Pemandangan malam penuh gemerlap cahaya sudah menjadi hal lumrah di kota-kota besar. Jalanan yang lebar tiap jalurnya mencapai 3,5 m terasa sempit ketika transportasi darat bernama mobil memadati jalanan. Apalagi pengemudi roda dua yang menganggap jalan besar itu sebagai sirkuit, mereka semakin terlihat mengenaskan tatkala menyalip kendaraan yang rodanya dua kali miliknya.
Di tepi jalanan terlihat berbagai macam manusia yang tak berada;entah para maniak jalanan ataupun tuna wisma. Semua terlihat menyedihkan menyadari itu hanyalah secuil dari pemandangan sisi lain kota.
Seorang gadis menempelkan kepalanya pada kaca mobil untuk melihat gedung-gedung yang bersinar di antara langit malam layaknya bintang. Berulang kali ia tertegun mengingat berapa banyak sumber daya yang dikeluarkan setiap malamnya.
"Om," panggil gadis bernama Keyra itu.
"Hm?" balas om-nya singkat.
"Kenapa sih manusia membangun gedung-gedung setinggi itu?" tanyanya penuh kekaguman.
"Om juga tidak tahu. Yang pasti, itu membuktikan bahwa peradaban manusia semakin maju. Kenapa tiba-tiba mempertanyakan pertanyaan bocah seperti itu?" ucap Om Kira sedikit menyindir.
"Om nggak asik, ah. Nanya sama tante aja, deh!" ucapnya memalingkan pandangan pada wanita berambut atas bahu yang sedang fokus pada tab yang dipegangnya.
"Jangan bertanya yang aneh-aneh, Key. Nanti tante malah bingung bagaimana mau menjawabnya," balas tante-nya cepat.
"Ya kali, Te. Mana mungkin Key nanya yang aneh-aneh ke tante. Palingan cuma nanya kenapa Bundaran HI nggak kotak aja," candanya.
Tantenya-Tante Mika menghela napas berat tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi. Ia hanya fokus pada layar tab yang memperlihatkan gambar burung hantu yang digambarnya selama perjalanan. Hal itu pun membuat Keyra ikut-ikutan melihatnya dengan serius.
"Ngomong-ngomong Key, kamu besok sudah bisa masuk sekolah lagi. Om sudah menyelesaikan pendaftaranmu," ucap om-nya.
Mendengar ucapan Om Kira yang tiba-tiba, membuat Keyra langsung mengarahkan pandangannya pada pria berkaca mata yang sedang menyetir sambil tersenyum itu.
"Astaga... om baik banget, deh. Belum juga Key istirahat begitu tiba di Jakarta, masa udah main sekolah aja. Lusa aja ya, Om? Om kan baik," tawarnya.
"Itukan demi kamu juga, Key. Kamu sudah ketinggalan banyak pelajaran di sekolah yang lama, apa kamu juga mau tertinggal di semester kedua ini?" sahut Tante Mika.
"Tante kok gitu sih. Belain dikit kenapa sih," dengusnya.
"Tante akan membela kalau kamu sudah merubah gaya bicaramu yang buruk itu." Tante Mika sedikit menekan ucapannya sementara masih sibuk dengan gambarannya.
"Inikan gaya modern. Tante aja yang ketinggalan zaman ih," dengusnya lagi.
Tidak ada balasan yang keluar dari mulut tante-nya. Begitu pula om-nya yang juga memilih bungkam.
***
Selepas mempersiapkan seragam barunya, Keyra langsung merebahkan tubuhnya pada kasur empuk yang bertuliskan huruf kanji. Gadis itu melihat langit-langit kamar barunya yang berwarna hitam, tepat pada lingkaran lampunya berwarna putih layaknya cincin yang mengitari bulan.
Gadis itu menoleh ke kiri, tepat pada foto yang terpajang di atas meja belajar. Tak lama setelah itu ia memandang ke arah jendela. Tirai abu-abu yang terbuka lebar memperlihatkan gelapnya luar bernuansa horor. Ia sangat menyukai suasana mencekam seperti itu.
Gadis itu kembali pada posisi mata menghadap bulan di kamarnya. Lantas bibirnya tertarik ke atas mengukir senyuman kecil, memperlihatkan suasana hatinya yang sedang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Main Antagonis
Teen Fiction"Aku adalah anak yang TERBUANG. Terbuang karena hadirnya anak dari hubungan TERLARANG." Aku tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu. Hanya memiliki seorang ayah yang memiliki selingkuhan dan anak dari hubungan terlarang. Tak cukup ayah dan segala keka...