HARUS diingat semesta tidak pernah berhenti lelah bekerja. menghadapi sedih senangnya realita, menikmati aksi buruk dan baik manusia. mampu menyeka hampir seluruh dari tangis dunia. kalau diperundingkan kembali, semesta itu berharga.
memang, ya, kadang jawaban yang diberikan jagat raya itu selalu berbuah kemungkinan. kalau dibayangkan, yang namanya berhasil itu bukanlah sebuah kepastian. karena untuk mencapai yang namanya 'bahagia' sudah pasti harus melintasi tangga usaha.
"kenapa sih, mbok aya tuh selalu nggak ngizinin nana ini itu? pokoknya harus ini, harus itu. nana tuh capek di atur-atur, kak."
lembaran baru kali ini bermula lagi dengan ceritera si dara. dengan atharwa sebagai mustamiknya. bersama semilir pawana yang berhembus meta, tak tertinggal pula cucakrawa dengan elegannya menghiasi petang melampaui kemayu senja.
"mbok aya bilang apa lagi memang?" athar, pertanyaan yang masih sama diajukannya seperti beberapa bulan silam.
"seperti biasa." nana menghirup oksigen di sekitarnya sebanyak mungkin, lalu melanjutkan dengan nada berbeda. "kamu tuh ngapain sih temenan sama athar? bla bla bla, kesel banget!" nana berkacak pinggang, athar tahu dari matanya saja sudah terpancar bahwa gadis itu sedang hangus hatinya.
athar terkekeh, "kalau gitu ngapain kamu masih mau temanan sama aku?"
dasar athar tidak tahu orang sedang marah, ya, memang! pertanyaan barusan membuat romannya semakin menjadi-jadi.
"ihhh! soalnya aku sayang sama kak athar, lah, gimana sih?"
kalau athar sedang berada di atas panggung sandiwara sepertinya ingin terlengar saja. petangnya kini dihiasi remang-remang, kehangatan kemudian membaluti selerang sampai ke perasaan.
"jangan kebanyakan sayang, na." ujar athar salah tingkah.
"emang kenapa?"
"kalau sudah terlanjur sayang, terus nanti harus pisah, rugi kan? malah nanti adanya sakit hati."
nana menggelengkan sirah. "tet tot! kak athar pernah bilang, kalau perkara sakit hati itu nggak pernah rugi. apalagi kalau kita bisa mencari arti dari perasaan itu sendiri,"
"kayaknya dari kemarin kamu bilangnya kata kak athar terus?"
nana menoleh, menatapnya tepat ketika sang surya tenggelam tanpa meninggalkan bekas. "kak athar itu selalu ngajarin nana tentang makna berharga. kalau nggak ada kakak, mungkin si nadera atau nana itu sudah hilang dari semesta sejak lama."
BERNOSTALGIA di bijana serentak ketika buana bersentosa, tersuar eloknya insan-insan semesta yang menganggungkan cinta, sampai lupa bahwa ada adikara Tuhan terindah yang sering dilisankannya dengan nama senja.
kala itu masih dengan taruna dan taruni di bulan juni, langit gelap karena awan yang menaungi. sekitar tiga bulan lalu, dengan tidak sengaja pertanyaan si nadera terlontar begitu saja.
"kak, jadi lautan tuh kayaknya enak banget, ya?" tanya si nadera tapi athar malah tidak menyutujui.
"nggak, ah. lebih enak jadi cahaya, na."
nana berlagak bak orang marah, dilihat-lihat gadis yang satu ini gemar sekali naik darah sepertinya, ya?
ck, si aelius ini suka sekali membuat nana bertanya-tanya. "emang kak athar mau ngapain kalau jadi cahaya?"
"kalau kakak bisa ambil kendali pada cahaya, kakak mau jalanmu terang selalu," benar-benar, kalimatnya tidak akan lengkap jika tidak diimbuhi dengan senyuman manis diakhirnya.
membuat nana ikut mengukir kurva di durja, "kenapa harus nana coba?"
bukannya menjawab, athar malah bertanya balik. "na, tau mercusuar nggak?" tanyanya.
nana sedikit berpikir, mercusuar itu yang mana, ya?
"itu loh, na, yang biasanya di pantai atau pelabuhan." jawab athar, padahal nana sama sekali tidak menyuarakan pertanyaannya.
"ah, iya-iya. inget nana, kenapa?"
"ada warita, tentang seseorang yang menjaga mercusuar."
nana membenahkan posisi duduknya, lebih mendekat pada athar agar bisa mendengar ceritanya dengan jelas. nona yang satu ini sangat suka di ajak bercerita.
melihat nana dengan antusiasme yang tinggi, athar jadi lebih semangat bernarasi. "jadi gini, suatu malam di pelabuhan itu ada hujan lebat. tiba-tiba lampur mercusuar di sana mati, si penjaga sudah was-was banget, na. kamu tau nggak, kenapa?"
nana menggeleng singkat.
"si penjaga sangat takut kalau perahu yang tengah berlayar malam itu kehilangan arah tanpa ada cahaya. nana, kamu bukan apa-apa sekarang kalau tanpa mereka. nah, akhirnya sang penjaga berlari ke puncak mercusuar untuk memperbaiki lampunya yang rusak, hingga perahu malam itu tetap bisa merengkuh tujuan mereka."
"hebat," hanya itu yang keluar dari labium nana, entah terpana atau kehabisan kata-kata.
sedangkan athar tersenyum, lalu bertanya. "na, kamu mau jadi lautan, kan?"
"iya."
"kalau begitu, kamu lautanku.
dan aku mercusuarmu."
jalan carita kala candra purnama kala itu sungguh berakhir bahagia. kalimat si tuan berhasil memporak-porandakkan hati puan yang sedaritadi termangu membayangkan betapa indah Tuhan menciptakan seorang aelius atharwa.
나나:: ayo cantik kta mengumpulkan pahala dgn komen banyak banyak WKWKWKWK peace (aku nda punya emot jari dua 😭)
KAMU SEDANG MEMBACA
ceritera rasa.
Fanfiction🌊 mari, kuajak terbang naik pesawat kertas atau pilau emas. kemudian kita mengawang angkasa di atas samudera. // ft. 나재민 // ON-GOING © skiesilents, 2020