Bella membeku di tempat. Otak dan jantungnya terlalu kaget dengan ucapan Alan tadi.
"L-lo... Kenapa sih?" Bella melontarkan pertanyaan asal karena saking kagetnya.
"Ah, lo pasti kaget banget. Kayaknya gue perlu jelasin dulu semuanya," jawab Alan.
Bella menatap Alan bingung.
"Siapa yang ga kaget kalo orang yang dulu tiba - tiba ngilang dan udah kayak orang asing tiba - tiba dateng kayak gini? Gue rasa lo juga bakalan kaget kalo di posisi gue Al," ucap Bella.
Tatapan Alan mulai berubah. Entah kenapa Bella merasa tatapan itu bukan seperti Alan yang biasanya. Di sana terpancar ketakutan akan sesuatu.
"Di mata lo dan yang lainnya mungkin gue gampang banget lupain lo. Tapi sebenernya Bel. Selama ini gue belum bisa ngelupain lo. Gue sadar selama ini gue buang - buang waktu. Harusnya gue bisa lebih sabar nunggu lo. Lo tau kan sekitar setahun setelah kejadian itu, gue masih sendiri aja dan ya, gue emang lama pacaran sama Hisya. Itu pun karena lo sama Hisya punya kepribadian yang mirip Bel. Itu yang buat gue lama sama dia dan itu juga yang buat gue semakin ga bisa lupain lo karena dia bukan lo, Bel," jelas Alan kepada Bella yang masih membeku di tempatnya.
"Bel, kali ini gue ga akan lari dan pura - pura lagi. Gue akan berusaha," lanjut Alan lagi.
Bella menelan ludahnya. Memang benar, Bella sendiri sempat merasa ada beberapa hal dari dirinya yang mirip dengan Hisya. Bahkan Kesya pun setuju dengan hal itu.
"Trus kenapa lo ga nyari yang ga mirip gue aja? Lo bakalan cepet move on kan jadinya?"
"Gue pernah nyoba. Awalnya gue kira dia beda dari lo. Dia lebih gampang bergaul daripada lo. Dia juga lebih santai, ga seserius lo. Tapi entah kenapa gue malah ga cocok sama dia. Dan akhirnya, gue yang mutusin ngakhirin hubungan kita," jawab Alan. Kali ini lebih percaya diri.
Bella duduk di kursi panjang yang ada di depannya sambil menatap langit malam yang bertabur bintang.
"Lo tau Al? Lo kurang mikirin perasaan orang lain hanya karena tujuan lo sendiri. Gue emang ga tau apa masalah lo sama Hisya dan berapa pun mantan lo yang ga gue tau sampe kalian bisa putus. Walaupun lo ga tulus sama mereka, tapi kalo mereka bener - bener tulus ke lo gimana?" ucap Bella.
"Yah, gue emang salah. Makanya gue ga mau bikin mereka lebih sakit lagi dari itu Bel. Gue berhenti biar mereka dapet yang lebih baik dari gue. Dan gue juga memutuskan untuk benerin masa lalu gue sama lo," jawab Alan sambil menyender di tembok pembatas di depan Bella.
"Kenapa lo yakin bisa benerin masa lalu? Lo aja ga tau kan perasaan gue ke lo?" sahut Bella.
"Alasan lo waktu itu gue tau. Kalo diliat dari alasan lo itu, berarti lo suka sama gue, tapi lo ga bisa. Tapi kalo emang gue salah, gue bakalan coba bikin lo suka sama sama gue juga," Alan menjawab dengan percaya diri dan tatapannya pun mengisyaratkan dia serius dengan perkataannya.
Bella menghembuskan nafasnya, lalu berdiri karena Dafa tadi mengirimkan pesan kepadanya.
"Udah malem. Gue pergi dulu. Oiya, salam Gerald dan Fino," ucap Bella sambil berjalan perlahan menuju kamarnya tanpa melihat ke arah Alan. Kali ini, Bella berusaha untuk tetap pada keputusannya.
Alan tidak menjawab. Dia masih berusaha untuk tetap tegar dan tidak akan lari lagi. Dia hanya menatap Bella yang sudah berjalan meninggalkan tanpa memberi jawaban sedikitpun.
"Bel, gue bakalan nunggu lo kali ini. Gue ga akan pergi sampe lo buktiin lo bener - bener ga ada rasa ke gue," ucap Alan yang cukup jelas didengar oleh Bella.
Bella tidak menjawab ataupun menghentikan langkahnya. Dia tidak ingin lagi berurusan dengan Alan. Walaupun memang benar dia memiliki perasaan yang sama dengan Alan. Tapi apa boleh buat, alasannya untuk tidak menerima Alan masih tetap sama sampai saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence
Teen FictionBagi beberapa orang cinta bukanlah hal yang mudah. Tak hanya menyukai, tapi harus diungkapkan. Seperti halnya Bella seorang gadis yang sedang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Ia tak pernah merasakan bagaimana rasanya pacaran dan mengungkapka...