1

3.9K 338 142
                                    

Khun Aguero Agnis sudah menghabiskan waktu selama dua tahun tinggal di rumah berlantai dua ini. Rumah yang cukup mewah, jika hanya ditinggali oleh tiga orang termasuk dirinya. Tapi rumah ini jauh dari kata layak untuk ukuran anak keluarga agung sepertinya.

Masa bodo dengan keluarga agung. Aguero sudah meninggalkan semua atribut keluarganya saat ia keluar dari rumah sialan itu.

"Kau ada kuliah pagi?"

Aguero melirik kecil sosok yang baru memasuki dapur. Sebelum melanjutkan aktivitas membuat sarapannya. "Tidak. Hanya ingin mengerjakan tugas di perpustakaan. Tapi aku ada kuliah siang."

Sosok yang sekarang duduk di meja makan itu mengangguk mengerti.

"Kenapa malah duduk?" Aguero akhirnya membalikkan badan dan melipat kedua tangan di depan dada. Menatap lurus sosok yang dengan senyum santainya tengah membalas tatapannya.

"Kalau mau dibantu bilang dong, adik kecilku sayang."

Ujung dahi Aguero berkedut. "Jangan pura-pura bodoh, Khun Hachuling."

Hachuling, pemuda itu masih dengan santainya tersenyum lebar dan tak melakukan apa-apa.

"Cepat bangunkan Ran atau aku tidak akan membuat jaeyuk beokkum malam ini."

Akhirnya Hachuling mengangkat tangan, menyerah. Tapi tetap saja senyum lebar itu masih di sana. Sangat jelas bahwa yang lebih tua tengah mengejeknya.

"Baik, mama."

Kalau saja Aguero lebih cepat mengambil pisau dapur, ia bisa melemparkannya pada Hachuling sebelum pemuda itu kabur.

Dapur kembali menjadi hening setelah kepergian Hachuling. Hanya ada suara dari mentega yang meleleh di atas penggorengan.

Ya, rumah sederhana ini sekarang ditinggali oleh dirinya, Hachuling, dan Ran. Mereka bertiga adalah half sibling, karena hanya ayah mereka yang sama. Tapi dibandingkan dengan saudara kandung Aguero di sana, ia jauh lebih menyayangi kakak dan adik tirinya itu.

Hachuling lah yang membawa Aguero keluar dari lingkaran setan di masa lalu. Hachuling yang saat itu baru masuk perguruan tinggi membeli sebuah rumah dari hasil pekerjaan part-time-nya. Pekerjaan part-time yang tidak terlihat seperti part-time menurut Aguero. Tak heran ia bisa membeli rumah hanya dalam waktu sesingkat itu.

Saat mereka masih berada di keluarga Khun, Hachuling termasuk anak keturunan ayahnya yang pembangkang dan suka memberontak. Pemberontakannya rapi dan elegan. Ia tak pernah menantang secara fisik, ia lebih suka mempermainkan keluarga Khun selama ia tinggal di sana.

Oleh karena itu Aguero menempel dengannya. Mereka berdua partner in crime di masa lalu. Hingga sekarang tentunya. Itu lah kenapa Hachuling membawa Aguero saat ia memutuskan untuk keluar dari keluarga Khun. Karena baginya, jika ia harus membawa satu atribut dari keluarga Khun, Aguero lah yang akan ia bawa. Meskipun tak ada yang mengizinkannya membawa Aguero keluar dari rumah itu.

Well, Aguero adalah salah satu anak kesayangan ayahnya.

"Kita tak memiliki yoghurt stroberi?"

Perhatian Aguero yang tengah membalik pancake teralih sebentar saat netra birunya menemukan rambut berwarna senada dengannya menyembul dari pintu kulkas yang dibuka.

"Makan apa saja yang ada di sana. Kita belum belanja untuk keperluan karena si menyebalkan itu sibuk dengan kerjaannya."

"Hm, kau cemburu dengan pekerjaanku?"

Sepasang tangan melingkari pinggang Aguero. Lagi, untuk kedua kalinya dahi Aguero berkedut.

Plak!

My AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang