05 | Senyuman Lebar

7 1 3
                                    

"WOI ANJIR! MAKANAN BUAT ULAR GUE NAPA LU EMBAT! UDAH HAMPIR DUA RIBU BOBOTNYAAA!"

Teriakan itu terdengar sangat nyaring di telinga Reno. Pelakunya duduk berjarak dua meja dari tempatnya sekarang, laki-laki yang melipat kedua lutut dan menjadikan kaki sebagai tumpuan—berjongkok.

Masih dengan bibir tipisnya yang mengerucut, ia melempar handphonenya ke atas meja, tidak bertenaga sama sekali. Alfen dan Wormzone.io-nya.

Reno melanjutkan pekerjaannya kembali, menyalin tugas kimia milik Amanda. Tersisa dua soal, jawabannya hampir satu halaman, laki-laki jangkung itu mendengkus, merasa tak ada habisnya.

"Udah, Ren?" Pertanyaan itu terlontar saat Reno baru saja menutup buku tugas kimianya, bermenit-menit kemudian, ia hanya mengangguk.

Penanya tadi berjalan terlebih dahulu, cepat-cepat, langkah yang sarat kekhawatiran luar biasa. Reno mengimbanginya dengan mudah, gerakan kakinya panjang-panjang.

Namanya Asraf, teman satu kelas yang paling akrab dengan Reno, bertukar nama ketika pengumuman kelas itu diberikan beberapa bulan lalu.

Sekolah mereka menerapkan sistem pergantian kelas tiap semester, ditentukan melalui hasil capaian belajar terakhir. Mudahnya, otak dan pikiran yang akan menentukan di mana mereka tinggal.

Nilai yang kian naik, berada di unggulan pertama, hanya butuh mempertahankan atau meningkatkannya lagi. Nilai yang kian turun, berada di kelas-kelas berikutnya, lebih rendah. Reno dan Asraf berada di unggulan kedua.

"Eh, eh, lewat depan perpustakaan aja, Raf," kata Reno saat keduanya baru sampai di koridor IPS, masih jauh sekali.

Kelasnya, juga empat deret kelas berjurusan IPA yang lain, dan beberapa sekat ruangan untuk kelas XII berada di bangunan belakang. Lebih dekat dengan kantin dan gedung serbaguna yang bersebelahan.

Berjalan ke parkiran, masjid, laboratorium, perpustakaan, taman, atau ruang guru membutuhkan waktu yang lama, karena tempatnya berada di depan, mengelilingi lapangan yang biasanya digunakan upacara.

Tujuan kedua laki-laki jangkung itu adalah laboratorium bahasa. Miss Alfianti sedang melakukan pengujian materi di sana. Pelajaran Bahasa Inggris.

Untuk Reno yang mencintai tanah air, ini adalah hal yang sulit. Untuk Reno yang tak mau menyerah, apapun akan terjadi jika ia bersungguh-sungguh.

Bukan nilai paling tinggi yang ia kejar, benar-benar tidak mungkin di benaknya. Menghindar dari panggilan remidi, yang bisa ia lakukan saat ini, Reno ingin memberitahu jika menjadi hebat tidak harus berada di nomor satu, tidak yang terbaik, tidak yang tertinggi.

Hebat adalah definisi diri sendiri untuk diri sendiri. Hebat adalah yang sudah berusaha dan tak lelah sampai waktu habis tiba.

Asraf yang benar-benar penurut itu hanya mengangguk, sesekali menanggapi celetukan Reno, berbalik tanya apakah kawannya itu sudah siap. Reno berada di urutan terakhir, ini baru sesi pertama, diawali oleh setengah dari anak-anak yang namanya berada di huruf abjad depan.

Reno sangsi Asraf datang tepat waktu, laki-laki itu menunggunya selesai menyalin tugas terlebih dahulu, Reno tak mau di kelas sendirian.

Nyatanya, Alfen yang berada di urutan kedua daftar nama siswa di kelasnya itu masih sibuk mencarikan cacing, atau ularnya itu makanan. Seharusnya Asraf tidak perlu khawatir, meski kedengarannya mustahil.

Setelah melewati dua ruangan terpisah yang dengar-dengar kedap suara itu— tempat ekskul band dan grup paduan suara berlatih, Reno bersiap sebentar, merapikan seragam yang bahkan tidak berantakan sama sekali. Asraf hanya memandangnya dalam diam.

Entah semalam mimpi apa yang mendatangi tidur Reno, rencana yang terlintas di otaknya saat melihat salah satu murid XI IPA1 keluar dari perpustakaan itu berjalan dengan lancar tanpa kendala.

Sherina, dan beberapa temannya baru keluar dari ruangan penuh buku tersebut, Reno tersenyum lebar. Meski ramai, hanya Sherina yang menyadari, hanya pipi tirus perempuan itu yang bersemu merah, dan sesuatu yang diharapkan Reno.

Perjalanannya seringan kapas, Asraf hanya tersenyum melihat tingkah temannya itu. Meski ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Biarkan saja, Reno terlihat sangat bahagia.

*

Jadi kangen disenyumin et et et

Terimakasih yang sudah membaca dan memberikan tanggapan baik!

— June 14

#1 Kompliziert (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang