini pun Hyunjin terima karena Jane merupakan salah satu kenalan dekat ayahnya.

"Oke, saya mengerti. Sebenarnya ini cukup membuat saya penasaran. Tapi mungkin lain kali saya akan menanyakan ini pada Jane saja. Jeongin sudah kelihatan sangat lelah."

Hyunjin tersenyum. Dia mengusak surai halus Jeongin dengan pelan. Astaga, remaja di depannya ini manis sekali, Hyunjin bahkan tidak tega untuk sekedar meninggikan suara dihadapan Jeongin. Sang dokter muda memang lemah kalau sudah dihadapkan dengan hal-hal manis semacam ini.

"Dan satu lagi, ini akan jadi pertanyaan terakhir. Saat di rumah sakit, Jane pernah menyebutkan tentang Chris. Chris yang mana? Apa yang dia maksud adalah Chris si pengusaha muda nan kaya yang sering muncul di berbagai media?"

Jeongin ragu, bingung harus memberi respon seperti apa. Dia takut salah menjawab dan nantinya berujung dengan Chan yang mungkin akan menghajarnya habis-habisan.

"I-iya."

"Oh, saya baru tau kalau dia punya anak. Setau saya Chris itu masih single. Saya pernah melihatnya di sebuah pesta dengan membawa wanita yang sangat cantik, saya bahkan sempat berbincang dengannya. Namanya J, kalau tidak salah. Jadi dia seorang duda yang sedang mencari pasangan baru?" Hyunjin menerka.

despacito | chanjeong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang