part 32

4.8K 154 8
                                    

Hello gaes 👋 and how are you guys? Semoga selalu dalam keadaan bahagia yaaa... buat kalian yang belum vote silahkan divote ya...

1...

2...

3...

udah? Yuk baca ceritanya! Happy reading all!

Rafly tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah. Tadi Raya menelpon katanya berasa udah mau lahiran.
Oh iya,ini akhir bulan april. Seperti perkiraan dokter kan akhir april atau awal mei.

"hah gimana-gimana? Sakit banget ya? Ayok masih sanggup jalan kan?" tangan Rafly gemetar memegang pipi Raya.

"hahaha.. iya sakit tapi gak usah panik kayak gitu juga kali,pasti kamu ngebut dijalan ya?" Raya tertawa kecil melihat kekhawatiran Rafly.

"iya udah apa aku gendong aja kamunya?"

"gausahlah aku kan gendut banget" tolak Raya.

Raya bukan cewek lebay jadi sesakit apapun itu masih bisa senyum.

"masih sakit?" Rafly menoleh sekilas ke arah Raya.

"lagi enggak,tadi tuh sakit trus ilang nah 10 atau 5 menit sakit lagi" jawab Raya mengelus perut besarnya.

"tahan ya,ini kita bakal sampe dikit lagi" Raya cuma ngangguk sebagai jawaban.

"nanti kamu yang nemenin aku ya" pinta Raya.

"iya dong,aku pasti temenin kamu" tangan kiri Rafly mengelus tangan Raya yang tak begitu halus.

***

Semua menunggu dengan harap-harap cemas di luar ruangan Raya bersalin. Rafly juga belum masuk,baru boleh masuk tunggu dipanggil dokternya.

"mama aku gugup banget" kesah Rafly pada mama Indah dan juga mama Rini.

"ya wajar Raf,kamu do'a aja biar lancar" jawab Indah.

"kok belum disuruh masuk sih?" kesal Rafly sambil menatap gusar pintu ruangan tersebut.

"sabar napa--" omongan Rini terhenti melihat suster membuka pintu.

"suami pasien silahkan masuk" ujar suster tersebut.

"Bismillahirrahmanirrahim" Rafly masuk setelah baca basmalah dan menoleh sekilas ke orang tua mereka dan sahabat-sahabat Raya.

Rafly gemetar melihat Raya yang sudah berposisi bersalin pada umumnya. Raya gugup tentunya,tapi masih tersenyum pada Rafly.

"jangan gugup" Raya menenangkan Rafly,terbalik emang.

"kamu pasti bisa Ray" Rafly tersenyum tulus walaupun masih terlihat gugup.

Dokter memeriksa Raya dan sekarang sudah bukaan 10 katanya.
Rafly terus menggenggap jemari Raya dan mengelus kepala Raya yang tak mengenakan jilbab.

Air mata Rafly tak kuasa ia tahan lagi melihat Raya yang mengejan dan merintih sakit.

Tak lama tangis bayi menggema di dalam ruangan,mungkin terdengar sampai keluar.
Rafly langsung mencium dahi Raya yang berkeringat.

"selamat ya,anda sudah jadi ayah. Putri kalian sangat cantik" ujar dokter tersebut membuat Raya dan Rafly terharu.

"Alhamdulillah" Raya tersenyum melihat Rafly yang begitu bahagia.

Raya Dan RaflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang