Bismillah ...
Dear shalihah, apabila kata-kata "Nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang engkau dustakan?" direnungkan dengan sungguh-sungguh, kita akan merasa sangat malu.
Tak akan terhitung nikmat Allah yang di berikan pada kita. Nafas, penglihatan, pendengaran, lisan, Allah berikan tanpa kita minta tapi kita tidak pergunakan dengan baik, malah sering mengeluh karena merasa kurang dengan fisik kita.
Namun, kita memang manusia yang sering lupa dan tak tahu diri.
Saat kita diberi rezeki oleh Allah, kita anggap pas-pasan atau terlalu sedikit,
karena angan-angan kita yang kepanjangan, keinginan kita yang kebanyakan, maka kita dengan tak tahu diri mencari cara-cara haram, bahkan cara dzalim demi mendapatkan lebih.Tanpa memperdulikan mereka yang membutuhkan dan tertindas dengan apa yang kita lakukan.
Nyatanya justru telah hilangkan keberkahan rezeki yang kita anggap 'sedikit' tadi.
Saat kita diberi anak-anak yang sholeh, patuh dan tak aneh-aneh, kita sombongkan kesholehannya, kita banggakan bahwa itu hasil didikan kita.
Merendahkan orang lain yang anaknya 'berbeda' keadaannya seolah itu karena ayah ibunya gak becus didikannya dibanding kita,
Padahal Allah lah yang lebih tahu seperti apa didikan dan amalan kita.
Kita malah semakin tak tahu diri, bukannya kita merasa malu dan terus memperbaiki diri.Sudah seharusnya kita memantaskan diri dengan karunia yang telah Allah beri.
Takutlah jika nikmat itu semua dicabut, dan menghadap Allah dengan membawa amalan masing-masing.
Saat kita diberi rezeki yang cukup atau berlebih, padahal kita sadar amalan teramat lalai.
Shalat seringkali lupa dan diabaikan, tapi kita masih Allah beri makan enak dan keperluan yang tercukupi.
Lantas kita masih tak tahu diri dengan merasa bahwa Allah sayang sekali dengan kita.
Kita merasa lebih mulia kedudukannya, dibanding yang rajin sholat, beramal sholeh, tapi Allah beri keadaan kekurangan harta. Nyatanya itulah istidraj, Adzab yang Allah tangguhkan.
Allah biarkan kita dalam kemaksiatan dan 'bersenang-senang' di dunia agar kelak menemui Allah tanpa kebaikan sedikitpun.
Saat kita diberi pekerjaan, perniagaan atau jabatan, merasa dengan sebabnya harta kita menjadi melimpah.
Maka kita merasa semua adalah karena kehebatan dan kerja keras kita.
Tak tahu diri sombongnya minta ampun menjadi-jadi.
Enggan menafkahkan harta di jalan Allah.
Sedekah sedikit tapi merasa paling berjasa.
Seolah kitalah orang paling penting sedunia.
Lupa pada kisah Qarun yang memiliki kesombongan yang sama akan hartanya dan berakhir hina dengan azab Allah.
Kita malah bangga menjadi Qarun-Qarun kecil.
Na'udzubillaah ...
Masih banyak keadaan yang sering kita anggap anugrah, nyatanya itu ujian.
Kita anggap itu ujian, nyatanya itulah adzab.
Jika ingin tau kedudukan kita di hadapan Allah, tanyalah kedudukan Allah di hati kita.
Seberapa penting Allah di hati kita, dalam keseharian kita.
Seberapa banyak kita mengingat Allah dan karunia-Nya.
Dan jikalau kita menghitung-hitung nikmat-Nya niscaya kita tak akan mampu.
Sangking banyaknya ...
Maka kita belajarlah TAHU DIRI!
Saat Allah telah memberi apa yang kita sukai atau sering memberi aneka karunia yang tak kita sadari,
Segeralah berbuat apa YANG ALLAH SUKAI.
Karena tanda Allah sayang bukan diberi-Nya harta keturunan dan aneka jabatan,
Tapi diberi-Nya KEPAHAMAM AGAMA.
Dimudahkan dalam ANEKA KETAATAN.Jangan bosan yah karena ini juga upaya dari mengingatkan diri sendiri.
Mungkin ada manfaatnya bagi yang lain.
Barakallahu fiikum
Semoga kita semuanya selalu diberikan kekuatan dan kesabaran yang lebih dalam segala hal, dan dimudahkan dalam menjalankan ketaatan, serta selalu diberikan keistiqomahan hingga akhir hayat menutup mata dalam keadaan yang khusnul khotimah.
Aamiin ya Rabbal 'alamin.Goresan_Pena
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Pena
Документальная проза[AREA BEBAS BACA GAK DI VOTE GAK APA-APA YANG PENTING DI BACA] Goresan Pena adalah untaian kalimat yang dituangkan penulis melalui berbagai sumber agar pembaca bisa mengambil pelajaran. Didalam cerita ini memuat kata-kata motivasi serta nasehat yang...