9 - Sejenak

15 4 0
                                    


***

Mengapa selalu ada jawaban di saat tidak ada pertanyaan. Sebaliknya, ketika aku mencari sebuah jawaban. Tidaklah ia muncul melainkan terus menerus hadir pertanyaan tanpa satu pun jawabannya.

Fisya memang selalu pergi menuruti kemarahannya. Namun ia kembali dengan tangan emas untuk selalu siaga menolongku kapan saja.

"Apartemen lagi..." Aku bergumam sedari memperhatikan ruangan yang sama persis dengan kamar yang dulu kita tempati di apartemen ini.

"Yaa mau gimana lagi, lo pasti gak nyaman kan tinggal di panti asuhan tempat gue," kata Fisya sambil menutup pintu.

"Padahal gak papa loh, daripada di sini. Gue jadi keinget orang yang gue lihat di jendela waktu itu."

"Kenapa ya, Tuhan hukum kita, atas apa yang gak kita lakukan sama sekali."

Aku menolehnya dengan pilu sambil berbisik dalam hati, "Tuhan menghukum gue atas apa yang telah gue lakukan, gak seharusnya dengan lo, Sya."

"Batalin semua administrasinya, kita balik ke panti lo aja."

"Lah emang bisa?" tanya Fisya sembari mengambil kunci kamar.

"Gak tau sih, pokoknya kita ke panti lo." Fisya mengangguk menuruti kemauanku.
__________

"Assalamu'alaikum bu, ini temennya Fisya. Jessica." Fisya memperkenalkanku pada seorang wanita paruh baya. Jilbab panjang berwarna coklat dikenakan ibu panti yang semakin menambah manis senyumnya.

"Wa'alaikumussalam... ohh ini Jessica yang sering kamu ceritain sama umi, nak?" jawabnya sambil menyaut salaman Fisya. Aku mengikuti hal yang sama.

Aku tersenyum pada bu panti, "Saya Jessica, bu."

"Boleh panggil umi, sayang?"

"Boleh banget mi, abisnya Fisya gak pernah bilang."

"Hehehe, yasudah ayo umi kenalkan sama anak-anak di sini."

Aku telah salah menilai Fisya tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu. Buktinya, kehangatan yang Fisya dapatkan lebih dari apa yang aku bayangkan.

Umi Nanda adalah pengurus panti asuhan An-Nass. Dialah yang merawat, mendidik, dan membesarkan anak-anak malang yang tidak mendapat kasih sayang dari orang tua kandung.

Aku memperhatikan gerak-gerik Fisya yang mirip dengan umi Nanda. Ia bermain dengan anak-anak sepanjang hari.

Kuperhatikan semua anak begitu ceria, kecuali satu. Kata Fisya, namanya Mona. Ketika anak yang lain berlari kesana kemari. Mona hanya diam mengamati sekeliling. Aku tertarik untuk bersua dengan Mona. Mengajaknya berbicara dan mulai mengenal dunia.

Hari ke dua di panti, aku mendekati Mona sambil memberinya ice cream.

"Hai, nama kamu siapa?" tanyaku mengawali perkenalan kami.

"Mona," jawabnya tidak bergairah.

"Namaku Jessica," ucapku. "Mona bisa panggil aku, dengan sebutan Kak Ika. Mau?" Ia mengangguk menanggapi ucapanku.

"Mona suka ice creamnya?" Ia mengangguk lagi. "Nanti kakak belikan lagi, ya." Kali ini, ia menggeleng.

"Tidak usah repot-repot kak," jawab anak berusia sekitar tujuh tahun itu. Aku tersenyum mendengarnya.

"Ngomong-ngomong, kenapa Mona enggak ikut bermain sama anak-anak lain?" Lagi-lagi Mona menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu, Mona bisa dong main sama kakak?"

"Mungkin," balasnya.

"Kenapa mungkin?"

