Chapter 16 | The Hidden Secret

6.8K 784 18
                                    

Malam semakin larut, cahaya bulan semakin bersinar dengan terangnya. Suara burung hantu yang berpadu dengan desiran angin halus menyapu indra pendengaran. Awan hitam bergempul menjadi satu dan membentuk pola tidak beraturan. 

Istana Kekaisaran masih di penuhi oleh tamu undangan. Lantunan musik bermain dengan irama yang menyenangkan. Para penari meliukkan tubuhnya dengan indah dan menghibur tamu yang hadir. Canda dan tawa terdengar begitu jelas. Para pelayan menyuguhi mereka dengan berbagai hidangan yang menggugah selera. Tidak lupa pula secawan arak dan buah-buahan segar yang hanya terdapat di wilayah Kekaisaran Fanghua.

Wang Xiao Ru menyapu pandangannya dan memperhatikan tamu undangan yang hadir. Raut wajahnya memang terlihat biasa saja, tetapi hati dan pikirannya berantakan. Ia tidak bisa menikmati pesta perjamuan itu sama sekali. Pikirannya menjadi kalut hanya dengan mendengar perkataan Bai Yin Xue. Alisnya berkerut ketika ia mengingat perkataan terkutuk itu. Ia tidak ingin mengingatnya, tapi perkataan itu selalu melintas di benaknya. 

Tidak, aku tidak percaya itu. Itu semua omong kosong.Ya, itu hanya omong kosong, batinnya.

Wang Xiao Ru menutup matanya dan dadanya bergemuruh seperti guntur yang siap menerjang malam. Ia merasakan hatinya terbakar seperti bara api dan semakin membesar membakar lubang kecil di hatinya. Ia merasa agak tersesat di hatinya dengan akar yang terus menumbuhkan cabang dan membingungkannya.

Ada apa denganku? Aku tidak menginginkannya. Tapi kenapa? Kenapa aku tidak menginginkannya? Kenapa aku tidak ingin dia berpaling dariku? batinnya lagi.

Dengan perlahan ia membuka matanya, tangannya terkepal erat, dan alisnya berkerut semakin dalam. 

Aku ... sepertinya ada hal yang aku lupakan. Tapi apa itu? Kenapa aku tidak bisa mengingatnya?

Bai Yin Xue memperhatikan perubahan ekspresi pada wajah Wang Xiao Ru. Ia dapat melihat alisnya yang berkerut dengan mata yang menatap lurus ke depan. Bola matanya menggelap seperti tidak ada cahaya yang menyinarinya. Tatapannya kosong dengan kehampaan yang menyelimutinya. Ia tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran Wang Xiao Ru dan ia juga tidak berniat untuk mengetahuinya. 

"Permaisuri Yin," sapa seseorang.

Bai Yin Xue membelalakkan matanya ketika mendengar suara itu. Pupil matanya mengecil dengan mata yang membulat sempurna. Ia mengenal suara itu. Suara yang selalu ia dengar ketika ia masih kecil. Suara yang selalu memanggil namanya dengan lembut dan penuh kehangatan. Dengan perlahan ia mengalihkan pandangannya. Di sana, di bawah singgasananya, ia melihat seseorang yang sangat ia kenal. Seseorang yang selalu memberikan kasih sayangnya dengan sempurna. Seseorang yang sangat ia rindukan, ayah tersayangnya, Bai Zhongqi.

"Ayah," Bai Yin Xue membalas dengan lembut.

"Yang Mulia, bagaimana kabarmu? Ayah ... ayahmu yang tua ini sangat merindukanmu." Bai Zhongqi tersenyum lembut. Perasaannya campur aduk dan napasnya sedikit tercekat.

Bai Yin Xue menatap ayahnya dari atas singgasana. Sama seperti ayahnya, ia juga memiliki perasaan yang campur aduk. Sepanjang hidupnya ia tidak pernah merasakan hangatnya kasih sayang orang tua. Ia dahulu memang memiliki orang tua, namun ia merasa seperti tidak memilikinya. Ia tidak tahu bagaimana rasanya memiliki seseorang yang peduli padanya. Dunia yang menyelimutinya hanyalah kegelapan yang dingin. Begitu gelap, begitu dingin, sehingga membawanya pada kehampaan. 

Namun sekarang, semuanya terasa berbeda. Dia memiliki seseorang yang begitu peduli padanya. Seseorang yang selalu mengutamakan dirinya di atas orang lain. Perasaan itu yang selalu dia nantikan, perasaan itu yang selalu dia butuhkan, dan perasaan itulah yang selalu dia inginkan. Dia dapat merasakan hangatnya kasih sayang orang tua. Begitu hangatnya sehingga dia tidak ingin melepaskannya. Dia ingin menyimpannya di dalam hati dan mencairkan hatinya yang membeku. 

The Empress : Crimson In The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang