3. Jadi dia siapa?

1K 142 10
                                    


Ryujin baru saja akan turun dari motor Nmax milik Jaemin, gadis itu mendongakkan kepalanya untuk menatap sebuah rumah besar dimana Jaemin memberhentikan motornya.

"Ini rumah gue?" Gadis berambut sebahu itu bahkan sedari tadi tidak bisa mengatupkan bibirnya takjub.

Gimana Jaemin bisa berakhir mengantar Ryujin? Ceritanya sangat panjang.

Di mulai dari si gadis mengatakan kepalanya sakit dan tidak bisa pulang sendiri, memaksa Jaemin untuk mengantarnya hingga drama amnesia di jalanan yang membuat Jaemin geleng-geleng kepala, untungnya saja pria itu tau dimana rumah Ryujin, karena memang dia sering melewati jalan ini untuk menuju rumah Haechan yang hanya berbeda blok saja dengan rumah Ryujin.

"Gue pulang dulu." Ujar Jaemin sembari mengulurkan tangannya kepada Ryujin.

Gadis itu tersenyum cerah, lantas mengamit tangan Jaemin yang terulur untuk ia ciumi punggungnya.

Namun dengan cepat Jaemin itu menarik tangannya, sebelum bibir gadis itu mengenai punggung tangan miliknya.

"LO NGAPAIN?!!" Teriak Jaemin panik.

"Mau salim?" Ucap Ryujin tanpa dosa.

Jaemin mengerang frustasi, "Ck! Helm gue Ryujin! Masih nempel di kepala lo."

Ryujin berseru panjang, sembari tertawa pelan, tangannya tergerak untuk melepaskan helm di kepalanya, "ngomong atuh, ngomong! Kirain mau cosplay jadi suami istri."

Jaemin mau muntah saat itu juga.















Ryujin masuk dengan hati-hati ke dalam rumahnya, baru saja ia melangkahkan kaki satu langkah untuk masuk ke dalam rumah, namun ia sudah di sambut dengan sosok rupa yang sangat besar, badannya hampir tembus ke lantai 2 rumahnya, tubuhnya hitam, rambutnya panjang serta mata merahnya. ia terlihat sedang berdiri di sudut ruang tamu miliknya. Sebut saja Ruwo.

Lantas sang gadis tersenyum canggung, ia berjalan sambil menundukan kepala, "permisi om, numpang lewat." Katanya sambil berlalu berjalan melewati sosok tersebut.

"Anying, penjaga atau apaan dah itu." Seru gadis itu setelah berhasil melewati ruang tamu, ia melirik sedikit ke arah belakang untuk mendapati Ruwo sedang menatap tajam ke arahnya, gadis itu bergidik ngeri.

"Non Ryujin"

Ryujin masih terus melanjutkan langkahnya, menghiraukan panggilan barusan

"Non Ryujin.." ulangnya kembali, lantas membuat sang gadis dengan surai pendek itu menepuk jidat pelan, "lupa nama gue Ryujin." Bisiknya pelan.

Ia kini menatap wanita paruh baya dengan pakaian sederhana di hadapannya, membuat Ryujin bingung sendiri dengan tatapan yang di berikan oleh wanita itu padanya.

"Iya?" Kata Ryujin hati-hati.

"Mulai besok mbok bakalan nemani non Ryujin di rumah, kalau si bapak dan ibu belum pulang kerja." Kata wanita paruhbaya tersebut kemudian

Ryujin mengerutkan dahinya bingung

"Ini pesan mas Jeffrey, dia khawatir sama non Ryujin."

Ryujin menganggukkan kepalanya lantas beroh-ria pelan, "Jeffrey siapa lagi woi, astaga." Desahnya pelan.

"Saya kekamar dulu mbok." Pamit Ryujin setelah lama berdiri di sana.

"Oh iya non, mulai besok non Ryujin pergi sama pulang sekolahnya sama kang Cecep ya. Kalau ini pesan dari ibu sama bapak non." Ujar si mbok sembari tersenyum ramah.

"Okei." Hanya itu respon sang gadis.

"Ck! Baru sekarang perhatiannya, kemarin-kemarin waktu ni anak hampir gila karena ngelihat hantu mulu, kalian kemana woi." Serunya, yap tentu saja lagi-lagi ia hanya bisa misuh di dalam hati.

Lantas ia mulai menyusuri anak tangga. Sok tahu, padahal ia saja tidak tahu di mana letak kamar tidurnya.

Sementara Ryujin sudah berjalan meninggalkan dirinya, mbok Atih menatap punggung gadis yang sudah ia rawat sedari kecil tersebut dengan kebingungan yang mendalam, "rasanya bukan kaya non Ryujin, tapi dia benaran non Ryujin.











Haechan baru saja tiba pulang sekolah setelah selesai adzan Magrib kala itu, biasa, ia dan teman-temannya akan menongkrong terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah, padahal sekolah sudah usai sejak 2 jam yang lalu.

Pria itu memarkirkan motornya seperti biasa, kemudian menyapa seorang bapak-bapak seusia ayahnya, tampak sedang berdiri sambil merokok didepan gerbang rumahnya, serta merta sarung yang melilit pinggangnya, Haechan tebak tetangganya itu baru saja pulang Shalat Magrib.

Eh tapikan adzan baru aja kelar? Kok udah kelar aja shalatnya?

"Eh pak Changmin? Gimana kabarnya pak? Udah sehat?" Tanyanya pada bapak yang bernama Changmin tersebut. Seingat Haechan, pak Changmin ini tengah sakit keras kata bunda beberapa hari yang lalu.

Tak menghiraukan pertanyaan Haechan, bapak tua tersebut hanya mengisap rokoknya dalam-dalam, Kemudian ia berkata "Jangan berteman sama sembarangan orang, bisa jadi bawa celaka." Ujarnya.

Kemudian ia membuang rokoknya yang tinggal setengah, lalu menginjaknya dengan ujung sendal swalow hijaunya yang saat itu sedang ia kenakan, lalu melangkah, meninggalkan Haechan yang berdiri mematung sembari menenteng Helm Nhk rx9 miliknya di tangan kirinya, Haechan menatap heran pada punggung yang semakin menjauh darinya itu

Mencoba mengabaikan ucapan tetangganya tersebut, Haechan berbalik untuk menutup pagarnya rumahnya rapat-rapat.

Ketika hendak memasuki rumah Haechan mendapati bundanya yang tampak tengah tergesa-gesa melangkah, wajahnya tersirat kecemasan yang mendalam.

Haechan melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah bunda, "Bun, mau kemana?" Tanya Haechan, ketika bunda terlihat tengah sibuk memperbaiki pakaian yang sedang dikenakannya.

"Mau ke rumahnya buk Sunny. Pak Changmin, meninggal nak." Ujar bundanya

"Kamu dirumah aja ya, jagain rumah. Bunda pergi dulu." Ujar bunda sambil mengelus puncak kepala si bungsu, lantas wanita yang Haechan sebut sebagai 'bunda' tersebut menghilang dibalik pintu.

Haechan hanya mematung pada posisinya, mencoba menyerna perkataan bundanya.

"Pak Changmin meninggal? Terus yang didepan gerbang tadi siapa??!!"











Jangan lupa vote ya🥺

HEREDITARY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang