-III-

12 4 4
                                    

Mengurus taman bunga adalah salah satu kegiatan yang aku sukai selain membaca buku. Taman inilah yang ibuku rawat sebelum ia meninggal.

Ibuku paling senang dengan bunga mawar dan tanpa kusadari, bunga itu menjadi bunga favoritku. Akhirnya kebanyakan bunga yang ada di taman ini adalah bunga mawar.

Setiap hari aku datangi taman bunga ini. Taman yang dihiasi dengan kolam ikan dan beberapa air mancur tentu memberikan suasana yang tenang dan damai.

Taman ini memiliki dua pintu masuk. Pintu pertama terletak di dekat gerbang rumah dan yang kedua terletak di belakang rumah.

Saat ini aku tengah berada di bagian pintu pertama. Sambil bersenandung kecil, aku mendengar pintu pagar terbuka.

Aku menengok dan melihat ada seorang laki-laki berjalan masuk ke dalam rumah. Sayangnya aku tidak dapat melihat rupanya lebih jelas.

Paling itu hanya salah satu pelayan. Aku tidak pernah memperhatikan wajah orang-orang yang bekerja disini.

Aku ingin mengunjungi ibu..

Aku berdiri dari posisi duduk lalu masuk ke dalam rumah. Langkahku terhenti didepan pintu ruang kerja ayahku.

Ada seseorang yang sedang berbincang dengan ayahku. Mungkin hanya masalah kerja.

Setelah mengganti pakaian dan mengenakan coat cokelat, aku berjalan keluar dari rumahku menuju pintu pagar.

Aku mendekati seorang pria yang sudah cukup tua sedang duduk dan berbincang-bincang dengan sang petugas keamanan.

Mereka berdua nampaknya sadar akan kehadiranku. Dengan cepat, mereka berdiri lalu membungkuk.

"Selamat siang Nona Kora!" Seru mereka berdua secara bersamaan. Aku hanya tersenyum lalu menatap Tuan Bernard.

"Apakah anda mau pergi ke tempat yang seperti biasanya Nona?" Tanya Tuan Bernard. Aku hanya membalasnya dengan anggukan.

Tuan Bernard adalah supir pribadi keluargaku. Beliau sudah bekerja semenjak ibuku masih hidup. Aku mulai sering mengunjungi makam ibuku saat aku masih berumur 16.

Karena jasad ibuku di istirahatkan di sebuah pemakaman yang cukup jauh, aku harus meminta Tuan Bernard untuk mengantarku.

"Baik Nona, saya siapkan mobilnya dulu." Ucap Tuan Bernard lalu ia pergi.

Sekitar 3 menit kemudian, aku dapat melihat mobil yang dikendarai Tuan Bernard datang di depan pintu pagar. Aku mendekati mobil setelah pintu pagar terbuka.

Saat aku hendak membuka pintu mobil, sang petugas keamanan sudah lebih dulu membukanya dan menungguku untuk masuk.

Aku mendengus kesal lalu memasuki mobil bagian belakang. Aku mengucapkan terima kasih dengan suara yang kecil sebelum menutup pintu mobil.

Jujur saja, aku sudah mulai lelah dengan pelayanan yang tanpa hentinya datang. Aku ingin sekali-sekali melakukan sesuatu dengan kemauan dan tanganku sendiri.

Bukannya aku tidak senang dengan perhatian mereka, namun aku bukan anak kecil lagi.

Orang-orang yang seumuran denganku pasti kebanyakan sudah memiliki kekasih atau punya pekerjaan. Tidak sepertiku yang membuang-buang waktu dengan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif. 

Maafkan aku ayah, ibu..

Tidak seperti Kiro, putrimu ini belum dapat membanggakanmu..

Sesampainya di pemakaman, aku turun dari mobil tanpa menunggu Tuan Bernard membuka pintunya untukku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MetanoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang