Part 1

16 1 0
                                    

Malam itu Gerald dkk sedang menuju sirkuit untuk mengikuti balapan seperti biasa Daren, rival Gerald dari SMA Kencana ini selalu saja buat masalah.

"Punya nyali kesini lo." Suara Daren yang terdengar sinis tidak digubris oleh Gerald.

"Bacot lo!!! Gak bosen apa kalah mulu dari Gerald ngaca woy." Aldo greget dengan Daren sudah berkali-kali kalah balapan dengan Daren tapi tidak ada kapok-kapoknya.

"Ck...bacot lo buruan." Itu suara Gerald.

"Ternyata rival gue udah siap kalah ya," ucap Daren yang sedang tersenyum miring.

"Siap satu...dua...tiga...go!!" Bertepatan dengan suara pistol kedua motor tersebut melaju kencang membelah di sirkuit.

Daren yang memimpin di depan tersenyum senang ketika melihat Gerald di belakangnya. Namun siapa sangka itu hanya siasat Gerald untuk mengelabuhi Daren. Tetap saja Gerald yang menang, karena tak mungkin si raja balap kalah di arena.

"See sekarang lihat siapa yang menang," ucap Aldo.

"Sesuai perjanjian nih." Daren menyodorkan amplop berisi uang 5 juta kepada Gerald, lalu pergi begitu saja bersama teman-temannya.

"Nih gue gak butuh." Amplop tersebut dilempar ke Aldo, Aldo yang melihat itu tersenyum senang lumayan buat nongkrong di kafe yang biasa mereka datangi.

"Serius ni Rald, gini nih yang gue demen." Gerald hanya terkekeh pelan mendengar itu.

"Ehhh lo mau kemana? Gak ngikut kita dulu nih?" Devan yang melihat Gerald akan pergi mengintrogasinya karena tak biasanya Gerald langsung pergi begitu saja.

"Balik."

"Eh...Rald WOY GERALD MAU KEMANA LO, GAK NONGKI DULU SAMA DEDE WOY." Aldo berdecak ketika tak satupun kalimatnya yang dijawab oleh Gerald. 

"Ck...berisik banget sih lo Al. Pengeng nih kuping denger lo teriak dari tadi," gerutu Devan karena sebal dengan temannya ini.

"Ya udahlah yang penting sekarang kita makan-makan. Ayo gc."

***

Ananta prov

"Mommy Ananta ke minimarket depan dulu ya mau beli cemilan."

"Ya udah hati-hati ya minta mang Didi antar aja biar cepet."

"Gak usah mom aku jalan kaki aja gapapa."

"Beneran kamu mau jalan kaki ini udah malem lo nanti kalo kamu di jalan kenapa-napa giman," ucap Melly khawatir.

"Ihhh... gapapa mommy Ananta tuh cuma ke minimarket udah ya Ananta oamit dulu," ucap Ananta menyakinkan Melly bahwa dirinya tidak apa-apa.

Ananta baru saja selesai dengan belanjaannya dia berjalan akan pulang. Namun, di belokan ada segerombolan preman yang berjalan ke arahnya. Ananta yang melihat itu ketakutan kakinya justru lemas tak bisa berlari. Dan sialnya lagi dia tak bawa ponsel.

Duh bisa mati gue kalo gini kan gue belum nikah sama Manu Rios ucap Ananta dalam hati.

"Halo cantik sendirian aja nih," ucap salah satu preman sembari mencolek dagu Ananta.

Ananta memalingkan muka, sebisa mungkin ia mengalahkan rasa takutnya untuk sekarang. "Maaf saya mau lewat permisi," ucapnya sembari berjalan cepat melewati preman tersebut.

A TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang