Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam lewat saat Chan memasuki rumah. Beruntung satu minggu terakhir tidak banyak pekerjaan yang harus dia urus, jadi pulang lebih awal bagai menjadi bonus tersendiri untuknya.
Semenjak pulang dari Mokpo, jujur Chan ingin menambah jatah liburan kembali. Dia hanya mau jam tidurnya membaik karena Jeongin yang sering bangun di tengah malam membuatnya mau tidak mau harus ikut terbangun.
Kalau dibilang kesal dan lelah, jelas Chan akan menjawab iya. Tapi untuk saat ini dan kedepan mungkin dia tidak akan mudah mengatakan kalimat sejenis itu akibat kondisi mental si pria manis yang tidak bisa dikasari barang sedikit.
Jeongin jadi lebih mudah menangis dan Chan paling tidak tahan kalau sudah mendengarkan tangisan pilu anak itu, kepalanya terasa berdenyut dan telinganya panas. Tapi harus Chan akui bahwa dia cukup menikmati perannya yang sekarang. Ternyata menjadi calon ayah tidak seburuk itu. Lucunya lagi, dia mulai jatuh akan pesona Jeongin yang baru-baru ini bisa dia lihat terpancar jelas semenjak perut Jeongin mulai membesar.
Terpikat merupakan kata yang akan Chan gunakan ketika menjawab pertanyaan mengapa kekejamannya memudar. Bolehkah dia bilang bahwa sekarang dia sedikit menyukai Jeongin?
Bahkan Chan selalu ingin cepat pulang hanya untuk melihat si kecil berbaring di kasur, atau tidak sengaja tertidur di sofa karena menunggunya pulang bekerja sampai larut malam. Pernah sekali Jeongin terjaga sampai jam dua pagi hanya untuk menanti Chan kembali dan malah berujung dengan Jeongin yang diceramahi oleh sang dominan berwajah tampan tersebut.
Tidak ada yang berbeda untuk malam ini. Dia bisa mendengar suara berisik dari arah dapur yang menandakan ada seseorang disana. Biasanya Jeongin akan membantu Jane memasak (sebenarnya hanya melihat karena terakhir kali Jane menyuruh Jeongin mengiris bawang, Jeongin malah mengiris jarinya sendiri). Namun saat Chan menyambangi dapur dia hanya mendapati satu sosok wanita berpakaian piyama.
"Dimana Jeongin?"
Sang wanita berbalik cepat, sedikit memasang wajah marah karena terkejut akan kehadiran Chan yang tiba-tiba.
"Dia diatas. Tumben pulang cepat?"
"Pekerjaanku tidak begitu banyak." Chan berjalan kearah kulkas untuk mengambil sekaleng soda.
"Oh, mau makan?"
"Aku sedang dalam usaha membentuk abs."
Jane nyaris tertawa namun dia tahan saat chan mulai menatapnya tak senang, "Okay kalau begitu. Dan kurangi minum soda, itu akan memperlambat absmu untuk tumbuh."
"Terserah." balas Chan pendek sambil berlalu, "Ngomong-ngomong apa dia tidur?"
"Jeongin mandi sejak dari jam setengah tujuh tadi. Aku tebak dia masih asik berendam."
"Kau membiarkannya berendam lama-lama?"
"Dia mandi dengan menggunakan air bersuhu normal, tuan Christoper. Jadi tidak usah marah-marah padaku okay?"
Untaian kalimat caci yang sudah nyaris terlontar dari bibir akhirnya Chan telan kembali. Setelah menghabiskan teguk terakhir dalam kaleng sodanya, Chan naik keatas untuk mencari satu sosok yang belum dia liat sejak tadi.
Pintu kamar terbuka dan benar, tidak ada siapapun disana kecuali buku-buku fantasi bergambar yang berserakan diatas kasur beserta bungkus permen jelly yang Chan heran bisa sampai tersebar ke sudut kamar. Bagaimana mungkin Jeongin menjadi maniak makanan manis hanya karena pengaruh hamil?
Diam-diam Chan membuka pintu kamar mandi yang kebetulan tidak terkunci. Kepalanya menyembul dari celah daun pintu dan menemukan pemandangan yang menggemaskan diujung sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
despacito | chanjeong ✔️
Fanfictionㅡ ❝ aku akan menyiksamu pelan-pelan sayang, nikmati rasa sakitnya. ❞ ㅡ mature content ( not for under age! ) CW // m-preg, abuse, violence, 18+ dom! bangchan sub! jeongin