2. The Red Swan Tragedy (end)

82 23 15
                                    

Hari sudah malam. Vigo berada di dapur rumahnya mengaduk sebuah gentong sedang yang terbuat dari tanah liat. Gentong tersebut berisi darah hewan serta campuran beberapa ramuan dan dedaunan yang Vigo dapat dari laman gelap. Di sebelah tong tepat di atas meja terdapat beberapa foto Binaria yang terdapat bercak-bercak darah. Vigo mengaduk sembari terus membacakan sebuah mantra. Tangannya meraih sebuah botol yang berisi tiga helai rambut Binaria lalu menuangkan ke dalam gentong, disusul juga sebuah foto Binaria yang sedang tersenyum cantik. Butuh waktu tiga hari untuk Vigo mengumpulkan semua barang-barang ini. Vigo melakukannya karena cinta pada Binaria yang tidak dapat ia bendung lagi.

Vigo berjalan menuju meja sebelah meraih sebuah buku yang ia dapat juga dari laman gelap, kemudian membaca isi bukunya dengan seksama.

Mantra ini akan bereaksi setelah tiga jam ritual dilakukan.

Vigo melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 12 malam. Besok pagi mantranya pasti sudah bereaksi. Vigo tidak sabar bagaimana reaksinya begitu ketemu Binaria di sekolah. Apakah Binaria akan mengejar-ngejar dirinya? Apakah Binaria akan menyatakan cintanya dihadapan semua orang? Apakah Binaria menyingkirkan semua orang yang menghalangi cintanya termasuk Geodewa? Lalu apakah Binaria akan memeluknya dan menciumnya? Ah! Vigo hanya bisa tersenyum-senyum sendiri membayangkan itu semua jika benar berhasil. Harusnya berhasil, karena dari laman tersebut dikatakan, Ritual ini pasti berhasil. Vigo pun memilih membereskan beberapa barangnya dan memutuskan untuk pulang ke asrama.

•••

Tik tok tik tok...

Pukul 1

Tik tok tik tok...

Pukul 2

Tik tok tik...

BRANGGGGG!

Terdengar sebuah hantaman keras dari luar. Bus yang Vigo naiki menabrak dinding terowongan jembatan dengan begitu keras. Vigo bangun dari tidurnya. Keadaan di dalam bus begitu sepi. Vigo melirik ke sekitar. Ia kaget saat di bagian kemudi terlihat supir bus yang sudah tidak bernyawa dan bersimbah darah. Vigo pun memutuskan untuk turun mencari bantuan. Jalanan begitu sepi sekali. Ia heran kenapa tidak ada satupun orang atau kendaraan yang berlalu lalang di sekitar sini.

Vigo menyapu pandangan dan melebarkan pupil matanya menyesuaikan pandangan dengan suasana yang gelap. Tak jauh dari tempat Vigo berdiri, terlihat sebuah taxi terbalik. Apa baru saja terjadi sebuah kecelakaan dimana bus yang ia naiki menghindari Taxi?

Vigo merogoh koceknya mengambil ponsel untuk menelpon 112 namun tidak ada sinyal.

"Vigo!" Terdengar panggilan seseorang dari arah taxi.

Vigo memicingkan matanya melihat siluet seorang gadis merangkak keluar dari dalam taxi yang terbalik, setelah berhasil ia berdiri kemudian berjalan dengan pincang ke arahnya.

"Vigo!" panggil wanita itu sekali lagi.

Vigo merasa suara gadis itu mirip suara Binaria. Lantas Vigo membuka ponsel untuk menyalakan senter memastikan apakah itu Binaria atau bukan. Begitu senter menyala, Vigo pun mengarahkannya ke gadis itu. Seketika ia tersentak melihat seorang gadis dengan rambut berantakan nyaris menutupi wajah serta memakai pakaian ballerina berlumur darah. Vigo semakin terkejut saat gadis itu menyingkirkan rambut gelombangnya—menunjukkan wajah yang bengkak-bengkak seperti di sengat lebah. Bibirnya sobek sampai ke telinga menampakkan sedikit tulang tengkoraknya. Salah satu telapak kakinya patah dan menghilang menyebabkan darah terus bercucuran dari pergelangan kaki. Sebelahnya lagi masih terpasang sepatu balet putih yang sudah berlumur darah.

Melihat kehadiran Vigo membuat gadis itu menyeringai. "Pujaan hatiku, aku menemukanmu, aku tidak menyangka kita bertemu di sini. Kita berjodoh. Aku sudah menerima cintamu Vigo."

