Malam sudah terlalu larut untuk pria tampan sepertiku berkeliaran seperti anak hilang. Aku tak peduli jika nantinya aku dijadikan sasaran empuk para tante girang diluaran sana. Urusan perutku jauh lebih penting.
Aku berdecak kesal, dimana aku bisa menemukan kedai cepat saji yang masih buka?
Kendaraanku yang kreditannya belum lunas adalah dalang dibalik semua ini, suara knalponnya yang nyaring perlahan memelan dengan sedikit tersendat, seolah menertawakan surat tagihan kreditku yang menumpuk dikamar apartemenku.
Aku mau tak mau meninggalkannya diparkiran fakultasku, dan mengharuskanku berjalan kaki kemana-mana untuk beberapa hari kedepan.
Aku mendengus, menendang setiap kerikil yang menghalangi jalanku guna mengurangi kesal.
Sesuatu mengalihkan perhatianku. Perlahan, aku menoleh kebelakang, beberapa pria besar berlari beberapa meter dibelakangku.
Didetik berikutnya, aku menyadari sesuatu, mereka mengejarku. Aku yang panik lantas segera berlari sekuat tenaga. Rasa lapar yang mendera hilang tergantikan oleh rasa cemas.
Aku berbelok, bersembunyi dibalik mobil yang tak berpemilik dipinggir jalan.
Sebenarnya, apa masalah mereka?
Andai aku seorang superhero dengan kostum ketat berwarna merah dengan dua katana dipunggung. Aku tak mau menyebut diriku didunia lain. Mungkin aku akan melawan mereka semua tanpa takut terluka.
Derap kaki terdengar semakin jelas bersamaan dengan segerombolan pria besar tadi yang berlari melewati mobil yang kujadikan sebagai tempat persembunyian.
Aku menghela napas lega, akhirnya–
"Kena kau."
Sialan.
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Colour Of Life
RandomLatar tempat dan Cast terinspirasi dari Event Role Player Group, Olympus Camp. Beberapa bagian cerita berasal dari imajinasiku dan pengalamanku selama Event berlangsung. Cover by @chaoticimpulse