Ketika sedang asik mengobrol di Basecamp Hexagon, mereka dikejutkan dengan suara ribut dari arah belakang sekolah. Tepatnya di balik tembok besar yang menjadi perantara gang kecil dengan tempat mereka berkumpul, -Basecamp.
"Woi Ares, keluar lo njing! Bawa sekalian anggota lo."
"Jan jadi pengecut lo pada."
"Kita tau lo dan temen-temen brengsek lo ada dibalik pagar ini."
"Mereka ngumpet kali, ya?"
"Gue kasih lo waktu sepuluh menit buat keluar."
"Kalo lo gak keluar, kita yang bakalan masuk."
"Dan gue bisa pastiin lo gak akan suka caranya."
"Jan pura-pura tuli, ya!"
Tanpa perlu menengok terlebih dahulu, Alares c.s sudah sangat hapal siapa pemilik suara itu. Para berandalan dari SMA Harrison yang di pimpin oleh Rangga itu memang mempunyai nyali setebal baja. Mereka akan terus membuat onar tanpa memikirkan konsekuensi dari perbuatannya.
Suara yang sarat akan ancaman itu masih terus berkoar-koar diluar sana. Sementara Alares dan teman-temannya masih memikirkan cara untuk keluar selain memanjat dinding pembatas sekolah itu.
"Res, gimana?" Azka yang sedari tadi tidak dapat tenang, akhirnya mengeluarkan suara.
"Gak ada cara lain, apa? Kalo kita manjat nih, pasti ketahuan. Yakin gue." Ando menyahut menimpali.
"Res, keknya udah gaada cara lain, deh. Kita musti panjat tuh pager."
"Iya, Res. Kita cuman punya waktu sepuluh menit, dan ini hampir habis." Fero melanjutkan ucapan Bambang.
"Kebanyakan mikir lo, kak." Reyhan tanpa pikir panjang berlari ke arah tembok dengan tinggi mencapai tiga meter itu, kemudian mengambil benda-benda yang dapat digunakan sebagai pijakan dan menumpuknya.
"REY, JANGAN CEROBOH!" Bentak Alares kepada satu-satunya saudara yang dia miliki.
"Trus lo mau apa? Duduk diam dan biarin mereka yang masuk? HAH!?" Reyhan membalas.
Sementara, suara dari balik dinding terus memperingati sisa waktu yang mereka punya.
"Lima menit lagi, brengsek!"
"Jan sok ngartis deh mau ditungguin. Kalian itu cuman sampah, tau gak!?"
Kemudian disusul dengan suara tawa yang meledak.
"Dasar pengecut!"
Teriakan itu mampu membuat sisi liar dari seorang Alares bangkit.
"Lo bener, Rey. Gua kebanyakan mikir." Perkataan itu pelan, namun sorotan mata setajam itu sudah cukup mengisyaratkan kemarahannya saat ini.
Tanpa berkata apa-apa, Alares berlari dan bertumpu pada susunan kursi dan meja bekas yang sudah disusun oleh Reyhan sebelumnya, kemudian melompat setinggi mungkin hingga kedua tangannya berhasil mencapai ujung dinding pembatas itu.
Tindakan Alares yang spontan tanpa aba-aba itu membuat teman-temannya melongo. Sebelum...
"Eh, itu Ares sendirian disebelah. Lo pada gak niat nyusul?" Suara dari Nico membuat mereka tersentak, lalu berlomba-lomba memanjat dinding pembatas itu dengan cara seperti yang telah Alares tunjukkan.
"Lo sendirian? Berani juga, lo." Sambut orang yang berada di barisan terdepan, sepertinya dia memiliki jabatan yang sama dengan Alares. Ketua geng.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALARES
Teen FictionAlares Zayn Pradipta. Cowok sejuta pesona yang sangat kontras dengan sikap tidak pedulinya. Namun di balik itu semua, hanya ada satu nama yang selalu berhasil menunjukkan sisi lain dari dirinya. (Revisi Berjalan) Jgn lupa follow yahh :)