Jaemin sudah rapi dengan kaos putih, celana levis biru selutut dan sepatu kets warna birunya. Tas selempang yang sudah terpasang di bahunya. Jaemin sudah siap berburu foto di Nusa Penida hari ini."Lo udah siap, Rosé?"
"Eoh? Sebentar lagi, gue bedakan dulu."
Jaemin mengangguk. Duduk kembali di atas tempat tidurnya. Kaki kanannya ia letakan di atas paha kirinya. Melihat ke arah jendela kamar hotelnya. Angin berhembus menerpa daun-daun dan membuatnya tersenyum. Cuaca hari ini sangat baik.
"Kita samperin mereka berdua, kan?" tanya Rosé yang sudah memasukan beberapa alat make up ke dalam tas kecilnya. Hanya membawa bedak, lipstick dan pelindung tabir surya.
Jaemin mengangguk. "Kalau kita enggak samperin, bisa-bisa kita ketinggalan kapal ke Nusa Penida."
"Gue yakin, mereka pasti lagi bermesraan di dalam kamar. Kalau enggak kita gangguin, bisa lupa waktu mereka." Rosé membayangkan pasangan yang menjadi topik pagi ini.
Jaemin tertawa. "Gue berasa ngurus anak dua yang lagi main. Hahahaha ... anak-anak kan kalau main suka lupa waktu."
Rosé mengangguk mengiyakan perkataan Jaemin. "Gue juga ngerasa gitu," balas Rosé yang merapikan rambutnya dan segera berdiri.
"Yuk. Kita samperin mereka berdua," ajak Rosé.
Jaemin berdiri dan mengikuti Rosé dari belakang. Menutup pintu kamar dan berjalan menuju kamar Jeno. Menekan bel kamar dan menunggu salah satu dari penghuni kamar itu untuk membukakan pintu.
Pintu terbuka. Menampakkan Jeno yang sudah terlihat rapi dengan pakaian yang hampir mirip dengan Jaemin. Bedanya, Jeno mengenakan kaos hitam yang dipadukan dengan kemeja pantai berwarna hijau dan celana pendek selutut seperti yang dikenakan Jaemin, namun berwarna hitam.
"Kalian cepat amat jam segini udah di ke kamar gue sama Jennie?" tanyanya bingung.
Jaemin mendengus. Masuk ke dalam kamar tanpa permisi dan diikuti oleh Rosé. "Kalau kita enggak samperin kalian berdua, yang ada nanti kita ketinggalan kapal. Satu setengah jam lagi jadwal kita berangkat, bukan?"
Jeno mengangguk. "Santai aja. Kita udah pesan tiket, tinggal gue ambil nanti sama karyawan tournya."
"Kalian duduk aja dulu. Jennie masih make up, tuh," kata Jeno menunjuk ke arah Jennie dengan dagunya.
Rosé mendengus melihat Jennie yang masih merias diri. Bukan karena apa yang sedang dilakukan oleh sahabatnya saat ini. Tetapi, karena semua peralatan riasnya berada di atas meja.
"Lo ngapain, sih, Jen? Kita mau ke jalan-jalan, enggak perlu lo dandan segitunya. Macam kayak mau ke pesta dansa aja," sindir Rosé.
Jennie melirik malas. "Kita sebagai perempuan harus tetap cantik dan menawan. Biar para laki-laki kita itu enggak lari. Apalagi harus sopan, enggak kasar," balas Jennie menyindir balik Rosé dengan menaik-turunkan alisnya.
Rosé memutar kedua bola matanya malas. "Masih aja dibahas. Gue mah apa adanya. Cukup ada cowok yang mau terima sifat gue mah udah cukup. Enggak usah gue berlagak jadi perempuan baik-baik, macam gue lagi main pentas drama aja."
"Mending cepetan dandannya. Mau panas-panasan aja sampai segitunya," lanjut Rosé kesal.
Sementara itu, Jaemin yang sedang fokus menontin televisi diganggu oleh Jeno.
"Coba denger, deh. Itu Rosé katanya butuh cowok yang terima sifat dia apa adanya. Lo enggak mau? Mumpung kalian sama ... sama-sama galak."
Jaemin melirik malas ke arah Jeno. "Gue cuman fokus sama kuliah gue, No."
Jeno mendengus. Namun, kemudian terdengar suara Jennie memanggil namanya. Membuat Jeno langsung berjalan mendekat.
"Kenapa, Yang?"
"Aku dibentak sama Rosé," adu Jennie.
"Bangsat! Pengaduan."
"Ngapain lo bentak cewek gue, Rosé?"
"Malas, deh. Ada pawangnya." Rosé berlalu menuju kamar mandi.
"Mampus! Enggak punya tempat ngadukan, lo." Jennie tersenyum penuh kemenangan.
"Mangkanya sama Jaemin biar ada tempat ngadu," lanjut Jennie yang tidak sadar Jaemin berdiri di dekatnya.
"Pantas lama make upnya. Orang dari tadi make up pakai mulut, bukan pakai tangan," kata Jaemin memandang malas ke arah Jennie.
"Yang! Jaemin kasar banget mulutnya sama aku," adu Jennie dan membuat Jeno menatap tajam ke arah Jaemin.
"Jangan kasar-kasar sama calon bini gue, Jaem. Lembut ... yang lembut."
Jaemin berdecih. "Gue tunggu di lobi. Kalau sampai lima menit enggak turun, gue tarik lo berdua dengan kasar," katanya keluar kamar Jeno.
Namun, Jaemin kembali lagi. "Rosé. Lo mau ikut gue ke lobi, enggak? Gue bisa gila nungguin mereka di sini."
Rosé yang berada di kamar mandi dengan segera keluar dari kamar. "Gue ikut!"
***
June 11th, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku & Kamu (Jaemin Rosé) - Book 1 ✔
FanficAku & Kamu Book 1: Salah Sambung Berawal dari salah nomor, Rosé dan Jaemin terjebak dalam rencana Jennie dan Jeno untuk menjodohkan mereka berdua. Kesan buruk bagi keduanya membuat Jaemin dan Rosé tidak ingin saling berhubungan untuk kedua kalinya d...