Aku menyibukkan diriku dengan buku yang ada di hadapanku sekarang, aku takut um ralat lebih tepatnya malu bertemu dengan pak Levine yang hari ini mengajar dikelasku. Entah apa yang aku lakuin sama dia malam lalu mungkin waktu itu ada diriku yang lain memenuhi tubuhku.
"Selamat pagi" suara tegas dan dingin menggema di ruangan ini, aku makin berpura pura membaca buku yang aku gatau kenapa matematika dibaca bukannya di hitung. Aku mengintip dari buku yang aku genggam, ke depan tempat pak Levine berada, dia memperhatikanku sambil mengernyitkan dahinya.
"Dua jam kita belajar, satu jam kita kuis dan satu jam lagi waktu bebas untuk kalian" anak kelasku mendesah panjang mendengar kata kuis, kenapa harus ada kuis? Gak jauh jauh paling juga aku diam membaca buku matematika yang sama sekali aku gak ngerti.
Dua jam sudah kami belajar dan waktunya sekarang kuis, sial sudah 18 anak yang menjawab pertanyaannya. Aku? Seperti yang aku bilang tadi masih tetap membaca buku matematika yang isinya angka semua, aku mau mencoba menjawab pertanyaannya tapi memang otakku yang selalu gabisa kepakai pas dipelajaran matematika saja.
"Terimakasih yang sudah menjawab kuisnya dan seperti yang saya janjikan satu jam kalian bebas, untuk Renia maju kedepan saya ingin bicara" selesai sudah kuis yang diadain pak Levine dan apa yang tadi dia katakan? Dia mau bicara sama aku? Ragu ragu aku maju ke meja guru dan kelas pun menjadi hening "ambil bangku itu" pintanya, aku mengangguk lemas mengambil bangku didepan yang kosong dan ditempatkan pas di depan meja pak Levine.
"Saya perhatikan dari tadi kamu melamun sambil membaca buku matematika? Kenapa kamu gak menjawab kuis saya? Tujuan saya kasih kuis ini untuk menambahkan nilai nilai kalian yang kurang dan nilai kamu semuanya dibawah kkm, gimana nasib ujian nasional kamu kalau nilai kamu segini?" Tuturnya panjang lebar sambil menyodorkan buku nilai dan benar saja nilaiku rata rata merah di pelajaran matematika berbanding terbalik dengan pelajaran yang lainnya.
"Tapi pak, kan cuma pelajaran matematika saja nilai saya di bawah kkm kalau dipelajaran lain nilai saya diatas kkm semua kok" jawabku takut takut bukannya aku sombong tapi cara itulah yang membuatku tenang apayang pak Levine bilang tadi.
Pak Levine menghembuskan nafas berat "ya saya tau tapi begini ya Karenia, kalau nilai kamu ada yang merah satu bisa bisa kamu gabisa lulus. Kamu mau belajar disini terus?" Ahh sial kenapa sekelas pada diam semua sih. Aku masih diam menundukkan kepala "gimana kalau kamu belajar tambahan dengan saya?" Usulnya, kaget sih tapi yamau gimana lagi daripada aku gak lulus? Aku menganggukkan kepala lesu.
"Kalau begitu nanti pulang sekolah, kamu yang menentukan dimana tempatnya"
"Dirumah saya aja pak"
"Oke kalau gitu, yasudah balik ketempat kamu" ucapnya dengan nada tegas dan dinginnya.
"Kenapa?" Tanya Sabil ketika aku sudah menghempaskan bokongku ke bangku kayu.
"Gapapa" balasku lalu memasangkan earphone ke kedua kupingku dan mengalun lagu Taylor Swift- Style.
--
Aku memperhatikkan pak Levine yang masih menerangkan materi statistik "pak istirahat dulu ya, aku gak ngerti sama sekali" aku menampilkan deretan gigiku kepada pak Levine "Ya"Mira datang membawa cemilan untukku dan pak Levine "loh kok udah selesai belajarnya non?" Tanya Mira ikut duduk disamping pak Levine.
"Lagi istirahat" balasku cuek, Mira kembali ketika ayahnya memanggilnya.
"Yah, yaudah deh Mira kebelakang dulu ya mas ganteng" ucapnya genit mencubit tangan kekar Pak Levine yang menatapnya horor.
Aku melihat pak Levine yang sibuk dengan ponselnya "kapan kita mulai lagi" tanyanya menaruh ponselnya kedalam saku kemejanya "5 menit lagi ya pak"
KAMU SEDANG MEMBACA
my beloved teacher
Short StoryMatematika !!!! kenapa dengar nama itu membuatku pusing selain susah aku selalu mendapat guru yang membosankan. Ditambah sekarang aku punya guru yang bernama LEVINE RIVERA -Guru yang sangat sangat sangat menyebalkan yang mengajar matematika- Guru...