I Can Do This🔥🔥

5 1 0
                                    

Seorang gadis sedang duduk terdiam di salah satu kursi, yang ada di depan kantor guru. Dia sedang menunggu antrean, dengan tujuan melanjutkan sekolahnya di SMA GDTalent, sekolah ternama di kotanya.

Dia tidak yakin dan menganggap mustahil apabila dia dapat masuk ke sekolah itu. Biayanya yang cukup mahal, membuat dia terpikir akan orangtuanya. Dia khawatir, kalau saja orangtuanya tidak mampu membayar biaya sekolahnya.

"Aku akan berusaha. Aku harus tampil maksimal," ucap Vioneta pelan. Suaranya yang kecil itu, membuat peserta disebelahnya menoleh ke arahnya. Vioneta hanya melemparkan senyum manisnya. Pria yang menoleh ke arahnya, hanya menatap Vioneta dengan tatapan kosong, lalu menatap lapangan sekolah dengan mata sayu.

Vioneta hanya dapat mengumpat dalam hatinya,
"Dasar, kunyuk!! Bisa-bisanya dia menganggapku remeh. Lihat saja!!" umpatnya dalam hati.

Beberapa menit kemudian, nama gadis manis ini dipanggil dari depan kantor guru,
"Vioneta Alby Adena!" ucap salah seorang guru yang bertugas,
"Ya, saya!" ucap gadis itu dengan riang. Langsung saja tangannya memegang erat tas hitam-nya, yang berisi berkas-berkas penting. Dia menatap sinis pria yang ada disebelahnya, sambil berjalan menuju kantor.

Sesampainya di kantor, Vioneta berdecak kagum,
"Woaahhhh, kenapa bisaa??" Ucap Vioneta sambil membulatkan matanya. Vioneta memperhatikan isi ruangan itu,
"Wahhhh, bagaimana bisa kantor guru semenarik ini??" Batinnya. Guru yang memanggil namanya itu, melihat Vioneta dengan tatapan lucu,
"Vioneta, silahkan duduk," ucap guru itu dengan ramah, membuat Vioneta menjadi seperti orang gila,
"Ehhh??? (Bingung)"
"Disini duduknya," senyum wanita separuh baya itu, mengembang. Vioneta dengan langkah yang agak dipercepat, menuju kursi yang berada di depan meja.

Dalam hatinya, Vioneta hanya merasa kagum dapat duduk di sebuah tempat yang mewah,
"Bu, apa memang kantor guru adalah tempat alat musik??" Tanya Vioneta dengan heran,
"Tidak, tapi semua alat musik ini kami pindahkan dari ruangan seni ke kantor guru," jawab wanita itu datar sambil membuka berkas-berkas Vioneta. Dalam hatinya, masih ada pertanyaan yang sangat mengganjal,
"Untuk apa semua alat musik ini, bu? Apa semua calon siswa-siswi  harus menunjukkan bakatnya?"
"Iya. Kenapa? Kamu keberatan?" Tanya salah seorang guru yang lain,
"Bukan, saya tidak keberatan. Saya akan sangat bersemangat!" Ucap gadis manis itu sambil mengembangkan senyum manisnya kepada 3 guru yang ada di depannya.

"Boleh saya bertanya, Ananda Vioneta?" Ujar seorang wanita yang tampaknya lebih tua dari wanita yang disebelahnya,
"Boleh, bu!" Vioneta bersemangat,
"Boleh ibu tahu, apa saja yang bisa kamu tunjukkan hari ini?"
"Umhh, sedikit sih bu. Dan saya rasa sepertinya tidak akan lolos, karena biaya sekolah ini sangat mahal walaupun saya tampilkan bakat saya," Vioneta perlahan murung. Dia teringat akan orangtuanya, terbayang betapa sulitnya mereka bekerja demi menyekolahkan putri semata wayangnya itu.

"Begini, kalau kamu hanya punya satu bakat pun, tolong ditampilkan, nak! Mungkin ada potongan dari harga biasanya. Cobalah yang terbaik," kata wanita tua itu. Vioneta tersenyum semangat, dan mulai memperbaiki cara duduknya. Mulutnya perlahan dia buka, dan dia mulai mengangkat bicara,
"Saya hanya bisa memainkan alat musik gitar, piano, drum, dan bass. Selain itu, saya juga pandai menyanyi, keahlian saya bagian nada rendah. Saya juga bisa menari, dan saya juga bisa nge-rap. Hanya itu saja sih, bu," jelas Vioneta dengan muka datar.
Ketiga guru yang berada di depannya hanya dapat melihat dengan heran, menggeleng-gelengkan kepala, dan mengangakan mulut.
"Ada apa bu, pak? Saya tidak diterima? Saya juga berpikir demikian, gak mungkin saya bisa masuk dengan talenta sedikit seperti itu," ucap Vioneta dengan sabar. Guru-guru itu hanya memerhatikan Vioneta dengan tanda tanya,
"Kamu bilang sedikit?" Tanya seorang pria muda kepada dirinya,
"Iya, pak," jawabnya dengan murung,
"Kamu diterima!" Tiba-tiba wanita paruh baya itu berbicara dengan nada yang agak mengejutkan Vioneta. Vioneta tampak masih murung,
"Kamu diterima, kamu diterima, kamu diteri???!?!? Haaaaaaaaaaa???????!?!?!?" Vioneta yang baru saja mengulang kata-kata wanita itu, menjadi kaget karena otaknya baru merespon.

" Saya diterimaa buuu?!?!" Vioneta histeris dengan perasaan tak menyangka,
"Iyaa, asalkan kamu harus bisa menunjukkan kepada kami, sekarang. Kami tidak mau menerima murid yang hanya pandai bicara, kami butuh keterampilan!" Ucap pria itu tegas. Vioneta makin percaya diri dan bersemangat,
"Aku pasti bisa melakukannya!" batinnya dalam hati. Dia beranjak dari kursinya dan berjalan ke arah sebuah kursi dengan gitar diatasnya,
"Harus bisa! Pasti bisa Vioneta!!" Dia bersemangat.

Tolong di sukai ya👍
Ikuti akun saya
Thank you untuk kamu❤️🔥


Yemima Keziana
13.06.20




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sorry, but I ❤️ UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang