KIBA Part 1

20 2 1
                                    

Kring...Kring...
Suara jam weker mengusik tidur cantik Shinta, dengan mata yang masih terpejam Shinta mengambil jam weker tersebut di samping tempat tidurnya. Matanya terbuka sedikit untuk melihat jam itu.

" Apa??? Jam 06.00?? " Shinta bangun dengan tergesa dari kasur empuk miliknya. Jam weker tersebut Ia taruh di tempatnya semula, dengan terburu-buru Shinta berlari menuju kamar mandi.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Shinta untuk membersihkan dirinya. Shinta keluar dari kamar mandi dan segera mengambil baju seragam yang telah Ia setrika dengan rapi. Setelah baju seragam telah Ia gunakan, Shinta menguncir rambutnya menjadi 1 dan tidak lupa Ia menyemprotkan minyak wangi di tubuhnya.

" Shinta!!! " teriakan seorang lelaki yang tidak lain adalah Ayahnya.

"Shinta, cepetan nak Ayah tunggu di bawah kita sarapan dulu. " ucap Ayahnya yang memanggilnya dari lantai 1 rumahnya.

Shinta keluar dari kamarnya yang terletak di lantai 2 dan Ia berlari menuruni tangga menuju ke ruang makan, ternyata sudah ada Ayah yang sedang minum kopi sedangkan Ibunya sedang menyiapkan sarapan.

" Shinta, hati-hati jangan lari kalau turun tangga nanti jatuh. " ucap Ayahnya dengan nada khawatir.

" Shinta lari kaya gitu juga karena Ayah yang ga bangunin jadi Shinta terlambat bangunnya, padahal hari ini hari pertama Shinta masuk sekolah. Yah, Shinta takut telat. " Shinta membalas ucapan Ayahnya dengan muka cemberut dan dengan nada kesal.

" Ayah minta maaf, nak. Yaudah sekarang kamu sarapan dulu ya nanti Ayah antarkan Kamu sekolah. Oh ya.. Kamu jangan cemberut gitu dong nanti jadi jelek masa nanti kalau di sekolah Kamu dikatain sama teman-teman bibir Kamu kaya donal bebek mayun begitu. " ucap Ayah kepada Shinta dengan sedikit menggoda.

" Shinta ga mau sarapan, Yah. Shinta mau langsung berangkat sekolah aja biarin Shinta ga telat. Apaan si ga lucu tau, Yah." Ucap Shinta.

" Makanya senyum dong. " ucap Ayah sambil menusuk pipi Shinta dengan jari telunjuknya.

" Iya ini Shinta senyum. " ucap Shinta
dengan memasang senyum paksaan.

" Ko senyum paksaan si senyum itu yang ikhlas. "

" iya ini Shinta senyum. " ucap Shinta sambil tersenyum kepada Ayahnya.

" Nah begitu dong baru cantik anak Ayah. "

"Ayah, yaudah ayo kita berangkat nanti Shinta keburu telat. " ucap Shinta kepada Ayah.

"Ya udah ayo. Ayah mau manasin motor dulu ya. "

" Ibu, Shinta berangkat dulu ya. " pamit Shinta tidak lupa Ia mencium punggung tangan Ibunya.

" Iya nak hati-hati di jalan ya. " pesan Ibu sambil mengelus rambut Shinta.

" Iya, Bu. " jawab Shinta.

Shinta menghampiri Ayahnya yang sudah duduk manis di jok motor, setelah Shinta duduk Ayah menggas motor dan motor melaji meninggalkan halaman rumah.

KENANGAN INDAH BERSAMA AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang