Matahari mulai menenggelamkan diri di cakrawala. Langit biru sedikit demi sedikit berganti warna menjadi jingga kemerahan. Hari sudah menjelang petang, namun lobi hotel itu masih terlihat sibuk. Terdengar suara martil yang beradu dengan paku besi di sana. Diiringi suara gergaji yang memotong kayu menjadi bilah-bilah panjang. Aroma dari potongan kayu itu memenuhi seisi ruangan mengganti bau darah dan mayat yang ada di sana sebelumnya.
Jo, Gidae, Junghun, dan Bian masih sibuk menambal semua jendela lantai satu hotel itu yang sebagian besar kacanya sudah pecah. Mereka menutupnya dengan papan kayu yang mereka dapatkan dengan menggergaji perabot di sekitar mereka.
Mereka telah selesai 'membersihkan' hotel itu dari para zombie. Dibantu oleh Jisu dan Lisa, kini mereka sedang menutup semua lubang di lantai satu agar zombie dari luar tidak bisa masuk. Beruntung gudang hotel itu menyediakan perkakas yang diperlukan. Sehingga mereka tak perlu susah payah mencarinya di luar.
Dengan kasa yang masih menempel di sudut keningnya, Lisa dibantu Jisu mengangkat potongan kayu dari Bian untuk dibawa pada Junghun dan Jo.
"Hei, kalian tidak perlu melakukan ini. Biar kami saja." ucap Jo saat Jisu dan Lisa datang meletakkan beberapa tumpukan papan kayu di dekatnya.
"Apalagi kau. Tubuhmu masih terluka. Jangan mengangkat-angkat barang dulu." ucap Jo lagi pada Lisa.
Lisa mengusap keningnya yang berkeringat setelah ia menaruh kayu-kayu yang ia bawa. "Tidak apa-apa. Yang terluka adalah kepalaku, bukan tangan."
Jisu mengamati kayu-kayu yang menutup jendela lobi sambil berkacak pinggang. "Tapi, apa papan-papan kayu ini cukup untuk menghalangi para makhluk itu?"
Jo mengetuk-ketukkan palu di tangannya pada kayu itu sambil tersenyum yakin. "Kayu ini cukup tebal untuk mencegah mereka masuk. Kurasa perlu waktu lama bagi mereka agar bisa menjebolnya."
Bian yang sejak tadi menggergaji kayu berhenti sebentar. "Bagaimana jika Wrecker itu berhasil menembusnya? Dia bisa mengangkat mobil dengan mudah. Seharusnya tidak akan susah baginya untuk menghancurkan kayu-kayu ini.
"Selama mereka tidak tahu kita ada di sini itu tidak menjadi masalah." jawab Junghun.
"Asal kita tidak melakukan sesuatu yang menarik perhatian Wrecker, semua akan baik-baik saja." imbuh Jo.
Tak lama kemudian terdengar langkah kaki dari luar. Pintu lobi yang kini telah diganti dengan pintu kayu terbuka. Aaron muncul dengan sebelah tangan memegang senapan laras pendek yang ujungnya telah dipasang peredam suara. Sementara sebelah tangannya lagi menggenggam pedang. Darah menetes dari ujung pedang itu. Bercak merah memenuhi sepanjang mata pedang. Pedang itu seperti baru digunakan untuk menebas sesuatu.
Aaron menurunkan masker yang menutup wajahnya lalu berjalan menuju meja lobi. Ia membersihkan lumuran darah yang ada di pedangnya dengan sebuah kain yang ada di sana. "Aku sudah membunuh semua zombie yang berada dalam jarak satu blok dari sini. Aku juga mencoba mencari korban selamat selain kita. Tapi aku tidak menemukannya."
Jisu berkata dengan wajah tercengang, "Kau menghabisi semua zombie di luar? Sendiri?"
"Jangan heran, dia memang yang paling kuat di antara yang lain. Dulu, ketika menjalani pendidikan militer dia selalu mendapat nilai tertinggi. Dia menjadi lulusan terbaik angkatan kami saat itu. Semua tugas dan ujian bisa dia lewati dengan baik. Satu-satunya yang bisa menghentikan Aaron hanya ketika staminanya sudah habis." jelas Jo.
"Mungkin jika dia memiliki stamina tak terbatas semua zombie di Daegu bisa dia atasi sendiri." kelakar Jo.
Aaron melirik sebentar pada Jo dan Jisu lalu lanjut membersihkan pedangnya tanpa menanggapi percakapan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIDEMI [Cerita Pindah Ke Noveltoon]
FanfictionKejadian yang tidak seharusnya dihadapi oleh sebuah idol group. Mereka harus berjuang bertahan hidup ketika sebuah wabah misterius tiba-tiba melanda Korea Selatan. Virus yang mampu menghilangkan kepribadian seseorang. Menjadikan manusia seperti maya...