Semakin dekat seringai dengan gigi-gigi runcing itu semakin jelas. Gadis itu mengulurkan tangan untuk memeluk vigo dengan segera.

Jantung Vigo berdegup dengan kencang ia menggeleng tidak percaya. Tidak mungkin gadis cantik pujaan hatinya menjadi seperti ini.

"Vigo... kenapa kamu menjauh, aku sudah jatuh hati padamu. Bahkan disaat seperti ini aku mencoba bertahan untukmu Vigo."

Teriakan parau penuh kesakitan dari Binaria membuat Vigo merasa sebuah tombak menghujam hatinya. Wanita yang ia sangat cintai berubah menjadi makhluk yang nyaris tidak Vigo kenali dan yang paling menyakitkan adalah ringisan kesakitan dari gadis itu, tapi ketakutan dalam diri Vigo mendominasi, hingga ia tak berani untuk mendekati gadis itu. Vigo berusaha menganggap bahwa dia bukan Binaria meski hatinya menolak dan mengatakan bahwa itu benar Binaria. Vigo terus berlari menjauh sesekali menoleh ke belakang. Binaria masih mengejar dirinya sembari terus memanggil nama Vigo.

"Pergi, kamu bukan Binaria! Binaria tidak seburuk ini!" hardik Vigo.

"Aku Binaria, wanita yang kamu cintai!" ucap gadis itu kekeh.

Kejaran Binaria begitu cepat walau kakinya pincang. Hingga tepat di belakang Vigo Binaria meraih bahu lelaki itu dan membalikkan tubuhnya. Di pegangnya kuat tubuh Vigo.

"Jangan pernah buat aku mengejar mu! Itu menyakiti hatiku Vigo, tidakkah kamu prihatin melihat kakiku yang patah mengejar mu? Tidakkah kamu tega melihat bibirku yang sobek terus-terusan memanggil namamu? Pulanglah bersamaku! Ini kan yang kamu inginkan?!" pekik Binaria tepat di hadapan wajah Vigo.

Tidak ada lagi kecantikan di wajah Binaria. Tidak ada lagi keindahan pada Binaria, yang ada hanyalah kehancuran serta obsesi yang mengerumuninya. Obsesi pada Vigo dan oleh karena Vigo.

Pikiran Vigo semakin tak karuan. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada Binaria? Apa semua ini karena ritual yang ia lakukan? Apa benar gadis aneh di hadapannya Binaria?

Jantung Vigo kembali berdegup kencang saat melihat wajah Binaria secara dekat dan menyadari bahwa dibalik kelopak mata yang bengkak itu, tidak ada bola mata di sana. Vigo berteriak ketakutan dan menendang tubuh Binaria hingga terpental menjauh. Vigo pun bangun secepat mungkin dan berlari.

Tidak itu pasti bukan Binaria!

Binaria menggeram marah karena Vigo kembali menyakiti hatinya. Raungannya  bergema menusuk gendang telinganya. Suara indah Binaria yang selalu ia dengar berubah seperti menjadi suara monster yang menyeramkan. Suara keras nan melengking. Vigo menutup rapat-rapat telinganya.

"Vigo sudah ku bilang aku Binaria! Aku tidak akan membiarkan kamu pergi dariku! Kamu akan ikut aku ke neraka! Percayalahlah!!!"

Beberapa hari berlalu sejak kematian Binaria akibat sebuah kecelakaan membuat Geodewa begitu terpukul. Seluruh warga Kartaleon berduka dan mencoba memberi semangat pada Geodewa.

Di sisi lain, Vigo mendapat penanganan khusus karena psikisnya terganggu. Vigo sering berteriak ketakutan dan bilang kalau dia selalu melihat Binaria si Ballerina dimanapun. Bahkan dia juga sering berkata bahwa Binaria begitu terobsesi padanya.

Para detektif dan pihak sekolah menyimpulkan bahwa Vigo sakit dikarena sangat terpukul atas kematian Binaria. Mereka mengetahui itu dari sekian banyaknya kado dan surat cinta yang diterima Binaria, sebagian besar berasal dari Vigo.

Beberapa hari kemudian lagi, Vigo akhirnya berniat untuk menyusul kematian Binaria dengan meminum racun yang ia buat sendiri. Vigo pikir Binaria akan tenang jika dia ada di sisinya, dia tak ingin melihat Binaria kesakitan seperti itu. Dia terpukul. Ya ... dia sudah memantapkan diri untuk menyusul Binaria di sana. Di Neraka.

Selesai.

--------------------------------------------

Aku emang ada rencana mau buat ini menjadi long cerita, tapi setelah cerita utama selesai di revisi.

[√] Tragedi Angsa MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang