"Yang, tolong ambilin ikat rambut aku dong di tas!" teriak Irina dari dalam dapur yang tengah sibuk mengupas bawang-bawangan untuk memenuhi bahan masakan yang akan dimasak oleh para perempuan yang ada disana.
Abel yang tengah duduk-duduk santai sambil memainkan ponsel miliknya di ruang tengah bersama para lelaki (yang tak berguna) lantas bergerak dan mengambil sebuah ikat rambut berwarna pink milik kekasih tercinta.
Abel berjalan masuk ke arah dapur sembari tersenyum melihat Irina yang tengah sibuk menyibakkan rambut panjangnya yang terus menerus jatuh mengganggu aktivitas.
"Sini aku iketin ya rambutnya." ujar Abel seraya meraih helaian rambut Irina yang tergerai indah.
"Makasih ya sayang." ucap Irina sembari tersenyum.
"Uhuk uhuk! Dooohhh tenggorokan Yuri gatel banget niiiihhh!!!" goda Yurika.
Para perempuan yang ada disana lantas tertawa melihat kelakuan Yurika.
"Apaan sih dek." ucap Irina yang tengah tersipu malu.
"Iri dek? Tuh ada Aksa di depan, lagi main game. Perlu abang panggilin buat iketin rambutmu?" sahut Abel sambil menatap Yurika dengan senyuman menggoda.
"Ih apaan sih abang, udah sana keluar! Ganggu aja ih."
"Ciiiee salting... Sa! Nih Sa dicariin Yuri!" teriak Abel tiba-tiba yang membuat Yurika gelagapan.
"Eeehh mana ada. Ih bang Abel nih suka asal ih!" Abel lantas tertawa keras ketika melihat wajah Yurika yang tengah merajuk dan memerah menahan malu.
"Apa? Yuri kenapa?" Aksa yang merasa terpanggil tiba-tiba sudah memunculkan kepalanya dengan wajah bertanya, membuat tawa Abel semakin nyaring.
"Nggak, nggak apa-apa, bang Abel cuma iseng." sewot Yuri sambil menundukkan kepalanya, mencoba mengalihkan pandangannya ke arah pisau yang ia gunakan untuk memotong bahan masakan.
"Itu si Yuri minta diiketin rambutnya." jawab Abel sambil tertawa pada Aksa.
"NGGAAAKKK!!!"
Dan tawa Abel semakin pecah.***
Di ruang tengah terdengar dering beserta getar panjang yang berasal dari sebuah ponsel yang berada di atas meja kaca di hadapan Galen.
Alvaro memanggil...
Galen hanya melirik sekilas, menghela napas tak menghiraukan panggilan tersebut. Galen kembali fokus pada layar ponselnya yang tengah menampilkan timeline dari akun media sosialnya hingga panggilan itu terputus.
Tak lama, dering ponsel kembali terdengar dari orang yang sama. Alvaro.
"Hape sapa tu bunyi? Angkat coba, berisik banget." sewot Nata. Entah kenapa ini manusia sensitif banget hari ini.
Galen hanya diam, tetap tak menggubris panggilan tersebut.
Biarin, bodo amat. Sapa suruh ganggu-ganggu gebetan gua mulu. Batin Galen.
"Siapa sih?" tanya Eza penasaran. Jelas saja, Eza duduk tepat disebelah Galen yang tengah tak peduli pada dering ponsel yang ada di hadapannya.
"Biasa. Perusak jalan jodoh gua." ucap Galen setelah deringan kembali berakhir.
"Siapa?"
"Varo"
"Nelpon elu?" tanya Eza lagi.
"Kagak. Dia nelpon Ila, tuh." tunjuk Galen pada ponsel Ilana dengan dagunya.
Tepat setelah ucapan Galen berakhir, dering pada ponsel Ilana kembali terdengar, lagi-lagi dari penelepon yang sama, bertepatan dengan Sylvi yang tengah berjalan ke ruang tengah guna mengambil ponselnya yang ia titipkan pada Ansell yang tengah tertidur di atas karpet berbulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barudak Tampan Squad ✅
Fiksi PenggemarKehidupan; Persahabatan; dan Asmara. 🚫🚫🚫 - bangtanvelvet lokal - tidak baku - banyak umpatan kasar