"Kakak seakan maksa aku buat jawab semuanya!" Ia berlari ke dalam. Fisya memperhatikan kami dengan saksama di dekat pintu.

"Anak itu emang pemurung, belum pernah ada orang yang berhasil ngobrol sama dia soal permasalahannya," kata Fisya.

"Kenapa nggak dibawa ke psikiater aja?"

"Bayarannya bisa buat makan anak-anak selama dua minggu," jawab Fisya.

"Sya, kita bawa dia ke psikiater aja. Gue ada uang."

"Jangan salah, Mona pernah umi bawa ke psikiater. Sudah dua kali, malah," sambung umi dari samping panti, ia ikut berbincang bersama kami. "Pertama kali di bawa, Mona kabur. Setelah ditemukan, ia sama sekali tidak mau berbicara. Alhasil, waktu pertama tidak membuahkan apa-apa.

Umi terus membujuknya untuk berbicara. Namun, Mona malah menangis. Kedua kalinya, Mona umi bawa lagi. Ia sempat mau berbicara sedikit, psikiaternya juga sudah melakukan terapi pada Mona untuk mengatasi rasa trauma-nya.

Seperti yang Fisya katakan tadi. Uang pembayaran terapi Mona bisa dipakai untuk makan anak-anak selama dua minggu. Maka dari itu, bukannya umi tidak peduli. Umi sayang sekali sama semua anak-anak di sini, termasuk Fisya.

Sangat sedikit, Fisya-lah salah satu anak panti di sini yang tidak pernah meninggalkan umi sendirian. Banyak lho, anak-anak di sini yang sudah sukses. Tapi, mereka tidak pernah kembali lagi."

Umi bercerita panjang lebar saat anak-anak berusia sepantaran Mona bermain di taman panti ini.

"Berarti selain Fisya, siapa yang gak pernah ninggalin umi?"

Umi tersenyum, "Dokter Farhan."

"Seorang dokter, mi?"

"Farhan tinggal di panti ini bersama umi, saat berusia tujuh tahun sampai berusia empat belas tahun. Umurnya berbeda lima tahun dengan Fisya. Tapi mereka dulu sering main bersama.

Farhan meninggalkan panti karenakan orang tuanya sudah ditemukan oleh bibinya yang selama itu tidak sanggup mengurusnya, hingga menyerahkannya ke sini.

Ia mendapat warisan yang begitu besar hingga dapat kuliah kedokteran dan tidak lupa membalas jasa panti ini kepadanya."

"Jasa umi, terima kasih." Fisya memeluk umi Nanda sambil menangis. Air mata dipipiku ikut mengalir mendengarnya.

"Farhan dan Fisya sudah sangat seperti anak kandung umi. Farhan juga lah donatur terbesar di panti ini," ucap umi.

"Fisya belum pernah lagi ya ketemu kak Farhan, mi."

"Iyaa. Selalu ada aja halangan buat kalian ketemu. Lagipula, Farhan memang tidak sering kesini. Tapi donasinya selalu sampai. Kuliah kedokteran itu lama kan? Umi saja baru empat kali ketemu Farhan setelah ia pergi dari panti waktu kelas 2 SMP."

"Katanya Kak Farhan selalu ada buat umi."

"Ia sangat-sangat sering menelpon, tidak pernah lost contact, tidak seperti anak-anak lain yang sama suksesnya seperti Farhan," cerocos umi panjang lebar.

Umi menunduk lesu, "Kabar terakhir, katanya Farhan punya kasus dengan rumah sakit Medika."

"Rumah sakit Medika?!" sontak aku berbicara. Bukankah itu rumah sakit tempat aku dirawat kemarin?

_______________

Halo readers!
Penasaran Mona itu siapa? Atau malah penasaran sama dokter Farhan?
Stay terus yaa...

Kalau suka boleh di vote.
Terima kasih!

Instagram penulis nsfauziah17


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ABSTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang