Cerita Tiga

182 25 5
                                    

Yuri datang tepat waktu. Itupun dengan mengorbankan sarapan paginya. Lebih baik ia kelaparan daripada dimarahi seniornya. Apalagi senior Hukum terkenal galak. Yuri melangkahkan kakinya lemas menuju lapangan apel yang sudah mulai penuh dengan maba – maba lain lengkap dengan seragam putih dan celana bahan warna senada. Datang tepat waktu pun ia tetap berdiri di belakang, segitu taatnya anak hukum pada waktu.

"Ayo ayo kumpul semua." Kata seorang senior. Suara lantangnya membuat ia tidak memerlukan toa untuk mengumpulkan 40 maba Hukum.

"Selamat pagi adik – adik!!" teriaknya semangat.

"Pagi kaaaakk." Sambut maba – maba itu antusias.

Pandangan Yuri mengidar ke sekelingnya, mencari satu manusia. Dan nihil. Orang itu tidak ada. Sepertinya ia bukan panitia.

"Perkenalkan, nama kakak Kwon Eunbi. Panggil aja Kak Eunbi ya. Nah buat hari ini dan besok, kalian akan seharian ngejalanin ospek fakultas. Jadi, sekarang kita bagi kelompok ya. Kelompok akan kakak bagi jadi delapan kelompok yang berisi masing – masing lima."

Maba mulai berhitung satu dari ujung kiri, dan melakukan pengulangan setelah angka lima. Yuri ada di kelompok enam.

"Nah sekarang udah kebagi kan kelompoknya? Per kelompok akan dibimbing oleh satu senior ya, habis ini akan kakak umumkan nama pembimbing kelompoknya."

Sudah hampir setengah jam, dan Yuri masih belum melihat Hyewon. Sepertinya benar, ia bukan panitia.

"Kelompok enam siapa ketuanya?"

Yuri langsung mengangkat tangan. Tidak, Yuri sebenarnya gamau jadi ketua. Tapi karena keempat temannya yang lain sepakat menunjuk dia, dia terpaksa menjadi ketua.

"Nama kamu siapa?"

"Yuri, kak. Jo Yuri. Salam kenal kak," jawab Yuri sungkan sambil sedikit membungkuk ke Eunbi.

"Oh, okedeh Yuri, salam kenal ya." Balas Eunbi lalu melihat ke kertas di tangannya.

"Kelompok kamu, pembimbingnya Kang Hyewon ya," Kata Eunbi tepat berdiri di depan kelompok Yuri. "Tapi sebentar ya, kak Hyewonnya lagi jalan dari rektorat. Kalian tunggu disini dulu." Lanjutnya lalu berjalan pergi ke kelompok selanjutnya.

Yuri terdiam mematung. Berharap ia tidak salah mendengar nama yang barusan disebut oleh Eunbi.

Dan ya, pendengarannya tidak salah. Dari jauh, Hyewon berjalan sambil membawa sebuah kertas. Jaket himpunan yang dikenakan dengan lengan digulung, menambah kesan sendiri di mata Yuri.

"Kelompok enam ya? Ketuanya siapa?" tanya Hyewon saat baru saja sampai.

Dengan perlahan, Yuri mengangkat tangannya, "Ketuanya Yuri kak." Jawabnya.

Hyewon lalu tersenyum, dan meminta Yuri untuk mengatur anggota kelompoknya untuk berkumpul dulu di sebuah pendopo dekat situ.

"Panggil gue kak Hyewon. Kita santai aja ya, abis ini gue bakal bawa kalian keliling fakultas kita."

Satu per satu spot di fakultas pun Hyewon jelaskan kepada lima anak didiknya. Yuri, sedaritadi hanya diam. Keputusannya untuk tidak sarapan baru terasa sekarang. Kepalanya terasa berat, pandangannya sedikit kabur.

"Yuri?" panggil Hyewon. Yuri menengok lemas, sebelum akhirnya terjatuh pingsan.

--------

Yuri membuka matanya perlahan. Kepalanya masih terasa sakit. Sepertinya akibat ia terjatuh tadi. Mengedarkan pandangannya, ia baru sadar bahwa dirinya sekarang ada di klinik kampus. Namun, ada satu pemandangan yang membuatnya cukup terkejut. Di sampingnya ada Hyewon yang sedang tertidur, sambil tangan kanannya menggenggam tangan kirinya. Yuri pun tersenyum sedikit, lalu membelai halus pucuk kepala Hyewon. Merasakan sentuhan, Hyewon terbangun dan langsung mengucek matanya. Ia kemudian berdiri dan langsung memeluk Yuri sebentar.

"Syukurlah. Aku pikir kamu kenapa – kenapa."

Yuri hanya terdiam. Tubuhnya kaku, bingung untuk menjawab. Namun pelukan Hyewon memang memberi kesan kehangatan nan nyaman sendiri.

"Ini jamberapa kak?" tanya Yuri sesaat setelah melepas pelukannya. Hyewon tidak menjawab. Air mukanya masih menandakan khawatir dan lega.

"Yuri?! Kamu gapapa??" teriak seseorang dari pintu kilnik. Tanpa babibu, orang tersebut langsung berlari ke ranjang Yuri dan memeluknya.

Sebagai sahabat yang pengertian, Hyewon langsung memberi ruang untuk Yena.

"Kamu kenapa? Kok bisa pingsan? Sumpah aku hampir mati duduk tadi di kelas pas baca pesan dari Hyewon." Papar Yena. Yuri tersenyum kecil, namun kecut. Ini pacarnya yang bawel dan khawatir. Tapi, mengapa ia merasa risih?

"Yuri, lu lupa sarapan ya?" tanya Hyewon yang akhirnya membuka suaranya. Yuri mengangguk lemah.

"Duh kamu tuh bisa bisanya lupa. Abis ini kita makan ya," Ajak Yena sambil mengusap pelan pucuk kepala Yuri. Yuri hanya mengangguk.

"Hye, makasih ya udah bawa Yuri langsung ke klinik." Kata Yena sambil menepuk bahu sahabatnya itu.

Hyewon hanya tersenyum kecil, sambil sedikit memandang ke Yuri, "Dia tanggung jawab gue," Katanya tegas. "Gue duluan ya. Harus ngurusin beberapa hal dulu. Duluan Yen, Yur." Pamit Hyewon dan langsung meninggalkan mereka berdua.

Sesampainya di luar UKS, ia terdiam sebentar. Menyender pada tembok depan klinik. Sesak di dadanya memaksa ia pergi duluan.

Ia tidak kuat.

Penopang tubuhnya melemas. Senderannya merosot jatuh seraya kelopak matanya basah. Untuk pertama kalinya, ia merasa sesakit itu.

Untuk pertama kalinya, wanita adalah alasannya menangis.

Someday | IzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang