Rain...

368 36 19
                                    

Hanya sepercik waktu yang tersisa agar mata ini tetap terbuka dan berkedip.

Seakan tau perasaanku, sore ini langit tampak mendung dan hujan turun dengan derasnya.

Aku hanya dapat berdiri diam didepan sebuah toko pakaian bayi ditemani oleh sebuah payung coklat yang kutumpukan di bahuku.

Perasaan nanar muncul ketika ku tau waktu yang tak memperbolehkanku mengenakan pakaian itu kepada buah hatiku kelak.

Tanpa sepengetahuanku sesuatu menetes dari hidungku dan ku tau itu sebuah cairan dan tetesan itu bercampur baur dengan tetesan air hujan.

Sekarang dapat kulihat air hujan itu berubah menjadi kemerahan, pertanda penjelasan dokter tadi siang.Pengingat sisa waktuku di dunia ini.

Kualihkan pandanganku ke depan, menatap jalanan yang sedari tadi sudah sepi akan lalu lalang kendaraan.

Perasaan lega muncul, karena baju putih dan jaket kain serta rok abu abuku tidak basah terkena air hujan.

Bus yang sedari tadi kutunggu akhirnya muncul di depan jalanan itu. Bus itu berjarak kira kira 7 meter dengan diriku.

Saat aku mulai berjalan menembus hujan berniat mendekati bus itu, diriku terkejut saat tak sengaja kulihat seorang pria yang berdiri kedinginan dibawah pohon dipinggir jalan.

Tak tau mengapa akhirnya kuurungkan niatku untuk menaiki bus itu.

Kuberjalan mendekati pria itu, yang sekarang berubah posisi menjadi jongkok dengan kepala menghadap kebawah sambil menggigil kedinginan.

Saat aku tepat sampai disampingnya, dia masih tidak menyadari kehadiranku.

Tanganku bergerak membuka jaket hitamku dari badanku dan mengenakannya pada pria itu, sesaat pria itu terkejut dan langsung berdiri tegak karena menyadari kehadiranku.

Aku dapat melihat baju kemeja putih dan celana panjang abu abunya tampak basah sepenuhnya. Karena basah, otot badannya tampak lebih jelas sekarang. Walau aku malu, tapi tak kupungkiri bahwa aku tertarik melihat itu.

Aku terdiam hening saat kutatap jelas wajahnya. Dia adalah Farel, kakak kelasku.

Aku mengenalnya sebagai cowok populer disekolah. Seketika perasaan minder muncul padaku.

"Ohh.. ternyata kakak..", kataku pelan, aku rasa dia tidak mendengar suaraku karena derasnya hujan.

"Kamu kok belum pulang??", tanyanya dengan volume suara yang keras. Tapi tetap saja, suaranya menjadi pelan.

"Aku tadi lagi kelas ngelukis", kataku sambil tersenyum simpul.

"Oh", jawabnya singkat.

"Kalo kakak, kenapa pulangnya lama?", tanyaku balik.

"Tadi latian basket, tapi pas gue mau balek, ban motor gue pecah", katanya sambil sesekali menggigil.

Melihat dia menggigil, aku tertawa pelan.

"Kamu kenapa ketawa?, ada yang lucu?", tanyanya penasaran.

"Gak apa apa kok kak..", kataku bohong sambil menahan senyum.

Kami masih berlindung dibawah pohon ini. Cukup lama kami berdiri disana. Udaranya juga cukup dingin dibawah pohon ini.

"Rumah kamu dimana??", tanya Farel padaku, tapi tatapannya memandang kearah jalanan.

"Dekat tamrin kak", jawabku padanya.

"Kalo gitu kita naik bus yang sama dong", katanya padaku dengan pandangan sekarang memandangku sambil tersenyum simpul.

"Emang, rumah kakak dmana?", tanyaku balik sekedar basa basi.

"Dekat dekat situ juga", katanya singkat.

Aku hanya dapat mengangguk, sebagai jawabku.

Tak lama bus yang kutunggu muncul dari ujung jalan.

"Ayo..", ajak kak Farel padaku.

Kujawab dengan anggukan dan senyuman.

Farel langsung mengambil payung yang ku sandarkan tadi dibahuku, aku agak terkejut dibuatnya.

Ternyata dia hanya ingin memayungiku menuju bus didepan sana. Aku senang dapat berjalan dengannya bersama dibawah detasnya hujan, tapi kubuang perasaan itu. Dia melakukannya karena dia adalah seorang cowok, yakinku.

Setelah sampai dalam bus ternyata bus dalam keadaan kosong, ku rasa karena sekarang hujannya masih lebat.

Aku duduk dipinggir bus disamping jendela kaca yang tertutup rapat. Bus ini terdiri dari 4 baris kursi berjejer ke belakang, dan dipisahkan dengan jarak di tengah tengahnya, menjadi dua dan dua baris.

Farel duduk dipinggir dekat jendela kaca yang berada diujung kananku.

Bus pun berjalan menembus keheningan hujan.

Tanpa kusadari, cairan itu menetes lagi dari rongga hidungku.

Dengan cepat ku ambil tisue yang ada di dalam tas ku.

Jangan sampai ada orang yang mengetahui keadaanku sekarang.

Biarlah hanya aku yang merasakan sepi dan perihnya hidup yang kujalani ini, biarlah hanya aku yang merasakan rapuhnya diriku ini.

Hanya waktulah yang akan mengakhiri semua ini...

~~~~~∆∆∆∆∆~~~~~

Hii..Hiii.. Readerss!!!

Terimakasih 'tuk baca novel ke-2 ku ini.. :)

Sekalian jga, baca novel "Memorable" yoo..^°^

Jngan lupa untuk ngeVote juga ninggalin Comment-nya, Okayy? :D
At last,

SEE U NEXT TIME ALL...;')

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Always Waiting For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang