Hari ini akan menjadi hari patah hati seumur hidupnya. dangkal tampaknya, terlalu berlebihan dan tidak karuan itulah pemikiran Kiana wanita berusia 25 tahun yang sejak dulu selalu merasa tidak aman atau biasanya disebut insecure. rasa tersebut tak akan usai apalagi melihat laki-laki yang ia cintai bernama Niko akan segera melangsungkan pertunangannya. padahal tunangan hanya momentum penyematan cincin di jari manis kiri pasangan di hadapan orangtua kedua belah pihak. tapi tunangan itu dianggap sebagai perubahan status hubungan dari pacaran menjadi lebih serius yang membuat hatinya tersayat-sayat dan hancur berkeping-keping. seakan-akan sebagian hidupnya telah musnah dengan harapan yang sirna. Perihal hati, Kiana memang tak pernah main-main.
Kiana dan keluarganya bersiap-siap menghadiri acara tersebut. Mata yang sembab, bibir bengkak serta mata panda yang kian menghitam karena tangisan semalam yang tak bersuara, tak ada yang mendengarnya sesegukan dan saat ini ia tengah menutupinya dengan make up. Kiana mulai bersolek sembari menatap cermin dengan tatapan kosongnya.
“Kiki... dandannya udah belom?” -seru sang Bunda
“Iya bun sebentar lagi” jawabnyaTak lama, mereka pun bergegas dan bersiap pergi kesana. Selama diperjalanan ia hanya melamun memandangi jendela, sekuat mungkin menahan air matanya agar tidak jatuh. ia tak ingin membuat kedua orang tuanya bertanya-tanya. Entah bagaimana Kiana bisa menutupi kesedihannya saat itu.
sesampainya disana, ia segera menempatkan duduk yang jauh dari orang tuanya dan dekat dengan pintu luar. saat melihat Niko duduk disebelah pasangannya, perih sekali rasanya. tetapi ia bisa apa? hanya bisa memberi senyuman palsu.Gadis itu... Annisa namanya. Seorang dokter muda lulusan Universitas Indonesia yang bekerja disalah satu rumah sakit ternama. Kiana semakin merasa insecure saat melihatnya bersanding dengan Niko. parasnya yang ayu, lemah lembut, cerdas, lugu serta murah senyum membuatnya selalu membandingkan-bandingkan dirinya dengan Annisa.
Kiana menatap Annisa yang tampak cantik tersebut kemudian Annisa membalas senyuman kepadanya dan Kiana kembali menunduk sepanjang acara ia hanya berusaha untuk menutupi luka, menahan air mata dan apapun demi kelancaran acara tersebut. Saat acara penyematan cincin akan berlangsung nampaknya Kiana sudah tak bisa membendung air matanya akhirnya ia keluar dari ruangan tersebut dan berlari sekencang-kencangnya dan menangis sejadi-jadinya tanpa tujuan. Entah kemana ia harus pergi, tetapi ia tahu kemana tempatnya untuk berkeluh kesah.
Akhirnya, Kiana menemui Tierra (sahabatnya) dengan air mata yang masih mengalir, sontak membuatnya kaget dan segera menyuruh Kiana masuk kedalam kamarnya
“Yaampuuun udah gila ya lo?” -Tierra
(Kiana hanya terdiam dan terus-menerus menangis)
“Ki, liat gue ki!! lo jalan kaki berapa jam buat nyampe sini? I thought you were fine gue kira lo akan baik-baik aja disana, dan ternyata it still hurts you so bad. Ki?!” -Tierra
(Kiana tetap diam dan menangis)
“Oke, sekarang lo tenangin diri lo dulu untuk sementara waktu lo bisa tinggal disini dan kalo lo belom siap buat cerita....” -Tierra
“No... Ra, gue mau cerita” -Kiana
“and yes?” -Tierra
Tierra adalah sahabatnya sejak ia duduk dibangku SMA. dulu mereka selalu bertiga Kiana, Tierra dan Yura. Tetapi, semesta mengatakan lain. Yura telah meninggal 3 tahun lalu akibat kanker yang dimilikinya. Namun, sampai saat ini tak ada yang menggantikan Yura. Akhirnya, Kiana dan Tierra berjanji akan selalu bersama sampai pada akhirnya mereka berdua kuliah di kampus yang sama dengan jurusan yang berbeda. Mereka juga tinggal dalam satu kosan yang sama saat kuliah, orang tua Kiana sudah mengenal Tierra dan begitu juga sebaliknya bahkan mereka menganggap satu sama lain seperti saudaranya sendiri.